Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 84 : Perhatian untuk Pasien

Share

📌 84 : Perhatian untuk Pasien

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 08:34:23

Pasien yang dulu minta pindah dokter dan kini kembali kesini, menunduk ketika Abian melihat seluruh tes kesehatannya.

“Kenapa pindah lagi kesini?” tanya Abian tanpa mengalihkan pandangan dari seluruh hasil tes.

“Eum—”

Abian menatap pasien, “Nanti sore lakukan segera kateterisasi jantung kiri.”

Pasien melotot, “Saya—harus operasi, dok?”

“Hm.”

Wajah pasien pucat pasi, “Gimana dong, dok? Saya—anak rantau. Saya tidak punya wali.”

“Hanya operasi kecil. Operasi memakan waktu tiga puluh menit. Jika kondisi baik, mas boleh langsung pulang.”

Pasien tampak gelisah meski sudah membuang nafas kecil, “Dokter yang akan melakukannya?”

“Kenapa kalau saya? Kamu takut?”

Pasien menggeleng.

“Dokter residen yang akan melakukan, dipantau dokter jantung dan pembuluh darah.”

Pasien menangis, “Kenapa saya harus sampai dilakukan tindakkan ini, dok?”

“Karena mas tidak pernah meminum obatnya, sehingga ada kelainan di otot dan infeksi katup jantung. Jika tindakan katerterisasi tidak membantu, ke depa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 85 : Pertanyaan untuk Alan

    “Nat, kemana?” Vina mengejar Natasya yang berlari karena ingin melihat kondisi Alan setelah mengacuhkannya dua hari kemarin.Langkah Natasya memelan dan tersenyum sok manis, “Ketemu suami.”“Iih, jijik. Mau ngapain lo siang-siang begini?”Natasya menyatukan dua jari-jari yang sudah di kerucutkan, “Mau ini.”Vina mendorong bahu Natasya, “Jangan bilang-bilang gue!"“Ihhh, mau lo yaaa.” Natasya sengaja menggoda. Ia tahu jelas Vina tipe ‘doyanan’, sehingga di pancing sedikit akan membuatnya menggila.Kedua pipi Vina merona, “Ah, apaan sih lo. Gue pergi dulu.”“Vin, mau kemana? Minta suami lo nyamperin sini dong hahaha.”Vina sudah berjalan menjauhi Natasya yang usil, “Diem lo! Nanti kita makan bareng ya.”“Oke.”Setelah memastikan Vina tak akan mengikutinya, Natasya kembali berlari menuju bangsal VIP. Untungnya sampai saat ini sahabatnya belum mendengar apapun soal Alan dari yang lain. Semoga sampai Alan pulang, ia tidak mendapatkan info

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Pernikahan Bayaran    📌 86 : Waktu yang Salah

    Pov AbianAbian terus memantulkan bola bisbol ke dinding dekat meja kerja di ruang pribadinya.Dari siang Natasya sibuk dengan tugasnya, juga dengan urusan Alan.“Mereka udah baikkan lagi, dan gue—di sisihkan.”“Dia bilang gak bisa mencintai Alan kalo cuma cinta sendirian. Buktinya dia bisa. Gue tahu Alan gak mencintai Natasya.”Ceklek.“Bi?”Abian menoleh, “Van?”“Gue salah beli kopi nih. Mau gak?”“Boleh.”Irvan masuk. Ia menaruh cup kopi di meja. Ia terus melihat lemparan bola yang konsisten, “Lo—ada masalah apa?”Abian berhenti memantulkan bola. Ia nyengir ke arah Irvan.“Kenapa?”“Alan—”“Kenapa sama Alan?”“Lo ‘kan tahu dari Vina kalo—Natasya dan Alan adalah mantan kekasih. Menurut lo—mereka masih saling nyimpen rasa gak sih?” tanya Abian hati-hati.Irvan duduk di sofa, “Hmmm. Kalo menurut penglihatan gue ya, waktu jengukin Alan. Yang masih ada rasa cuma—istri lo.”Abian menahan nafasnya, “Kal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Pernikahan Bayaran    📌 87 : Tak Akur

    Natasya turun dari taksi di depan rumah, setelah mengantarkan Alan pulang. Tadinya ia akan menghabiskan waktu dengan sang kekasih di rumahnya, tapi Haikal sangat berisik memintanya pulang. Ia memang terlalu lama tak menampakkan diri. Satu minggu ia menginap di rumah sakit.“Pagiiiii anak kesayangan mami.”Haikal manyun. Ia terus memainkan robot tanpa menghiraukan Natasya.“Kok—jutek banget sama mami?” Natasya duduk lesehan didepan Haikal, “Ical marah sama mami?”“Mami kenapa pulangnya gak bareng sama papi?”“Eum...” Natasya melirik Abian yang menuruni tangga, “Soalnya mami ada urusan sebentar.” Ia melirik Abian, “Mas?”“Aku pergi. Kamu disini temenin Ical. Mama juga lagi pergi arisan sama temen-temennya.”Natasya tak menjawab.“Kenapa? Mau pergi juga?” Abian duduk di sofa menatap Natasya acuh tak acuh.Natasya menggeleng. “Kalo mau pergi ya pergi aja, tapi bawa Ical.”“Enggak kok, mas, aku gak pergi.”“Oh iya, ‘kan baru pulang.” jawab Abian penuh penekanan.Haikal menata

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Pernikahan Bayaran    📌 88 : Ucapan Syukur

    Natasya membuang nafas berkali-kali di mobil. Sebentar lagi mereka akan sampai ke rumah orang tua Vina yang dijadikan tempat acara. Sebelumnya mereka mampir ke toko mainan dekat rumah, untuk membelikan kado berupa satu set boneka barbie lengkap dengan rumahnya.“Mami, anak temen mami bakal suka gak sama kado dari aku?”Natasya menoleh, “Boneka Lumba-Lumba itu? Pasti suka. Soalnya bonekanya lucu.”“Sama kayak Ical, ya?”“Iya dong. Itu rumahnya udah deket. Ical siap berpesta?”“Siaaaap.”Mobil belok ke sebuah rumah yang halamannya besar sekali. Taman sudah di dekor sedemikian rupa dengan banyak balon dan gambar unicorn di sana-sini.Haikal melompat turun dari mobil. Ia yang sudah bertemu Vina sebelumnya sangat sok kenal sok akrab dengannya.Natasya melirik, “Kita harus akting semuanya lagi baik-baik aja.”“Emang sebenernya kita kenapa?”“Gak usah nyari ribut deh. Udah jelas mas yang mulai masalah duluan.”“Saya gak mulai.”“Ayo turun, Vina udah ngeliatin kita.”Natasya kelu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Pernikahan Bayaran    📌 89 : Memikirkan Ulang

    Acara ulang tahun Kalista berlangsung sangat meriah. Semua tamu yang di dominasi teman-teman Vina dan Arfan, menghasilkan kado yang menumpuk. “Wah, ini kado barbie sama rumahnya dari siapa, ya, kak?” Vina senang ia tak perlu mengeluarkan uang karena keinginan Kalista sudah terkabul.“Gak tahu, ma. Siapapun yang kasih, aku berterima kasih banget.”“Itu dari papi aku!” pekik Haikal.Semua orang melirik Abian.“Wah, terima kasih banyak dokter Abian, atas kadonya. Uang kami jadi aman.” cuap Arfan disambut tawa yang lain.“Sama-sama. Maaf, hanya itu yang bisa saya bawa. Saya—tidak tahu kado apa yang cocok untuk anak usia tiga tahun.”Kalista antusias menimpali ucapan Abian, “Banyak, om. Ada lego, rumah princess, dapur dan semua peralatan masak, sama—” Vina menutup mulut Kalista, “Hehe, itu lebih dari cukup, dok.”“Papi emang baik banget, dek. Kakak aja sering dibeliin hadiah. Meskipun—papi marah-marah terus, gak papa lah.” ucapan Haikal disambut tawa yang lain.“Vin, semuanya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-18
  • Pernikahan Bayaran    📌 90 : Peringatan Natasya

    Natasya tak bicara apapun di mobil hingga sampai ke rumah. Ia hanya berbasa-basi sedikit pada mama sebelum menaiki tangga. Kini ia hanya meringkuk bagai janin dalam rahim ibunya--di ranjang.“Kamu belum laper?” Abian baru masak kamar setelah makan malam.“Belum.”“Dari tadi kamu belum makan berat loh. Bukannya kamu punya asam lambung?"“Hm.”Abian mendekati ranjang, “Kamu—kenapa? Kamu marah sama saya karena tadi?”“Emang kenapa tadi?”“Kamu pikir sopan ngobrolnya munggungin gini?”Natasya bergerak. Ia duduk tegap menatap Abian.“Karena saya gak nurutin kamu mau pulang, kamu marah sama saya?”“Enggak.”“Nat, saya bukan cenayang. Kalo ada apa-apa kamu bisa ngomong ‘kan? Jangan nggak-nggak terus kamu jawab.”“Ya emang gak papa.”Abian bangkit. Ia duduk di sofa. ‘Dia kenapa sih, aneh banget. Apa Natasya lagi lanjutin ribut yang tadi pagi?’ batinnya.Natasya kembali tidur meringkuk. Ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.Abian mendekati ranjang. Natasya yang belum tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 91 : Memergoki Alan

    Natasya menuruni tangga setengah berlari. Ia memakai jaket dan memesan taksi online karena tidak tahu akan pulang kapan.“Nat, tunggu.” Abian mengejar.Langkah Natasya memelan ketika mendekati sofa ruang tamu. Mama ternyata belum tidur. Mama sedang membaca buku sambil mengelus rambut Haikal yang tidur dipahanya.“Nat? Mau kemana?” mama membuka kaca mata bacanya.Abian berdiri disamping Natasya, “Eum itu, ma, pasien yang Natasya pegang—anfal, kita mau ke rumah sakit.”“Ya ampun. Ya udah, kalian hati-hati ya. Kalian nginep aja disana, capek kalo bolak-balik.”“Iya, ma, ayo sayang.” Abian menuntun Natasya.“Ma, pergi dulu, ya? Ical—”Mama melirik Haikal, “Gak papa, yang penting besok kalian pulang. Kalian libur ‘kan?”Natasya mengangguk, “Kita pamit, ma.”Di teras, setelah menutup pintu, Natasya melepaskan tangan Abian, “Mau kemana?”“Saya anterin kamu.”“Gak usah. Makasih udah bantuin aku tadi. Tapi lebih baik mas pergi aja ke apartemen Aca, atau kemana lah, terserah.” Nata

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 92 : Cerita Kelam Abian

    Natasya harus ke rumah sakit saat masih pagi buta karena panggilan urgensi. Ia diminta membawa Abian, tapi ia tak bisa melakukan itu. Abian tak ada kabar. Ia pun tak bisa menanyakannya pada mama, karena mama tahunya Abian jaga malam di rumah sakit.“Kondisi pak Waluyo gimana?” tanya Natasya pada Tika yang berjaga semalaman memantau kondisi pasien.“Buruk, Nat. Harus segera dilakukan tindak operasi, tapi beliau keukeuh pengen dokter Abian yang melakukannya.”Natasya membuang nafas pelan. Ia harus melakukan sesuatu agar suaminya mau berbaik hati pada pasien.Pak Waluyo adalah pasien VIP yang sempat memakai jasa Abian untuk mengoperasi istrinya lima tahun lalu. Beliau memohon dengan sangat untuk melakukan itu padanya. Beliau rela membayar biaya berapa pun yang penting dokter bedah utamanya adalah Abian.Tapi Abian tidak memberikan jawaban apapun setiap didesak kepala bagian poli bedah kardiotoraks terkait ini. Padahal keuntungan jika ia melakukan itu tidak hanya berlaku untuk Abian,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status