Cukup sekali mengalami ketakutan seperti itu. Stefan tidak ingin mengalami untuk kedua kalinya.“Apa yang terjadi dengan keluarga Gatara?” tanya Olivia. Kemudian, dia menambahkan, “Aku sudah melek begini, nggak bisa tidur lagi. Ceritakan padaku, dong.”Stefan mendekat dan mencium wajah Olivia, lalu mengecup bibir istrinya itu. Setelah itu, dia tertawa pelan dan berkata, “Aku takut akan kotori telinga kamu. Benar-benar bukan hal yang baik. Ralat, boleh dibilang itu termasuk hal baik bagi kita. Hal buruk yang terjadi pada keluarga Gatara adalah hal baik bagi kita.”Melihat wajah Olivia yang penuh rasa penasaran, Stefan pun membisikkan beberapa kata ke telinganya yang membuat mata Olivia seketika terbelalak. Dia menatap Stefan dengan wajah tidak terlalu percaya.Stefan mengangguk dan berkata, “Ricky yang bilang. Ricky juga lihat dengan mata kepalanya sendiri. Dia bilang dia saja kaget bukan main, sampai bola matanya lompat keluar. Dia raba-raba di lantai lama baru berhasil ambil bola mata
Stefan tertawa pelan. “Anak-anak pada dasarnya memang suka main. Biasanya Russel nggak punya teman main. Dia selalu sendirian. Sekalipun kita temani dia, dia juga akan merasa kesepian. Anak-anak lebih suka main dengan anak-anak.”Stefan mengelus perut Olivia dan berkata, “Tahun depan anak kita baru lahir. Kalau dia sudah sebesar Russel, Russel sudah nggak suka main dengan anak-anak lagi.”“Russel pasti sayang adik-adiknya. Dia mirip Kak Odelina yang selalu punya aura seorang kakak.”“Tentu saja. Ayo tidur. Kalau kamu masih nggak mau tidur, bantu aku sesuatu.”“Aku tidur, aku sudah tidur.”Olivia segera menutup mata dan berkata kalau dia sudah tidur. Stefan tertawa pelan. “Sudah tidur tapi masih bisa ngomong.”“Aku lagi ngigau.”Stefan tersenyum dan menggigit bibir Olivia dengan pelan. Kemudian, dia memeluk istri tercinta dan tidur lagi.Malam berlalu dengan tenang. Keesokan paginya, di rumah keluarga Gatara di Kota Cianter.Felicia yang terbiasa bangun pagi sudah mengenakan baju olahra
“Apa serunya nonton sendirian? Ajak Kak Raina dan Kak Benita juga baru seru. Kalau Mama pulang dan lihat kalian, Kak Dania nggak sendirian. Mama nggak akan apa-apakan kalian bertiga,” kata Felicia.“Meskipun Mama marah lalu usir dia dan bilang nggak akan biarkan dia pakai nama keluarga Gatara, Mama bisa apa kalau Fani nggak mau ubah nama belakangnya? Dia pasti nggak mau ganti nama. Dia sangat benci dengan orang tua kandungnya. Ibu kandungnya datang cari dia, dia usir ibunya seperti usir seorang pengemis.”Terakhir kali ibu kandung Fani datang mencari Fani. Felicia tahu bagaimana cara Fani memperlakukan ibu kandungnya. Ibu kandung Fani sangat jahat pada Felicia, dia pantas diperlakukan buruk oleh putri kandungnya sendiri.“Aku khawatir setelah amarah Mama mereda, Fani menangis dan memelas di depannya, nanti Mama nggak tega padanya lagi,” kata Felicia.Dania berkata dengan kaget, “Setelah semua ini, Mama masih bakal biarkan dia kembali?”“Siapa tahu, kan.”Setelah teringat betapa ibu mer
“Yang penting di depan mamaku jangan panggil dia Bu Fani lagi. Mamaku masih marah,” kata Felicia dengan murah hati. Usai berkata, dia berjalan keluar rumah.Pengurus rumah tangga mengikuti Felicia dan bertanya sambil berjalan, “Maaf, Bu Felicia, saya mau tanya sebentar. Apa yang Pak Cakra dan Fani lakukan tadi malam? Sampai buat Bu Patricia murka begitu. Fani diusir dari rumah, Pak Cakra dilarikan ke rumah sakit. Fani melukai Pak Cakra?”Pengurus rumah tangga sebelumnya bukanlah pengurus rumah tangga. Namun, dia sudah lama bekerja di keluarga Gatara. Boleh dibilang, sejak Patricia menjadi kepala keluarga, dia sudah mulai bekerja untuk keluarga Gatara sampai sekarang. Dia tahu seperti apa hubungan Cakra dan Patricia. Jika Fani melukai Cakra, sudah pasti Patricia akan marah.“Jangan tanya-tanya tentang hal-hal yang mamaku nggak ingin kamu tahu. Tahu terlalu banyak nggak akan ada gunanya bagimu. Aku ngomong seperti ini juga demi kebaikanmu sendiri.”Pengurus rumah tangga terkekeh, “Bu Fel
Tidak peduli dulu, sekarang atau di masa depan, Fani tidak akan pernah memiliki peluang. Selera Riko begitu tinggi. Dia tidak pernah menyukai siapa pun. Ralat, dia menyukai pria. Sekarang dia dan Ricky selalu pergi ke mana pun berdua.Di mana ada Ricky, di situ pasti ada Riko. Selama ada Riko, Ricky juga akan selalu ada di situ. Kalah dari seorang pria membuat banyak perempuan yang muda dan cantik merasa terpukul dan tidak terima, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan.“Kenapa semua jadi begini?” gumam Fani pada dirinya sendiri.Tadi malam, Fani masih putri kedua keluarga Gatara. Hari ini, dia sudah menjadi anak yang dibuang keluarga Gatara. Ibunya tidak menginginkannya lagi. Dia juga tidak punya muka untuk bertemu dengan orang tuanya lagi. Apakah dia harus kembali mencari orang tua kandungnya? Ayahnya masih di penjara. Sedangkan ibunya ....Setiap kali memikirkan kehidupan keluarga kandungnya, Fani sungguh tidak ingin kembali ke sana. Sekalipun ibu kandungnya sangat menyayanginya, F
“Kalau bukan milikmu, nggak akan pernah jadi milikmu. Kehidupan sejahtera yang kamu miliki selama dua puluh tahun lebih itu adalah kehidupan orang lain yang kamu curi. Mulai sekarang, kamu akan jadi miskin melarat. Cepat pergi dari sini, kembali ke kampungmu sana.”“Berani-beraninya kamu bilang Felicia kampungan. Orang yang benar-benar kampungan itu kamu! Cih!”Ketiga menantu keluarga Gatara mencaci-maki Fani. Saat ini, kehidupan Fani telah hancur. Mereka pun terus mengejeknya.Fani duduk di tanah dan berkata, “Nggak, aku nggak akan pergi. Aku mau tunggu Mama pulang. Aku mau jelaskan pada Mama. Bukan aku yang ingin begitu. Aku dijebak orang. Kalau sampai aku tahu siapa yang jebak aku, aku akan balas dia seratus kali lipat!”Fani memelototi ketiga kakak iparnya. Tiba-tiba, dia bertanya, “Kalian yang jebak aku?”Dania berjalan ke depan Fani dan menamparnya dengan keras. “Kamu kira kamu siapa? Sampai harus aku turun tangan dan kotori tanganku. Kamu sendiri yang j*lang, nggak tahu malu. Ma
Setelah berhasil duduk dengan bantuan Ivan, Fani langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ivan sambil menangis histeris. Apa salahnya? Mengapa semua orang memperlakukannya dengan cara seperti ini? Padahal dia juga menjadi korban dalam masalah ini.Ivan memeluk Fani dan berkata, “Sudah, jangan menangis lagi. Kamu pergi dulu, daripada nanti mereka datang pukul kamu lagi. Sekarang mereka sangat benci kamu. Begitu ada kesempatan, mereka pasti akan siksa kamu habis-habisan.”Karena Fani selalu berpihak pada Ivan dan kedua adiknya. Jadi, istrinya sangat membenci Fani. Sekalipun mereka sama-sama perempuan, Fani adalah adik mereka. Kalau tidak berpihak pada kakaknya, memangnya Fani harus berpihak pada kakak iparnya? Mana ada adik ipar yang benar-benar memihak kakak iparnya?Felicia membantu ketiga kakak iparnya bukan karena solidaritas, tapi karena dia tidak dekat dengan kakak-kakaknya.“Aku nggak mau pergi. Kak Ivan, aku nggak akan pergi. Aku mau tunggu Mama pulang. Aku mau jelaskan pada
“Kak Ivan, sekarang aku nggak punya apa-apa lagi. Aku nggak punya uang sama sekali. Aku bisa ke mana coba?”Ivan masih memiliki perasaan terhadap Fani meskipun Fani bukan adik kandungnya. Dia mengeluarkan dompet dan membukanya, lalu mengeluarkan semua uang tunai di dalam dompet itu. Dia menaruh uang ke tangan Fani, lalu di juga memberikan kartu bank kepada Fani dan berkata, “Hanya ini yang bisa aku berikan ke kamu. PIN kartu ini ulang tahunku. Uang di dalamnya nggak banyak, tapi cukup bagimu untuk atasi kesulitan saat ini.”“Kamu cari hotel dan tinggal di sana dulu, sembuhkan lukamu. Beberapa hari lagi, setelah amarah Mama mereda sepenuhnya, aku baru bantu kamu cari kesempatan untuk jelaskan ke Mama.”Fani menerima uang dan kartu bank dari Ivan sambil menangis. “Terima kasih, Kak Ivan. Kakak yang paling sayang aku.”Ivan menghela napas. “Kamu cepat pergi. Kalau sampai mereka tahu aku kasih kamu uang, mereka pasti akan rebut. Nanti kamu benar-benar nggak punya uang sepeser pun lagi.”Fa
Patricia tidak ingin melanjutkan pembicaraannya dengan Ivan. Dia pun berkata, “Kalau nggak ada urusan lain, aku tutup dulu teleponnya.”“Ma, aku akan bantu Felicia. Nggak ada apa-apa, Ma. Mama lanjut kerja saja.”Patricia menutup telepon. Ivan spontan menghela napas lega setelah ibunya menutup telepon. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyeka keringat dingin di dahinya. Setelah bertindak impulsif dengan menuding ibunya, Ivan langsung berkeringat dingin. Di cuaca yang begitu dingin, dia masih bisa berkeringat. Itu membuktikan kalau dia sangat ketakutan.Felicia mengambil tisu dan memberikannya kepada Ivan. Ivan meletakkan ponsel dan mengambil tisu dari adiknya, lalu menyeka keringat di wajahnya sambil berkata, “Aku ketakutan setengah mati tadi. Aku bahkan nggak tahu kenapa aku berani ngomong seperti itu.”“Salah makan obat kali, makanya jadi berani.”Ivan memelototi Felicia dan menyalahkannya. “Gara-gara kamu. Kamu telepon sama Mama, kenapa pula kasih ponselmu ke aku. Sekarang a
“Ma.” Ivan terkekeh dan berkata, “Papa nggak mungkin marah Mama. Dia memang sudah berbuat salah, tapi Mama selalu ada di hatinya. Papa tinggal sama aku. Setiap hari dia selalu ngomong soal Mama. Dia bilang kalau Mama lagi kesal, siapa yang temani Mama cari angin segar? Setiap hari Papa baca novel dari ponselnya. Baca novel roman lagi. Dia sampai bilang mau minta maaf pada Mama seperti tokoh dalam novel.”Cakra sudah mengebiri dirinya sendiri. Tidak peduli secantik dan semuda apa perempuan di luar sana, Cakra juga tidak bisa menyentuh mereka lagi. Patricia telah menghancurkan satu-satunya kebanggaan Cakra.Namun, Cakra tidak mau bercerai. Sekalipun dia sangat membenci istrinya, dia juga tidak mau bercerai. Karena dia tahu, setelah cerai, dia tidak akan mendapatkan apa pun. Kemungkinan besar, dia harus pergi dengan tangan kosong.Di Kota Cianter, Cakra tidak akan pernah bisa mengalahkan Patricia. Kecuali dia bisa hidup lebih lama dari Patricia. Dengan begitu, setelah Patricia meninggal,
Ivan tidak memiliki perasaan apa pun terhadap istrinya lagi sekarang. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Mereka punya putra dan putri. Ivan pun sangat sayang anak-anaknya. Dia paling sayang putrinya.Pada saat Ivan tahu kalau Fani bukan adik kandungnya, lalu adik kandungnya Felicia, terlihat seperti orang yang lemah dan tidak bisa apa-apa, Ivan merasa sangat senang. Dia berharap ibunya bisa mewariskan posisi sebagai kepala keluarga kepada putrinya.Meskipun sekarang putri Ivan tampak tidak memiliki kemampuan apa pun, itu karena putrinya masih kecil. Selama ibunya bersedia melatih cucunya sebagai penerus, Ivan yakin putrinya tidak terlalu buruk. Oleh karena itu, dia sangat menyayangi putrinya.Setelah mendengar pertanyaan Felicia, Ivan membuka mulutnya, ingin memberikan penjelasan. Namun, dia mendapati kalau dia sama sekali tidak bisa membantah. Dia hanya bisa diam.Felicia selesai membaca dokumen di tangannya dan merasa tidak ada masalah. Dia pun menelepon ibunya dan berkata kal
Felicia bertemu dengan Ivan yang baru keluar dari lift di pintu lift. Kedua saudara itu berhenti sejenak. Ivan keluar lebih dulu dari lift, sementara Felicia tidak terburu-buru masuk. "Felicia, kamu mau pergi?" Ivan memegang sebuah map dokumen, mungkin ada dokumen yang perlu ditandatangani Felicia. Karena ibu mereka sedang tidak berada di perusahaan, semua cap penting diserahkan kepada Felicia.Banyak dokumen penting harus ditandatangani dan dicap olehnya agar berlaku. Biasanya, urusan tanda tangan dokumen seperti itu selalu diserahkan kepada sekretaris, dan jarang Ivan datang langsung. Felicia dengan tenang menjawab, "Ya, ada sedikit urusan yang harus aku urus, Kak. Ada apa?" Dia melirik map dokumen di tangan Ivan. Namun, lelaki itu tidak langsung menyerahkan map itu, melainkan berkata, "Ada dokumen yang butuh tanda tangan dan cap darimu." "Bisa ditunda sebentar? Kamu mau pergi urus apa? Apakah penting sekali?" Nada Ivan terdengar ramah, tetapi ada sedikit nada menyelidik. Ke ma
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or