“Ya ampun!”Sintia dengan genit memegang dokumen itu terbalik di dadanya, lalu merasa itu tidak pantas dan menyembunyikannya di belakang punggungnya. “Kak Chelsea, jangan salah paham.”Di telingaku, kata-katanya terdengar sama saja seperti “Aku sengaja menunjukkannya padamu”.Aku ingin berpura-pura tidak peduli dan berjalan masuk dengan percaya diri, tetapi hatiku seperti dicengkeram erat oleh tangan tak kasat mata dan rasa sakitnya begitu hebat hingga aku seakan susah bergerak.Aku adalah orang yang terbiasa membuat rencana. Ketika dihadapi dengan hal-hal ketidakpastian yang nyata, aku terbiasa membuat banyak rencana untuk diriku sendiri.Aku bahkan berpikir tentang bagaimana aku akan bertanggung jawab terhadap Gavin, apakah dengan membayar uang perawatan atau mencari perawat untuknya. Aku pikir, aku harus ikut bertanggung jawab. Bahkan kalau Salma memarahiku atau memukulku, aku masih bisa menahannya. Aku siap untuk berbicara baik-baik dengan Gavin.Mengenai fotoku itu, dia pernah men
Sintia berlari keluar dengan tergesa-gesa, tetapi aku merasa seperti tersengat listrik di sekujur tubuhku.Gerakan Gavin saat memegangku terasa alami dan harmonis. Kami berdua sudah sering melakukan ini sebelumnya, itulah sebabnya dia sangat ahli dalam hal ini.Gerakannya ambigu dan mesra.Waktu itu, aku masih menuruti kelembutannya dan menikmati pelukannya. Dia hanya memelukku dan masa lalu antara aku dan dia selama kurun waktu itu terus muncul dalam pikiranku.Aku memijat pelipisku karena sakit kepala dan tenggorokanku tidak mampu menahan erangan tidak nyaman. Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku. Mungkin untuk melampiaskan kekesalan atau mungkin upaya untuk menghentikan kenangan itu sedang menggerogoti otakku.Kenangan itu tidak lagi terasa manis, kenangan itu lebih mematikan daripada racun.Aku meronta, tetapi Gavin menarikku lebih kuat lagi hingga aku benar-benar terbenam dalam pelukannya.Aku tidak mampu menahan diri untuk melawan dan berteriak, “Lepaskan! Lepaskan aku!”G
“Foto apa?”Gavin mengerutkan kening, tampak seperti dia tidak mengerti.Aku menatapnya dan tidak tahu apakah dia benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.Kalau dia memang peduli padaku, dia pasti sudah menyiapkan perlindungan untukku dan tidak akan membiarkanku menderita karena masalah itu.Namun, entah benar atau tidak, dia bukan lagi pria yang bisa kuandalkan.“Tamparan di wajahmu tadi belum cukup adil.” Aku benar-benar lelah, jadi aku berbicara dengan tenang, “Hanya itu yang ingin kukatakan. Aku tidak akan menemuimu lagi, kecuali saat kita bercerai.”Ketika berbicara tentang perceraian, mata Gavin memerah. Dia mencubit daguku dan menundukkan kepalanya. “Jangan tinggalkan aku mulai sekarang!”Tubuhnya sangat panas, begitu pula bibirnya, dia sekuat tenaga menciumku, dia sangat berenergi.“Hmm …”Aku memberontak dan dia mencengkeram lenganku.Aku menutup bibirku dan dia berbalik untuk mencium telingaku.Tidak peduli seberapa kuat aku menghindar, dia selalu bisa menguasaiku.A
“Kenapa? Kamu tidak tahan dengan ini?”Gavin mencibir, “Kamu tahu aku sedang dalam suasana hati yang buruk, tetapi kamu masih bisa datang kepadaku dan berbicara tentang perceraian. Menurutmu, kata-kata baik apa yang bisa kukatakan kepadamu? Kalau itu adalah Olivia yang belum siuman sekarang, kamu …”“Diam!” teriakku dengan keras. “Jangan berani-berani sebut nama ibuku! Kalau saja kamu tidak menggunakan Grup Audra Asri sebagai ancaman, ibuku tidak akan begitu marah sampai mengalami kecelakaan mobil!”Aku meronta sekuat tenaga dan akhirnya berhasil menarik tanganku untuk mendorongnya, lalu aku berdiri.Ketika aku merapikan bajuku, tanganku masih gemetar dan aku tidak bisa mengancing bajuku, tidak peduli berapa kali aku mencobanya.Gavin menatapku dengan dingin, matanya yang gelap tanpa kehangatan dan perasaan. “Jadi, kamu selalu menyalahkanku atas kematian Olivia.”Dia mengangguk sambil tersenyum pahit. “Sebagai suamimu, kalau menurutmu ini akan membuatmu merasa lebih baik, kamu boleh me
“Apa katamu!”Gavin peduli pada Ayana. Ketika namanya disebut, dia langsung duduk tegak.Dia mengambil alat perekam yang kulempar ke tempat tidur dan melotot ke arahku. “Ada apa dengan Ayana? Jelaskan!”“Tidak apa-apa,” kataku santai. “Kenyataannya, dia memang pergi ke kantor polisi.”“Chelsea, bagaimana kamu bisa membiarkan Ayana ke sana?”Sikap Gavin yang cemas benar-benar membuatku tertawa. “Aku juga ingin tahu, bagaimana sebenarnya agar kamu bisa melepaskanku? Atau biar kukatakan dengan kata lain, agar kamu menceraikanku, aku akan melepaskan Ayana.”Aku menatap Gavin dan pandanganku tiba-tiba kabur. “Bagaimana? Apakah kamu setuju?”Dia menenangkan diri, mengikuti senyumku, dan berkata dengan suara dingin, “Pantaskah kamu untuk bernegosiasi denganku? Keluarlah!”Aku mengangguk, tampak linglung, seolah-olah aku sedang berjalan sambil tidur di neraka.Saat menutup pintu, aku melihat sekilas Gavin sedang mendengar hasil rekaman itu dengan kepala tertunduk.Tidak sabar menunggu.Pernahk
Dalam suasana senja, anak laki-laki tinggi itu membungkukkan punggungnya dan memelukku. Dia gemetar bahkan lebih kencang daripada aku.Tuan muda yang biasanya sombong itu tidak bisa berbicara lagi. Dia bersenandung seolah ingin menghiburku, tetapi tidak tahu bagaimana cara memulainya.Namun, dia tidak tahu kalau pelukan ini seperti bernilai seribu kata.Aku pikir, aku harus menghadapi opini sosial sendirian dan menunggu sampai orang-orang di internet melupakan masalahku. Meskipun Kenzo tidak berkata apa pun, aku tahu kalau aku tidak lagi sendiri.Pelukan ini adalah kehangatan yang bahkan tidak bisa aku minta dari suamiku.Kenzo seakan menyalakan lampu untukku dalam kegelapan. Meski tidak cukup terang, seakan sudah cukup untuk menerangi jalan pulangku.“Baiklah.” Aku mengangkat tanganku dan menepuk bahunya pelan. “Aku baik-baik saja.”Kenzo menegakkan tubuh, rona merah samar muncul di pipinya. “Yah, kamu memang bermuka tebal, aku tahu kamu pasti baik-baik saja.”…Aku baru saja meratapi
“Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku sudah mengirimnya ke kantor polisi.”Aku tidak mau membicarakan hal-hal buruk itu lagi dengan Kenzo. Aku hanya ingin cepat-cepat pulang, tetapi Kenzo sangat sensitif dengan kata “kantor polisi”.Tanpa ragu sedikit pun, dia berkata, “Apakah kamu sudah bertemu seseorang yang bernama Bertha itu?”Kenzo masih Kenzo yang sama, tapi entah kenapa, pemuda tinggi ini tiba-tiba menjadi minder dan sedih saat ini, bahkan seakan dirinya tersembunyi dalam cahaya dan bayangan yang redup, seolah-olah dia bisa menghilang kapan saja.Aku tidak tahan melihat Kenzo seperti ini. “Tidak ada apa-apa antara aku dan Bertha. Dia adalah temanku.”“Chelsea!” Suaranya terdengar sabar dan terkendali. “Kamu tidak tahu apa yang kupedulikan! Yang kupedulikan adalah di saat kamu sedang dalam masalah, orang pertama yang kamu harus pikirkan adalah aku!”Perkataannya bergema di lorong yang kosong, terdengar penuh dengan keputusasaan.Aku tetap diam sampai punggungnya menghilang di lift
Wanita itu mencabut banyak rambutnya dengan tangannya. “Sekarang aku ingat! Pelacur yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di dunia maya itu pasti kamu! Kamu sudah menikah dan tidak boleh merayu pria lain, tetapi sekarang kamu mencoba merayu suamiku!”Dia mengambil secangkir kopi dan melemparkannya ke arahku. Aku tidak bisa menghindar tepat waktu dan jas kerjaku yang sudah disetrika rapi pun terkena cipratan.Namun, bagaimanapun juga, dia adalah klienku, jadi aku hanya bisa memakluminya. Aku mengucapkan selamat tinggal kepada klienku dengan senyum profesional dan berkata, “Silakan hubungi saya kapan pun Anda mau.”Aku tidak menanggapi serius teriakan histeris wanita dari belakangku, tetapi ketika aku pulang dan mandi, aku menerima pesan bahwa pria itu ingin mengganti pengacara.“Maaf, Pengacara Chelsea, situasi Anda mungkin membuat istri saya semakin enggan menceraikan saya. Saya akan mengajukan permohonan ke firma hukum Anda untuk mengganti dengan pengacara lain yang bisa melayani