“Oke, kami mengerti.”Para preman ini tidak mengetahui identitas Olivia. Giselle juga tidak bodoh, tidak memberi tahu mereka bahwa Olivia adalah menantu dari keluarga Adhitama. Jika dia memberi tahu mereka, tidak peduli berapa banyak uang yang dia berikan, tidak ada yang akan membantunya melakukan hal ini.“Nanti setelah menerima pembayaran terakhir dariku, hapus nomorku. Selama kalian melakukan seperti apa yang aku katakan, aku jamin kalian nggak akan mendapat masalah.”“Kalau kalian berani sembarang ngomong di luar, jangan salahkan aku kalau aku berbuat kejam nanti.”“Bu Toha, jangan khawatir. Kami nggak akan sembarang ngomong. Setelah menerima uang darimu, kami akan menghilang dari muka bumi ini. Kami satu tim denganmu.”Sebenarnya, Giselle bahkan tidak memberi tahu para preman itu nama belakangnya yang asli.Nomor telepon yang dia gunakan untuk menghubungi para preman ini juga akan dia buang setelah semuanya selesai. Selain itu, nomor ini tidak terdaftar menggunakan namanya.Gisell
Tidak ada orang yang berani mengatakan secara terang-terangan bahwa Pratama Group diboikot oleh Adhitama Group. Saat ini, kedua grup perusahaan itu sudah kembali menjalin hubungan kerja sama yang normal.Orang-orang di luar sana menebak-nebak, Adhitama Group mungkin memutuskan hubungan kerja sama waktu itu karena Pratama Group melakukan kesalahan. Adam Pratama berkali-kali bernegosiasi dengan tuan muda keluarga Adhitama, baru bisa memulihkan hubungan kerja sama antara kedua perusahaan tersebut.“Tapi, aku nggak tahan melihat keangkuhan wanita kampungan itu. Memangnya dia bisa apa, sampai seangkuh itu? Dia bukan apa-apa kalau Pak Stefan sudah nggak suka padanya lagi nanti.”Giselle mengerutkan bibirnya dan berkata, “Kalau aku nggak memberinya sedikit pelajaran, amarahku nggak bisa reda. Ma, aku membayar tujuh atau delapan preman untuk mengikuti Olivia, lalu mereka akan menghadang mobil wanita itu di tempat yang nggak ada CCTV-nya, kemudian memukulnya.”Raut muka Sinta langsung berubah.
Ekspresi di wajah preman itu berubah drastis. “Tuan muda keluarga Adhitama, dari keluarga Adhitama yang terkaya di Mambera itu?”“Ternyata suamiku sangat terkenal, sampai preman pun tahu namanya.”Para preman itu langsung tercengang karena syok. Mereka mengutuk dalam hati.Mereka memaki wanita yang bernama Bu Giselle itu dalam hati. Pantas saja wanita itu mau mengeluarkan banyak uang untuk membayar mereka, hanya untuk menyerang seorang wanita muda. Ternyata wanita ini adalah menantu keluarga Adhitama.Akhir-akhir ini, orang yang paling terkenal di Mambera adalah istri dari tuan muda keluarga Adhitama ini. Sampai mereka para preman juga pernah mendengar tentangnya.Kenapa mereka jadi berurusan dengan wanita ini?Mereka benar-benar sudah ditipu habis-habisan oleh wanita bernama Bu Toha itu.“Bu Olivia, maafkan kami. Kami nggak tahu diri dan memukul mobilmu. Bagaimana kalau kami memberimu sebuah mobil yang baru untuk menggantinya? Kami harap Bu Olivia bisa berbelas kasih dan memaafkan kam
Preman itu akhirnya memilih untuk mendengarkan perintah Olivia dan menelepon Giselle.Olivia meminta dua pengawal nya untuk membantu pria itu berdiri agar bisa menelepon. Bagaimanapun juga, berbicara sambil tergeletak di tanah mudah membuat orang jadi terengah-engah.Giselle, yang didesak oleh ibunya untuk menghubungi para preman itu, tiba-tiba mendapat telepon. Dia berkata kepada ibunya dengan senang, “Ma, mereka telepon. Mereka pasti sudah berhasil melakukan apa yang kusuruh.”Setelah mengatakan itu, dia mengangkat telepon.“Bu Toha, kamu sudah menghancurkan mobil wanita itu, juga memukulinya. Orangnya sudah pingsan, tapi masih bernapas. Kami nggak memukulnya sampai mati. Cepat bayar sisa uangnya, lalu kami akan segera meninggalkan Mambera.”“Yang penting nggak sampai mati. Coba foto dulu, aku mau lihat dulu apa kalian melakukannya sesuai yang kubilang. Setelah itu, aku akan membayar sisa uangnya.”“Kami memukulnya sampai kepalanya berdarah. Karena takut dia mati, kami cepat-cepat me
“Stefan, aku baik-baik saja. Hanya saja, mobilku hancur.”Ketika Olivia keluar dari mobil, para preman itu sudah menghancurkan mobilnya. Dia dan dua pengawalnya dengan cepat mengalahkan para preman itu, tetapi mereka tidak bisa menyelamatkan mobilnya.Stefan melirik mobil yang hancur itu dan berkata, “Nggak apa-apa, selama kamu baik-baik saja. Kalau mobilnya rusak, ganti saja dengan yang baru.”“Ini mobil yang kamu berikan padaku.”“Aku juga memberimu mobil baru di Hari Valentine. Kamu tinggal memakai mobil yang itu. Yang ini dibawa ke bengkel untuk diperbaiki.”Olivia berkata, “Aku lebih suka merek mobil ini.”Lebih sederhana.Stefan langsung berkata, “Besok aku akan membawamu beli mobil baru dengan merek yang sama.”Dengan identitasnya sebagai menantu keluarga Adhitama, Olivia tidak suka memamerkan kekayaan. Stefan akan mengikuti keinginan istrinya ini. Tidak peduli kehidupan seperti apa yang ingin istrinya jalani, asalkan dia masih hidup di dunia ini, dia akan mengabulkannya.“Apa k
Itu juga karena Giselle terlalu gila, merasa terlalu puas diri dan saking senangnya sampai lupa menghapus catatan panggilan yang pembicaraannya direkam.Untuk selanjutnya, Stefan dan Olivia menyerahkannya kepada polisi.Sesampainya di rumah, Stefan jadi lengket sekali dengan Olivia, selalu mengikuti istrinya itu ke mana istrinya pergi.Saat Olivia membawa piamanya dan hendak masuk ke kamar mandi, dia juga ikut.“Stefan, tuan muda keluarga Adhitama, kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja. Kita ini suami istri. Kalau ada apa-apa, bilang saja. Kita ini suami istri, kalau ada masalah, katakan dengan jelas.”Stefan berhenti di depan pintu kamar mandi, lalu bersandar di sana dan menatap Stefan dengan geli, “Sejak memberikan pernyataan kepada polisi, kamu seperti bayanganku saja, ikut aku ke mana-mana.”“Oliv, mulai sekarang bawa pengawal kalau keluar. Oke? Aku akan mengatur empat pengawal untuk ikut denganmu, bergiliran untuk memastikan keselamatanmu selama 24 jam. Aku juga berjanji p
“Oliv, jangan terlalu khawatir. Kita hanya berjaga-jaga. Lagi pula, banyak orang di kalangan kita yang membawa pengawal juga. Keluarga mana yang nggak punya pengawal?”Olivia berkata dengan agak menyesal, “Aku hanya takut keluarga Siahaan akan menyusahkan kakakku dan Russel karena mau membalas dendam padaku.”Namun, dia tidak menyesal membantu Rosalina.Giselle yang keterlaluan.“Nggak akan terjadi. Tenang saja. Ada aku di sini. Lagi pula, kakakmu kan menyewa bangunannya Daniel. Daniel sangat bertanggung jawab kok sebagai tuan rumah, nggak akan membiarkan penyewa gedungnya mendapat masalah. Semua toko yang berada di setengah jalan itu nggak pernah ada masalah sebelumnya.”Bagaimanapun juga, Daniel juga mantan preman dulu.Meskipun dia sudah berpaling dari dunia itu, dia masih kenal banyak orang dan tidak ada yang berani mencari masalah di area miliknya.Daniel sangat menyukai Russel. Kalau ada yang berani menyentuh Russel, bukannya sama aja dengan cari mati?“Kurasa, selain keluarga Si
Reiki tersenyum dan berkata, “Stefan, kamu bukan lagi Stefan yang aku kenal. Bisa-bisanya kamu bilang itu pada Pak Mordekhai.”“Mobil Olivia dicegat dan dihancurkan dalam perjalanan pulang.”Reiki jadi tertarik dengan percakapan mereka. “Siapa yang nggak punya rasa takut, bisa-bisanya mencegat mobilnya istri Stefan Adhitama? Pasti orang itu masuk rumah sakit kan sekarang?”Stefan tidak tahu dia harus tertawa atau bagaimana.“Aku mau menyuruh orang untuk menyelidikinya sekarang.”“Nggak perlu. Aku tahu siapa.”“Siapa?” tanya Reiki dengan rasa ingin tahu. Sifatnya yang suka bergosip muncul. Dia menggunakan imajinasinya yang sangat luas, “Apa orang itu pengagummu?”Stefan berkata, “Pengagummu.”Lalu, dia berkata dengan kesal, “Putri kedua dari keluarga Siahaan.”Reiki langsung tahu keluarga Siahaan yang mana. Dia berkata, “Putri kedua dari keluarga Siahaan itu bukannya melakukan kesalahan, lalu ayahnya, Johan Siahaan, datang untk meminta maaf pada kalian. Baru beberapa hari yang lalu. Sek
Sepasang ibu dan anak yang belum tidur semalaman itu sedang menikmati waktu sunyi berdua dengan berjalan santai di halaman rumah. Meski di luar udara sangat dingin, mereka berdua terlihat seperti tidak terpengaruh. Tidak ada pula dendam atau kebencian yang tersirat dari obrolan mereka. Mereka berdua mengobrol hal-hal biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Di momen itu mereka hanyalah ibu dan anak biasa.Entah berapa lama kemudian, Patricia berkata, “Felicia, ayo duduk. Aku sudah tua, nggak bisa jalan terlalu jauh.”Patricia berkata sembari duduk di kursi panjang yang terbuat dari batu. Felicia pun ikut duduk di kursi itu bersama ibunya.“Langitnya sudah mau terang,” ucap Patricia mendongak ke angkasa. “Di musim dingin, malam lebih panjang dari siang. Kalau di musim panas, jam segini langit pasti sudah terang.”Dia menarik jaketnya dan bertanya, “Felicia, kamu kedinginan, nggak?”“Iya. Suhu udara di luar rumah lumayan dingin.”“Kamu pakai jaket terlalu tipis. Seharusnya kamu pakai jaket y
Meski perjamuan malam ini menyimpan bahaya yang tersembunyi, Cakra tetap akan menemani Patricia terjun ke dalam jurang.“Tapi acara malam ini pasti bakal jadi pertumpahan darah. Kalian harus ikuti terus Felicia, biar aku yang jagain kalian,” kata Cakra. “Mama kalian nggak bakal membiarkan anak putri satu-satunya celaka. Makanya dia pasti sudah menyiapkan jalan keluar untuk Felicia. Kalian awasi terus Felicia, dijamin kalian pasti selamat.”“Pa, itu kan cuma dugaan saja. Kita ini juga anak kandung Mama. Kalau ada bahaya, masa iya Mama bakal sengaja minta kita datang ke sini? Papa mikirnya jangan terlalu mengada-ada.Mendengar itu, Cakra langsung memelototi anak sulungnya. “Kamu ini selalu saja membantah. Kalau saja kalain menurut apa kataku, malam ini kita semua sudah ada di kampung halamanku. Aku juga nggak perlu khawatir. Sekarang dinasihati baik-baik malah melawan. Mama kamu itu benci aku dan nggak pernah mau lihat wajahku, tapi tiba-tiba aku dipanggil untuk menginap di sini. Kamu pi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa