Untungnya, semua itu telah berakhir. Kini, Odelina telah bangkit lagi menjadi diri yang lebih baik.“Ricky, aku nggak mau ganggu kamu kerja lagi. Aku juga harus keluar urus sesuatu. Urusan mendirikan perusahaan juga belum selesai.”Harus ada perusahaan yang menetap di Kota Cianter, Odelina baru bisa mengajak perusahaan lain untuk bekerja sama.“Kak Daniel sedang dalam perjalanan ke sini. Kak Odelina nggak tunggu dia?” canda Ricky.Odelina tertawa pelan. “Dia mungkin baru sampai setelah aku selesaikan urusanku. Kalau dia sampai duluan, kamu bantu aku jemput dia dulu. Kamu lebih akrab dengannya.”“Nanti aku mau pergi ke Aurora Group.”“Ya sudah. Aku usahakan kembali secepatnya. Urusanmu lebih penting. Calvin dan Rosalina sudah menikah. Saat kamu pulang Tahun Baru nanti, Rosalina mungkin sudah hamil. Kamu harus berusaha lebih keras.”Ricky memasang raut wajah muram. “Kak Odelina, aku sudah kerja keras. Rika jauh lebih susah untuk dikejar daripada Kak Rosalina."Dari penampilan luarnya, Ro
Satu hal yang mereka tidak tahu, Rika adalah perempuan. Yang Rhoma inginkan adalah menantu laki-laki, bukan menantu perempuan. Tentu saja, dia tidak akan memberikan harapan kepada para perempuan itu dan membuat mereka merasa tidak bisa mengambil hati calon mertua.Ricky naik lift dan langsung menuju lantai paling atas. Setelah tiba di lantai teratas, baru saja keluar dari lift, dia melihat Rika sedang mengantar seorang klien keluar. Di belakang mereka ada beberapa perempuan muda. Melihat pakaian kerja yang mereka kenakan, sepertinya mereka asisten klien Rika.Klien itu tidak mengenal Ricky, Ricky juga tidak mengenalnya. Agar tidak mengganggu Rika, Ricky diam-diam menyingkir ke samping.Rika mengantar klien itu sampai ke bawah. Sekretaris Rika menatap Ricky. Ricky memberi isyarat padanya untuk mengikuti Rika, tidak perlu urus dia. Dia sudah sangat familiar dengan semua yang ada di sini. Ricky sudah sangat familiar dengan kantor dan ruang istirahat Rika.Setelah rombongan masuk ke dalam
“Dia baik sekali malah, sudah pergi urus pekerjaannya. Jangan remehkan Kak Odelina. Dia orang yang sudah melewati badai besar. Di usianya yang baru 15 tahun, kedua orang tuanya meninggal dan harus menghadapi keluarganya yang jahat. Dia bertahan hidup sambil membesarkan adiknya yang baru berusia 10 tahun. Dia bahkan berhasil didik adiknya dengan baik. Orang yang sudah merasakan berbagai penderitaan dalam hidup memiliki tekad yang sangat kuat.”Ricky akhirnya mengerti mengapa Yuna memilih Odelina dan meminta Odelina datang ke Kota Cianter untuk bersaing dengan Felicia.“Baguslah kalau dia nggak takut.”Ricky tersenyum. “Sudah boleh pulang kerja, belum? Oh ya, aku sudah siapkan hadiah untukmu.”Ricky mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku dalam jasnya dan menyerahkannya kepada Rika. Rika mengambilnya, tapi tidak membuka kotak itu untuk melihat isinya. Dia malah berdiri dan berjalan ke meja kerjanya. Dia membuka laci dan meletakkan kotak itu ke dalam laci.“Nggak dibuka dan dilihat dulu
Cakra menatap istrinya dengan sorot menderita dan putus asa. Dia memejamkan matanya karena merasa benar-benar sakit. Dia tidak berani menatap istrinya dan Patricia juga tidak marah. Perempuan itu berjalan ke depan jendela dan menatap ke arah luar.Pikirannya sudah melayang tidak tahu ke mana. Jika dulu orang itu bersedia bersama dengan Patricia dan membantunya serta menikahinya, hidupnya pasti akan bahagia dan sempurna. Sayangnya, dia selalu setia pada kakak perempuannya.Meski kakaknya sudah menikah dan melahirkan anak serta meninggal, orang itu tetap enggan bersamanya dan justru menghilang tanpa jejak. Sudah puluhan tahun berlalu dan sekarang dia telah berusia 70 tahun. Orang itu kemungkinan sudah tiada. Lalu kenapa Patricia masih khawatir?Ponsel Patricia tiba-tiba berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Felicia yang menghubunginya. Setelah hening sesaat, Patricia menerima panggilan tersebut.“Ma.”“Ma, Mama baik-baik saja?” tanya Felicia di seberang telepon.Dia tida
Felicia tidak melihat ke arah ayahnya dan mengikuti ibunya ke ruang tamu berukuran kecil. Dia meletakkan kotak makan di atas meja sofa dan membukanya sambil berkata, “Aku juga bawa dua kue buat Mama.”Patricia duduk dan menatap bubur serta sayur asin dan kue yang dibawakan Felicia. Sesaat kemudian, dia berkata, “Hanya kamu yang bisa benar-benar menyiapkan bubur dan sayur asin buat Mama.”Ketiga anaknya dan Fani tidak akan pernah mematuhi permintaannya. Karena mereka merasa bubur dan sayur asin tidak layak untuk Patricia.“Mama, makanlah selagi hangat.”Felicia dibesarkan di rumah ibu angkatnya. Ketika disiksa, dia bahkan tidak bisa makan bubur polos. Ketika masih kecil, satu mangkuk bubur sudah sangat mewah. Kehidupannya yang menderita membuatnya tetap hidup sederhana meski mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya. Semua sifat dan kebiasaannya tidak akan berubah karena uang.Patricia makan buburnya dalam diam. Dalam benaknya teringat kejadian pagi hari di puluhan tahun yang lalu. Dia
Felicia berkata, “Ma, aku nggak ada anak di luar nikah. Aku hanya menceritakan jika aku ada anak di luar nikah, apakah putriku bisa diakui oleh keluarga?”“Asalkan itu anak kandungmu, maka pasti akan diakui. Kamu hamil dan melahirkan anak perempuan maka akan ada anggota keluarga yang menemanimu. Begitu anaknya lahir, mereka akan langsung diakui.”Felicia membulatkan mulutnya dan berkata, “Kalau begitu, kenapa aku harus menikah? Nggak menikah maka nggak perlu khawatir membagikan harta pada lelaki berengsek.”Ibunya seketika terdia, dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba mengatakan hal seperti ini pada putrinya. Mungkin karena suaminya yang berkhianat dan membuat perasaannya menjadi buruk. Sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk mengeluh pada putrinya.“Meski sudah membuat rencana yang matang, pasti akan ada celah. Cara terbaik adalah memiliki putri tanpa ayah. Kalau nggak menikah, nggak akan ada aset bersama. Dia nggak bisa mendapatkan harta apa pun.”Patricia berkata, “Felicia, anggap
Patricia mendongak dan menatap putrinya sesaat dan berkata, “Mama tahu kamu pintar berpura-pura lemah. Tapi dalam hatimu sangat keras. Kamu ada gayanya Mama, tetapi kamu masih terlalu baik. Kamu harus tahu di dunia ini sebenarnya nggak ada keadilan. Semuanya adalah hukum rimba.”Felicia diam saja.“Kamu kembali saja.”Patricia mengerti kalau penerusnya ini jauh lebih hebat dari Fani, tetapi dia tidak akan menuruti semua ucapannya tidak semuanya dituruti oleh Felicia. Putrinya ada pemikiran sendiri. Dia takut suatu hari nanti akan semua usahanya akan jatuh di tangan keturunan kakaknya. Dengan begitu, semua usahanya selama puluhan tahun ini akan sia-sia.Felicia berpesan agar ibunya memerhatikan kesehatan sebelum dia meninggalkan rumah sakit. Patricia terus melihat kepergian putrinya hingga menghilang. Setelah itu, dia bangkit dan berjalan kembali ke ruang rawat. Dia duduk di depan ranjang pasien dan berkata, “Felicia sudah pulang.”Cakra membulatkan mulutnya. Dalam hati dia mengumpati p
“Ma ….”“Jangan panggil aku Mama lagi, aku bukan mama kamu! Kalau dengar kamu panggil aku Mama, akan kupotong lidahmu! Mamami masih di kampung dan tunggu kamu berkumpul dengannya!”Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, dia menutup pintu kamar lagi. Fani menangis tanpa berani mengeluarkan suara.Cakra yang terbaring di kasur bisa mendengar tangisan Fani. Dia merasa kasihan tetapi tidak berani bersuara. Mendengar suara langkah kaki, dia memejamkan matanya tidak berani melihat istrinya. Cakra takut Patricia melihat sorot iba di matanya.Dia tahu jika dirinya dan Fani akan habis. Meski dia tidak diusir dari keluarga Gatara, hidupnya juga akan bagaikan di neraka. Namun, demi keluarganya, dia harus bertahan. Jika dia ingin hidup enak, maka putranya harus bisa menguasai keluarga Gatara. Jika putrinya yang menduduki posisi tersebut, maka dia tidak mendapatkan keuntungan apa pun.Dalam hati Cakra bersumpah ketika dia sudah pulih, dia akan membantu putranya mendapatkan posisi sebagai penerus
Kemudian Ronny berkata, “Saya senang akan kejujuran seperti ini.”Dira mengangkat alisnya lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu sangat percaya diri, ya.”Yohanna melirik Dira lalu kembali bertanya kepada Ronny, “Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Saya bisa mulai bekerja kapan saja.”Yohanna tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, kamu resmi menjadi koki pribadi rumah ini mulai besok. Pak Jaka sudah menyiapkan kamar untukmu. Gajimu juga akan mulai dihitung besok. Masa percobaan selama satu bulan dan kamu akan menerima gaji harian. Kami tidak akan membiarkanmu bekerja tanpa dibayar di sini.”Semua koki yang datang ke sini juga merasakan hal yang sama. Mereka akan dibayar harian. “Pak Jaka sudah menyiapkan kamar sejak kemarin. Saya tidak ada masalah dengan perhitungan gaji. Saya datang ke sini karena tantangan, jadi gaji bukanlah prioritas bagi saya saat ini.”Ronny memang tidak kekurangan uang. Sekarang, apa yang dibutuhkannya adalah seorang istri.“Baik, kamu bisa kembali ke kamarmu dan be
Namun, Ronny lebih memilih untuk datang ke Kota Aldimo dan melamar sebagai koki keluarga Pangestu daripada mengurus bisnisnya sendiri. Yohanna ingin mengetahui alasan Ronny melakukan hal ini. Ronny pun berkata dengan jujur, “Karena saya butuh tantangan. Saya sudah suka memasak sejak kecil dan mempelajari banyak keterampilan memasak dari berbagai guru. Saya sudah memiliki banyak pengalaman memasak masakan dalam negeri. Walaupun saya sudah berhasil membangun bisnis saya sendiri, tapi saya tahu masih ada langit di atas langit.”“Saya masih harus banyak berkembang dan mulut pelanggan adalah motivasi saya untuk terus berkembang.”Bagaimanapun juga, Ronny adalah seorang koki. Dia menganggap dirinya lulus ujian jika pelanggan makanannya menganggap makanannya lezat. Dia juga tidak segan untuk melakukan perubahan guna meningkatkan kemampuan memasaknya ketika pelanggan memberinya saran. Dia akan semakin termotivasi ketika bertemu dengan pelanggan yang pilih-pilih makanan seperti Yohanna. Namun
“Berdasarkan pengalamanku, kamu sudah lulus,” balas Pak Jaka sambil tersenyum. “Sekarang, keluarlah dan temui Bu Yohanna. Kamu nggak perlu gugup. Walaupun Bu Yohanna kelihatan serius, tapi dia adalah orang yang sangat baik.”“Terima kasih, Pak Jaka. Saya akan keluar dan menemui Bu Yohanna.”Ronny tidak takut dengan orang serius. Karena dia tahu, sikap serius Yohanna pastinya tidak sebanding dengan Stefan. Ronny sudah terbiasa dengan sikap serius Stefan dan sudah kebal dengan orang-orang seperti mereka. Ronny mengikuti Pak Jaka keluar dari dapur. Pak Jaka memperhatikan kalau Ronny sama sekali tidak melihat sekelilingnya dan terpesona dengan kemewahan rumah ini setelah mereka keluar dari dapur. Dia sangat berbeda dengan kandidat koki lainnya yang selalu terpesona dengan kemewahan rumah ini dan melihat ke sekeliling mereka. Pak Jaka langsung berpikir kalau Ronny pasti sudah melihat dunia atau mungkin pemuda ini memiliki kemampuan konsentrasi yang baik. Pak Jaka memiliki kesan yang cuku
Tommy langsung melengkungkan bibirnya dengan penuh rasa kecewa. “Jadi, gimana rasa makanan malam ini?” tanya Yohanna mengalihkan pembicaraan. “Enak, Kak! Enak sekali!”Sepupunya yang masih kecil juga ikut berkata, “Enak sekali, Kak. Apa aku boleh makan setiap hari di sini?”Yohanna langsung tersenyum seraya berkata, “Boleh, kok! Tapi, kalian harus makan dengan serius dan nggak boleh memainkan makanan.”Kedua anak laki-laki itu tampak sangat menggemaskan ketika bersama. Hanya ada mereka berdua sebagai keturunan laki-laki di keluarga Pangestu di generasi ini. Oleh karena itu, semua anggota keluarga sangat menyayangi mereka. Mereka sangat suka bermain bersama dan membuat keributan di rumah utama. Para tetua juga mendukung mereka dan memberikan apa pun yang mereka ingin mainkan. “Oke, kami pasti akan patuh!”“Kalian pakai mantel saat main di luar karena udara sangat dingin.”Kedua anak itu berlarian dengan penuh kegembiraan menuju luar rumah sambil berpegangan tangan. Yohanna langsung
Kota Aldimo Provinsi Sarga. Ronny memutuskan untuk duduk di area dapur sambil membaca berita dari ponselnya untuk menghabiskan waktu setelah semua hidangan selesai disajikan. Sekarang, dia hanya perlu menunggu hasilnya. Sore ini benar-benar sibuk. Dia sudah menyiapkan makanan yang dihidangkan malam ini sejak dia bangun tidur pagi tadi. Pemimpin keluarga akhirnya pulang menjelang malam. Para pelayan membawa setiap masakan yang dipersiapkannya sejak sore tadi dan Ronny tidak harus keluar dari dapur. Dia baru dipanggil keluar setelah Yohanna mencicipi masakannya dan merasa puas. Dia harus terus menunggu sampai ada panggilan dan baru boleh meninggalkan dapur setelah semua anggota keluarga Pangestu meninggalkan ruang makan. Walaupun Ronny sangat percaya diri dengan masakannya, dia mulai cemas ketika belum juga mendapatkan panggilan ketika langit sudah berubah gelap. Dia masih bisa membaca berita melalui ponselnya, tapi hatinya terasa tidak tenang. Dia tidak ingin menjalani ujian dan da
Lagi pula, Katarina datang ke Mambera sendirian karena dirinya. Jadi, Samuel merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan Katarina selama gadis itu masih berada di Mambera. Selain itu, Katarina adalah calon istri yang Nenek pilihkan untuknya. Bukan hanya keluarga Doha saja yang akan membuat perhitungan dengannya kalau sampai hal buruk terjadi kepada Katarina, tapi Nenek juga pasti akan memarahinya. Tidak lama kemudian, Samuel menelepon Stefan. “Kak, aku menginap semalam di kamarmu, ya?” tanya Samuel meminta tolong kepada Stefan setelah kakaknya itu mengangkat panggilan teleponnya. “Kamu bisa tidur di kamar mana pun, selain kamar utamaku,” jawab Stefan yang terbiasa menggunakan kamar utama sebagai tempatnya beristirahat sejenak. “Oke, makasih ya, Kak.”“Gimana keadaan Katarina?”“Dia benar-benar mabuk sampai muntah dan haus. Aku nggak bisa pergi meninggalkannya malam ini, makanya aku memutuskan untuk menginap di sini. Aku akan mengembalikannya ke kamarnya sendiri setelah matahar
Russel mempercayai perkataan pamannya seraya kembali bertanya, “Om, memangnya di mana nyamuknya sekarang?”Stefan langsung membuka telapak tangannya agar Russel bisa melihatnya. Namun, Russel tidak menemukan nyamuk itu. “Om terlambat menepuknya, jadi nyamuknya sudah terbang.”Russel mengangguk polos. Olivia langsung tertawa kecil melihat perilaku Stefan dan Russel. Bagaimanapun juga, Russel hanyalah seorang anak kecil yang tidak bisa mengalahkan orang dewasa, sekalipun anak itu sangatlah pintar. “Russel, kita pulang duluan, ya. Om Stefan masih ada urusan.”Russel langsung melambaikan tangan kecilnya ke arah Stefan seraya berkata, “Dadah, Om Stefan!”“Kamu harus segera istirahat setelah sampai rumah, ya. Dengarkan perkataan Tante Olivia dan jangan nakal. Nanti, Om akan membawamu ke Vila Ferda kalau kamu menurut sama Tante dan Om.”Russel dengan cepat berjanji seraya berkata, “Aku nggak akan membuat masalah dan akan menurut sama Tante Olivia.”“Sayang, kembalilah bekerja. Kami pulang d
Katarina tidak bergerak, bahkan ketika Samuel mengguncang tubuh gadis itu dengan cukup kuat. “Aku sudah bilang agar berhenti minum. Besok, kepalamu pasti sakit setelah mabuk malam ini.”Akhirnya, Samuel terpaksa mengangkat tubuh Katarina lalu membawa gadis itu ke lantai atas. Namun, Samuel tiba-tiba teringat kalau dirinya tidak tahu di mana kamar Katarina. Samuel langsung menghentikan langkahnya lalu menopang tubuh Katarina dengan salah satu tangannya dan tangannya yang lain berusaha mengambil ponsel untuk menghubungi Olivia. “Kak, Katarina menginap di kamar nomor berapa, ya?” tanya Samuel cepat setelah Olivia mengangkat panggilan teleponnya. “Aku nggak tahu. Dia nggak bilang padaku. Dia mabuk, ya? Tunggu sebentar, Kakak akan coba tanyakan seseorang.”Olivia langsung menoleh ke arah suaminya lalu berkata, “Sayang, tanyakan nomor kamar Katarina. Dia mabuk dan Samuel mau mengantarnya ke kamar.”Stefan langsung mengerutkan keningnya tanpa mengatakan apa pun. Namun, dia bergumam sendir
Samuel hanya bisa terdiam. “Kenapa kamu diam? Kamu tidak berani memberitahuku namanya, ya?” tanya Katarina sambil mengerutkan alisnya. “Tenang saja, aku akan bersaing secara sehat. Aku tidak akan menggunakan cara kotor untuk menyakitinya. Ini adalah pertama kalinya aku suka sama laki-laki, makanya aku akan memperjuangkannya. Aku mungkin akan menyerah pada lawanku kalau saja kamu adalah laki-laki kedua yang kusukai.”Katarina bukan hanya tertarik dengan Samuel, tapi juga dengan keluarga Adhitama. Keluarga Adhitama terkenal memiliki tradisi yang sangat baik. Para tetua di keluarga itu memiliki pikiran yang terbuka dan akan selalu mendukung apa pun yang dilakukan oleh para junior mereka. Mereka juga tidak akan menahan para junior mereka, sekalipun mereka tidak setuju dengan keputusan para junior mereka. Mereka sangat berbeda dengan tetua keluarga lainnya di luar sana. Selain itu, Katarina juga mendengar kalau laki-laki keluarga Adhitama sangat menyayangi dan setia kepada pasangan merek