Tidak peduli dulu, sekarang atau di masa depan, Fani tidak akan pernah memiliki peluang. Selera Riko begitu tinggi. Dia tidak pernah menyukai siapa pun. Ralat, dia menyukai pria. Sekarang dia dan Ricky selalu pergi ke mana pun berdua.Di mana ada Ricky, di situ pasti ada Riko. Selama ada Riko, Ricky juga akan selalu ada di situ. Kalah dari seorang pria membuat banyak perempuan yang muda dan cantik merasa terpukul dan tidak terima, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan.“Kenapa semua jadi begini?” gumam Fani pada dirinya sendiri.Tadi malam, Fani masih putri kedua keluarga Gatara. Hari ini, dia sudah menjadi anak yang dibuang keluarga Gatara. Ibunya tidak menginginkannya lagi. Dia juga tidak punya muka untuk bertemu dengan orang tuanya lagi. Apakah dia harus kembali mencari orang tua kandungnya? Ayahnya masih di penjara. Sedangkan ibunya ....Setiap kali memikirkan kehidupan keluarga kandungnya, Fani sungguh tidak ingin kembali ke sana. Sekalipun ibu kandungnya sangat menyayanginya, F
“Kalau bukan milikmu, nggak akan pernah jadi milikmu. Kehidupan sejahtera yang kamu miliki selama dua puluh tahun lebih itu adalah kehidupan orang lain yang kamu curi. Mulai sekarang, kamu akan jadi miskin melarat. Cepat pergi dari sini, kembali ke kampungmu sana.”“Berani-beraninya kamu bilang Felicia kampungan. Orang yang benar-benar kampungan itu kamu! Cih!”Ketiga menantu keluarga Gatara mencaci-maki Fani. Saat ini, kehidupan Fani telah hancur. Mereka pun terus mengejeknya.Fani duduk di tanah dan berkata, “Nggak, aku nggak akan pergi. Aku mau tunggu Mama pulang. Aku mau jelaskan pada Mama. Bukan aku yang ingin begitu. Aku dijebak orang. Kalau sampai aku tahu siapa yang jebak aku, aku akan balas dia seratus kali lipat!”Fani memelototi ketiga kakak iparnya. Tiba-tiba, dia bertanya, “Kalian yang jebak aku?”Dania berjalan ke depan Fani dan menamparnya dengan keras. “Kamu kira kamu siapa? Sampai harus aku turun tangan dan kotori tanganku. Kamu sendiri yang j*lang, nggak tahu malu. Ma
Setelah berhasil duduk dengan bantuan Ivan, Fani langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Ivan sambil menangis histeris. Apa salahnya? Mengapa semua orang memperlakukannya dengan cara seperti ini? Padahal dia juga menjadi korban dalam masalah ini.Ivan memeluk Fani dan berkata, “Sudah, jangan menangis lagi. Kamu pergi dulu, daripada nanti mereka datang pukul kamu lagi. Sekarang mereka sangat benci kamu. Begitu ada kesempatan, mereka pasti akan siksa kamu habis-habisan.”Karena Fani selalu berpihak pada Ivan dan kedua adiknya. Jadi, istrinya sangat membenci Fani. Sekalipun mereka sama-sama perempuan, Fani adalah adik mereka. Kalau tidak berpihak pada kakaknya, memangnya Fani harus berpihak pada kakak iparnya? Mana ada adik ipar yang benar-benar memihak kakak iparnya?Felicia membantu ketiga kakak iparnya bukan karena solidaritas, tapi karena dia tidak dekat dengan kakak-kakaknya.“Aku nggak mau pergi. Kak Ivan, aku nggak akan pergi. Aku mau tunggu Mama pulang. Aku mau jelaskan pada
“Kak Ivan, sekarang aku nggak punya apa-apa lagi. Aku nggak punya uang sama sekali. Aku bisa ke mana coba?”Ivan masih memiliki perasaan terhadap Fani meskipun Fani bukan adik kandungnya. Dia mengeluarkan dompet dan membukanya, lalu mengeluarkan semua uang tunai di dalam dompet itu. Dia menaruh uang ke tangan Fani, lalu di juga memberikan kartu bank kepada Fani dan berkata, “Hanya ini yang bisa aku berikan ke kamu. PIN kartu ini ulang tahunku. Uang di dalamnya nggak banyak, tapi cukup bagimu untuk atasi kesulitan saat ini.”“Kamu cari hotel dan tinggal di sana dulu, sembuhkan lukamu. Beberapa hari lagi, setelah amarah Mama mereda sepenuhnya, aku baru bantu kamu cari kesempatan untuk jelaskan ke Mama.”Fani menerima uang dan kartu bank dari Ivan sambil menangis. “Terima kasih, Kak Ivan. Kakak yang paling sayang aku.”Ivan menghela napas. “Kamu cepat pergi. Kalau sampai mereka tahu aku kasih kamu uang, mereka pasti akan rebut. Nanti kamu benar-benar nggak punya uang sepeser pun lagi.”Fa
Mulan sekeluarga yang beranggotakan lima orang itu berencana naik jet pribadi kembali ke Kota Aldimo. Yose juga sangat sibuk mengelola Ferda Group yang begitu besar.“Aku malam banget baru tidur. Sekarang masih ngantuk. Nggak apa-apa, jangan khawatir. Aku tidur sebentar lagi.”Odelina merasa tidak bertenaga dan sakit kepala. Dia berkata pada adiknya kalau dia baik-baik saja agar adiknya tidak khawatir. Dia ingin melanjutkan tidurnya lagi.“Kak, lain kali apa pun yang terjadi, kamu harus beritahu aku secepatnya. Oke?”“Kamu masih nggak percaya dengan aku? Kamu cukup istirahat baik-baik di rumah, kerja dengan tenang, dan bantu aku jaga Russel. Nggak usah khawatirkan aku. Badai macam apa yang belum pernah aku lalui? Jangan khawatir, kerjakan urusanmu saja.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata, “Kak, aku dan Russel tunggu kamu di rumah.”Odelina tertawa pelan. “Aku akan berusaha selesaikan apa yang diminta Tante Yuna secepat mungkin, lalu pulang dan berkumpul dengan kalian lagi. Tenang sa
Terlebih lagi, Daniel sangat baik pada Odelina dan anaknya. Daniel menganggap Russel seperti anak kandungnya sendiri. Saat Odelina menolak Daniel dan berkata tidak ingin menikah lagi, karena dia khawatir setelah menikah lagi, dia akan jatuh ke dalam lubang yang sama. Dia juga khawatir Russel akan menderita.Namun, Daniel membantu Odelina mengatasi semua rintangan. Sekarang keluarga Lumanto juga telah menerima Odelina sepenuhnya, berharap dia menikah dengan Daniel. Odelina tidak perlu khawatir Russel akan menderita. Daniel lebih menyayangi Russel daripada Roni si ayah kandung. Jika Odelina ingin menikah lagi, Daniel adalah pasangan terbaik.“Kak Daniel takut jadi beban Kakak. Dia ingin kasih kalian kebahagiaan, bukannya jadi beban buat kalian. Kakak tunggu saja, percaya Kak Daniel akan segera bisa berdiri lagi.”“Aku tahu, makanya aku tunggu dia. Nggak peduli berapa tahun, aku akan tetap tunggu dia. Sambil tunggu dia, aku akan kerja keras kembangkan karierku.”Benar, sekarang Odelina ha
Kecuali Odelina dalam bahaya dan terjadi sesuatu padanya, para pengawal akan berinisiatif memberitahu bos mereka.“Baguslah kalau nggak apa-apa. Aku benar-benar takut saat dengar soal itu. Buat aku kaget setengah mati. Odelina, sebentar lagi aku akan pergi ke Kota Cianter. Aku akan sampai di sana sebelum jam dua sore.”“Daniel, aku baik-baik saja. Kamu nggak usah repot-repot ke sini.” Odelina tahu terlalu merepotkan bagi Daniel untuk bepergian.“Aku harus lihat kamu dengan mataku sendiri. Aku harus pastikan kamu baik-baik saja baru bisa tenang.”“Aku benar-benar nggak apa-apa. Kamu boleh tanya ke mereka. Kami semua baik-baik saja. Kamu nggak leluasa bepergian, nggak usah jauh-jauh ke sini.”Daniel tetap bersikeras. “Tapi aku juga kangen kamu. Kangen banget, mau bertemu kamu.”Odelina tidak bisa membantah lagi. “Kalau begitu kamu harus hati-hati. Kalau nggak nyaman, jangan paksakan diri. Daniel, kita harus jaga diri kita sendiri, oke?”Daniel berkata dengan lembut, “Aku bukan anak berus
“Tentu saja Patricia sangat murka. Malam itu juga Fani diusir dari rumah. Kalau soal Cakra, aku nggak tahu. Dengar-dengar, dia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans di tengah malam. Patricia nggak izinkan siapapun ikut pergi ke rumah sakit. Dia juga nggak izinkan siapapun cari tahu kondisi Cakra.”Selesai bicara, Ricky terdiam. Odelina mengambil gelas air yang belum habis diminumnya dan minum dua teguk lagi. Setelah meletakkan gelasnya, dia menatap Ricky dengan tenang dan menunggu Ricky melanjutkan pembicaraan.“Aku sudah suruh orang ke rumah sakit untuk cari tahu,” kata Ricky.“Bagaimana kondisi Cakra? Patricia yang lukai dia?”“Bukan Patricia yang lukai dia, dia yang ambil pisau kebiri dirinya sendiri,” jawab Ricky.Ricky menduga kalau Patricia yang memaksa Cakra. Kalau tidak, Cakra tidak akan melakukan hal itu.Kemungkinan, Patricia memberi Cakra dua pilihan. Keluarga Vikar masih bergantung pada keluarga Gatara untuk bertahan hidup. Cakra tidak akan memilih bercerai, tapi kalau tida