Share

Bab 156

Gavin tampak sangat malu, tetapi aku tidak berani menoleh ke belakang.

Aku takut melihat wajahnya yang pucat seperti salju dan matanya yang gelap dengan kilaunya yang sudah hilang.

Aku menggunakan sisa kewarasanku untuk memanggil perawat, tanpa memikirkan apakah perawat bertubuh kecil itu sanggup menopang lelaki setinggi itu, lalu aku meninggalkan rumah sakit secepat mungkin dalam keadaan tergesa-gesa.

Kelopak bunga jingga bergetar hebat tertiup angin.

Selain di batu nisan orang tuaku, aku tidak tahu di mana lagi aku bisa menangis sepuasnya.

Orang dewasa memang seperti ini, bahkan untuk menangis pun mereka harus mencari alasan dan memilih tempat.

Aku pikir, aku akan menangis histeris.

Namun, saat aku benar-benar berlutut di depan batu nisan orang tuaku, emosi yang kuat, marah, dan sedih itu pun mereda. Sayangnya, aku seolah kehilangan kemampuan untuk menangis.

Atau mungkin merasa sulit berbicara dengan orang tuaku tentang hubunganku dengan Gavin yang tidak wajar ini dan yang tersisa ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status