Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 87 : Tak Akur

Share

📌 87 : Tak Akur

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-02-17 09:08:37

Natasya turun dari taksi di depan rumah, setelah mengantarkan Alan pulang. Tadinya ia akan menghabiskan waktu dengan sang kekasih di rumahnya, tapi Haikal sangat berisik memintanya pulang. Ia memang terlalu lama tak menampakkan diri. Satu minggu ia menginap di rumah sakit.

“Pagiiiii anak kesayangan mami.”

Haikal manyun. Ia terus memainkan robot tanpa menghiraukan Natasya.

“Kok—jutek banget sama mami?” Natasya duduk lesehan didepan Haikal, “Ical marah sama mami?”

“Mami kenapa pulangnya gak bareng sama papi?”

“Eum...” Natasya melirik Abian yang menuruni tangga, “Soalnya mami ada urusan sebentar.” Ia melirik Abian, “Mas?”

“Aku pergi. Kamu disini temenin Ical. Mama juga lagi pergi arisan sama temen-temennya.”

Natasya tak menjawab.

“Kenapa? Mau pergi juga?” Abian duduk di sofa menatap Natasya acuh tak acuh.

Natasya menggeleng.

“Kalo mau pergi ya pergi aja, tapi bawa Ical.”

“Enggak kok, mas, aku gak pergi.”

“Oh iya, ‘kan baru pulang.” jawab Abian penuh penekanan.

Haikal menata
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 88 : Ucapan Syukur

    Natasya membuang nafas berkali-kali di mobil. Sebentar lagi mereka akan sampai ke rumah orang tua Vina yang dijadikan tempat acara. Sebelumnya mereka mampir ke toko mainan dekat rumah, untuk membelikan kado berupa satu set boneka barbie lengkap dengan rumahnya.“Mami, anak temen mami bakal suka gak sama kado dari aku?”Natasya menoleh, “Boneka Lumba-Lumba itu? Pasti suka. Soalnya bonekanya lucu.”“Sama kayak Ical, ya?”“Iya dong. Itu rumahnya udah deket. Ical siap berpesta?”“Siaaaap.”Mobil belok ke sebuah rumah yang halamannya besar sekali. Taman sudah di dekor sedemikian rupa dengan banyak balon dan gambar unicorn di sana-sini.Haikal melompat turun dari mobil. Ia yang sudah bertemu Vina sebelumnya sangat sok kenal sok akrab dengannya.Natasya melirik, “Kita harus akting semuanya lagi baik-baik aja.”“Emang sebenernya kita kenapa?”“Gak usah nyari ribut deh. Udah jelas mas yang mulai masalah duluan.”“Saya gak mulai.”“Ayo turun, Vina udah ngeliatin kita.”Natasya kelu

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pernikahan Bayaran    📌 89 : Memikirkan Ulang

    Acara ulang tahun Kalista berlangsung sangat meriah. Semua tamu yang di dominasi teman-teman Vina dan Arfan, menghasilkan kado yang menumpuk. “Wah, ini kado barbie sama rumahnya dari siapa, ya, kak?” Vina senang ia tak perlu mengeluarkan uang karena keinginan Kalista sudah terkabul.“Gak tahu, ma. Siapapun yang kasih, aku berterima kasih banget.”“Itu dari papi aku!” pekik Haikal.Semua orang melirik Abian.“Wah, terima kasih banyak dokter Abian, atas kadonya. Uang kami jadi aman.” cuap Arfan disambut tawa yang lain.“Sama-sama. Maaf, hanya itu yang bisa saya bawa. Saya—tidak tahu kado apa yang cocok untuk anak usia tiga tahun.”Kalista antusias menimpali ucapan Abian, “Banyak, om. Ada lego, rumah princess, dapur dan semua peralatan masak, sama—” Vina menutup mulut Kalista, “Hehe, itu lebih dari cukup, dok.”“Papi emang baik banget, dek. Kakak aja sering dibeliin hadiah. Meskipun—papi marah-marah terus, gak papa lah.” ucapan Haikal disambut tawa yang lain.“Vin, semuanya,

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pernikahan Bayaran    📌 90 : Peringatan Natasya

    Natasya tak bicara apapun di mobil hingga sampai ke rumah. Ia hanya berbasa-basi sedikit pada mama sebelum menaiki tangga. Kini ia hanya meringkuk bagai janin dalam rahim ibunya--di ranjang.“Kamu belum laper?” Abian baru masak kamar setelah makan malam.“Belum.”“Dari tadi kamu belum makan berat loh. Bukannya kamu punya asam lambung?"“Hm.”Abian mendekati ranjang, “Kamu—kenapa? Kamu marah sama saya karena tadi?”“Emang kenapa tadi?”“Kamu pikir sopan ngobrolnya munggungin gini?”Natasya bergerak. Ia duduk tegap menatap Abian.“Karena saya gak nurutin kamu mau pulang, kamu marah sama saya?”“Enggak.”“Nat, saya bukan cenayang. Kalo ada apa-apa kamu bisa ngomong ‘kan? Jangan nggak-nggak terus kamu jawab.”“Ya emang gak papa.”Abian bangkit. Ia duduk di sofa. ‘Dia kenapa sih, aneh banget. Apa Natasya lagi lanjutin ribut yang tadi pagi?’ batinnya.Natasya kembali tidur meringkuk. Ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.Abian mendekati ranjang. Natasya yang belum tid

    Last Updated : 2025-02-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 91 : Memergoki Alan

    Natasya menuruni tangga setengah berlari. Ia memakai jaket dan memesan taksi online karena tidak tahu akan pulang kapan.“Nat, tunggu.” Abian mengejar.Langkah Natasya memelan ketika mendekati sofa ruang tamu. Mama ternyata belum tidur. Mama sedang membaca buku sambil mengelus rambut Haikal yang tidur dipahanya.“Nat? Mau kemana?” mama membuka kaca mata bacanya.Abian berdiri disamping Natasya, “Eum itu, ma, pasien yang Natasya pegang—anfal, kita mau ke rumah sakit.”“Ya ampun. Ya udah, kalian hati-hati ya. Kalian nginep aja disana, capek kalo bolak-balik.”“Iya, ma, ayo sayang.” Abian menuntun Natasya.“Ma, pergi dulu, ya? Ical—”Mama melirik Haikal, “Gak papa, yang penting besok kalian pulang. Kalian libur ‘kan?”Natasya mengangguk, “Kita pamit, ma.”Di teras, setelah menutup pintu, Natasya melepaskan tangan Abian, “Mau kemana?”“Saya anterin kamu.”“Gak usah. Makasih udah bantuin aku tadi. Tapi lebih baik mas pergi aja ke apartemen Aca, atau kemana lah, terserah.” Nata

    Last Updated : 2025-02-19
  • Pernikahan Bayaran    📌 92 : Cerita Kelam Abian

    Natasya harus ke rumah sakit saat masih pagi buta karena panggilan urgensi. Ia diminta membawa Abian, tapi ia tak bisa melakukan itu. Abian tak ada kabar. Ia pun tak bisa menanyakannya pada mama, karena mama tahunya Abian jaga malam di rumah sakit.“Kondisi pak Waluyo gimana?” tanya Natasya pada Tika yang berjaga semalaman memantau kondisi pasien.“Buruk, Nat. Harus segera dilakukan tindak operasi, tapi beliau keukeuh pengen dokter Abian yang melakukannya.”Natasya membuang nafas pelan. Ia harus melakukan sesuatu agar suaminya mau berbaik hati pada pasien.Pak Waluyo adalah pasien VIP yang sempat memakai jasa Abian untuk mengoperasi istrinya lima tahun lalu. Beliau memohon dengan sangat untuk melakukan itu padanya. Beliau rela membayar biaya berapa pun yang penting dokter bedah utamanya adalah Abian.Tapi Abian tidak memberikan jawaban apapun setiap didesak kepala bagian poli bedah kardiotoraks terkait ini. Padahal keuntungan jika ia melakukan itu tidak hanya berlaku untuk Abian,

    Last Updated : 2025-02-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 93 : Memohon pada Abian

    Abian sudah bisa dihubungi. Ia mengatakan akan langsung ke rumah sakit untuk melakukan visit. Natasya jadi harap-harap cemas, karena memiliki amanah untuk membujuk Abian melakukan operasi cangkok jantung pada pak Waluyo dalam keadaan ia tahu titik sulit dan akar masalah yang menyebabkan suaminya tidak mau melakukan operasi lagi.Natasya berdiri didepan ruangan Abian, tersenyum melihat kedatangan suaminya, “Mas? Gimana kondisi Aca?”“Dia cuma butuh bedrest. Untungnya gak ada dislokasia bahu atau luka abdomen perut.”“Ah, iya, syukurlah.”Abian heran, kenapa Natasya peduli pada Aca. Ia tahu istrinya orang baik jika tidak diganggu duluan, tapi menurutnya aneh saja. Aca juga terlihat tak lagi membuat masalah pada istri kontraknya.Abian membuka pintu ruangannya.“Mas, udah makan?” Natasya membuntut masuk ke dalam.“Saya belum laper.”“Aku udah beliin bubur ayam. Masih anget, mas, yuk makan, aku juga belum makan.”Mereka duduk di sofa, memakan bubur masing-masing. Natasya selalu

    Last Updated : 2025-02-20
  • Pernikahan Bayaran    📌 94 : Investigasi Lanjutan

    Natasya tak sabar menunggu kedatangan Vina yang masih melakukan tindakan di UGD. Ia duduk dengan dua mangkuk sop iga pedas di meja pojok kantin.“Nah itu dia orangnya dateng. Vin, buruan!”Vina berlari menghampiri meja. Matanya terpukau melihat suguhan sahabatnya, “Kebetulan banget nih gue emang lagi pengen yang pedes-pedes.”Tanpa menunggu Natasya menyentuh pesanannya, Vina langsung menandaskan sop iga miliknya. Ia melirik sahabatnya yang hanya sibuk menatapnya.“Lo kenapa?”Natasya mendorong mangkuk miliknya, “Abisin, gue gak laper.”“Lo belum makan ‘kan? Kok di kasiin ke gue?”“Gue udah makan kok tadi pagi, dan belum laper. Abisin aja.”Vina menarik mangkuk itu dan memakannya pelan-pelan, “Ada apa?”Natasya mencondongkan tubuhnya ke meja. Wajahnya berbinar ketika sadar, kalau investigasi mereka akan segera menemukan titik terang.“Menurut lo, kenapa dalam kurun waktu tiga tahun gak operasi, mas Abian mau ngelakuin dua operasi itu empat bulan dan sebulan lalu?”Vina menge

    Last Updated : 2025-02-21
  • Pernikahan Bayaran    📌 95 : Mengenang Anesia

    Sudah dua jam Natasya dan Vina menunggu, Irvan tak menunjukkan batang hidungnya.“Gue balik ah. Ngapain kumpul sama nyamuk begini.” Vina bangkit.Natasya tak menahannya. Ia justru tidak enak karena menahan sahabatnya, padahal waktunya sangat berharga sebagai seorang ibu dan istri.“Gue balik. Lo juga. Kita bisa ketemu dia besok.” kata Vina sambil bersiap.Natasya hanya manyun karena sebenarnya ia pun ingin pulang.Belum sempat Vina membalikkan badan, pintu evakuasi bergerak. Irvan datang membawa dua jaket dan dua kopi. Matanya melirik ke arah Vina yang tak di kira ada disini.Senyum Natasya mengembang. Ia menyambut kedatangan sahabat barunya, “Van, sini.”Irvan memberikan dua kopi untuk Natasya dan Vina. Ia juga memberikan satu jaket pada Natasya.“Satu lagi.” tagih Vina, “Saya juga punya kulit dan saya perempuan.”Irvan membuang nafas pelan. Ia terpaksa memberikan satu jaket untuknya pada Vina, “Demi seorang ibu.”Mereka duduk melingkar di atas rooftop. Natasya memberikan k

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 131 : Memutuskan Alan

    “Mulai hari ini kita putus, Alan!”Mata Alan merah. Wajahnya sangat terkejut. Ia tidak menyangka, pertengkarannya dengan Natasya akan berakhir dengan pemutusan hubungan seperti ini.“Anggep aja uang yang aku kasih ke kamu sebagai permintaan maaf. Kita impas sekarang.” Natasya membalikkan badannya. Ia akan pergi entah kemana. Pikirannya terlalu kalut menerima kenyataan bahwa selama ini, Alan ternyata sudah membohonginya. Ketika membaca ulang hasil tes, ia tidak menemukan hasil pemeriksaan yang menyebutkan jika Alan mengalami lumpuh permanen. Jadi bisa dikatakan, kakinya sulit berjalan saat itu adalah--karena tubuhnya masih butuh adaptasi untuk bergerak setelah koma dua tahun.“Sya, tunggu, aku bisa jelasin semuanya. Aku minta maaf.” Alan mengejar Natasya yang berjalan cepat meninggalkan pelataran bakery.Air mata Natasya kering seketika, setelah menyadari bahwa Alan tidak pantas di tangisi.“Sya, aku bisa jelasin semuanya. Sya!”Natasya memasuki taksi. Alan pun begitu. Taksi

  • Pernikahan Bayaran    📌 130 : Alan yang Sebenarnya

    Abian terus melirik Natasya yang tak berhenti senyum menjelang bertemu Alan. Apa ia tidak bisa memikirkan perasaannya setelah mendengar ucapan cinta satu jam lalau di kamar?“Nanti mas gak usah jemput aku pulang. Aku bisa naik taksi.”Abian melirik, “Geer. Siapa juga yang mau jemput istrinya yang selingkuh.”Natasya mendorong tubuh Abian, “Mas juga selingkuh.”“Aku udah ada usaha putusin Aca loh. Gak kayak kamu. Mana pernah kamu mutusin Alan sekalipun.”“Jangan sampe. Aku sayang banget sama Alan, meskipun sering banget kesel sama dia.”“Kesel kenapa?”“Fokus aja nyetir, jangan pengen tahu urusan orang lain.”Mobil berhenti didepan gedung mall.“Yakin gak mau ditemenin? Aku gak akan ngikutin kamu ke rumah Alan. Kamu cuma mau beli oleh-oleh buat dia ‘kan?”“Iya, tapi mas gak boleh ikut. Mas gak boleh tahu oleh-oleh apa yang mau aku beli buat Alan.”Abian menatap Natasya penuh curiga, “Kamu mau kasih—barang haram, ya?”“Mas! Aku keluar. Awas ya ngikutin aku.”“Aku ikutin. Ta

  • Pernikahan Bayaran    📌 129 : Detik Perpisahan dengan Abian

    Sejak pagi setelah selesai shift, Natasya terus berada dekat dengan Abian. Ia tak mau jauh-jauh dari suaminya.“Gak ada yang ketinggalan?”“Gak, mas, aman. Yuk.” Natasya menggandeng lengan Abian.Jika tak memakai baju dinas, mereka terlihat seperti pekerja kantoran. Penampilan Abian yang mengikuti zaman dan Natasya yang mulai mengubah penampilan, membuat mereka jadi idola baru di kalangan dokter ko-as.“Mau beli sesuatu dulu gak sebelum pulang?” tanya Abian.“Gak ah, aku capek, mau tidur.”“Kalo aku order diterima gak?”Natasya menggebug lengan Abian, “Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.”Abian berbisik, “Aku mau order, bisa gak?”Natasya tertawa. Ia mendorong tubuh Abian yang tertawa juga, “Nyebelin!”Vina yang melihat kemesraan mereka dari kejauhan tersenyum, “Natasya udah menemukan kebahagiannya. Artinya Alan udah gak punya celah untuk masuk lagi ke hati elo, Nat.”Di parkiran basement, Abian membuka kan pintu mobil untuk Natasya, “Silakan masuk, nyonya Abian.”“Mas, jan

  • Pernikahan Bayaran    📌 128 : Curiga pada Natasya

    Natasya berjalan buru-buru setelah melakukan visit ke ruang ICU dan bangsal menuju ruangan Abian. Ia lupa pada titah suami kontraknya dan malah ngobrol ngalor-ngidul dengan Arsya di telpon. Ceklek.“Mas, hehe, maaf ya lama.”“Satu jam lebih bukan telat lagi sih.”Natasya manyun, “Segini juga dateng. Aku sibuk tahu.”“Sibuk apa? Bukannya yang jaga malam banyak?”Natasya menjatuhkan dirinya di sofa, “Aduh enaknya.”Abian bangkit dari kursi kerja dan duduk disebelah Natasya. Ia mengendus bau istrinya.“Mas, apaan sih.” Natasya menggeser tubuhnya karena risih.“Aku mau.”Natasya melotot, “Mas, ini di rumah sakit!”“Kita bisa kunci ruangannya."“Nggak!”“Aku bayar.”“Nggak mau.” Natasya berdiri, “Kalo aku diminta kesini buat ini, aku pergi.”“Oke-oke, nggak akan. Aku cuma mau kamu disini. Aku butuh temen ngobrol.”Natasya kembali duduk di sofa.“Gak mau semakin deket duduknya?”Natasya menggeleng.“Aku disini sampe lusa loh.”Mendengar itu, Natasya menatap Abian lama.

  • Pernikahan Bayaran    📌 127 : Menyelidiki Sesuatu

    Pov AbianHari ini Natasya mengikuti operasi bersama profesor Indra, sehingga yang jadi asisten poli adalah Vina. Sudah hampir seluruh pasien melakukan konsultasi. Ketika pasien terakhir belum masuk karena sedang pergi ke toilet, Abian jadi mengingat sesuatu yang ingin ditanyakan pada Vina.Di putar kursinya ke arah Vina. Suster Anna sedang berdiri di lawang pintu karena berbincang dengan perawat lain.“Vin?”“Iya, dok?”“Selesai praktek, kita bisa bicara?”“Bisa, dok. Soal—Natasya, ya?”Abian mengangguk, “Natasya gak akan selesai operasi secepatnya ‘kan?”“Kayaknya masih lama, dok. Pasiennya mengalami pelengketan serius, pasti butuh waktu lama.”“Oke, bagus.”“Pasien datang, dok.” seru suster Anna.Abian membaca hasil tes dengan wajah sangat serius, membuat pasien, suster Anna dan Vina jadi cemas.“Kenapa, dok?” tanya anak pasien, “Apa hasil tesnya—buruk?”Abian menatap pasien dan wali silih berganti, “Apa ibu sering mengalami serangan jantung?”“Saya baru datang dari

  • Pernikahan Bayaran    📌 126 : Tidak Sadar Diri

    Abian menatap Aca penuh pengertian, “Kamu masuk. Biar Natasya jadi urusan aku.”“Oke, sayang.” Aca tersenyum sinis ke arah Natasya sebelum menutup pintu.Natasya pergi. Ia sungguh tak habis pikir suaminya tega membohonginya berkali-kali mengenai Aca.“Nat, tunggu.” Abian mengejar Natasya yang berjalan amat cepat.Natasya tak menggubris panggilan Abian.“Nat!” Abian menarik lengan Natasya, “Dengerin aku dulu, dong.”Natasya terpaksa membalikkan badan, “Dengerin apa? Berkali-kali, mas, kamu bohongin aku dan ketemu Aca diem-diem. Aku harus dengerin apa lagi?” “Aku cuma gak tega Aca luntang-lantung karena kasus kemarin.”“Itu salah dia. Siapa yang suruh dia pura-pura hamil, labrak aku dan hancurin karirnya sendiri?”“Nat, kamu gak punya hati? Aca gak pernah berniat begitu. Dia cuma—”“Bercanda?”Abian membuang nafas pelan, “Kamu aneh. Kamu gak mau melanjutkan pernikahan kita dan terus memilih Alan, tapi kamu cemburu sama Aca. Apa bener yang Ical bilang, kalo kamu mencintai dua

  • Pernikahan Bayaran    📌 125 : Impas

    Tersisa dua hari lagi Abian bertugas di rumah sakit sebelum dipindahkan ke daerah. Natasya memakai waktu ini sebaik-baiknya untuk jadi istri sekaligus residen yang berbakti. “Ada lagi yang mau mas makan?” tanya Natasya ketika ia dan Abian baru bisa makan siang di malam hari, berdua di ruangan pribadi Abian.“Udah cukup. Ini aja banyak banget.”“Hehehe, aku lagi ngidam pengen semua ini.”“Kirain ngidam hamil.”Natasya melirik Abian sinis, “Jangan mulai deh.”“Nanti pulangnya gak bisa bareng. Aku ada perlu.”“Gak papa, aku juga ada perlu.”“Perlu apa?”“Jangan tanya, aku juga gak tanya mas ada urusan apa sama siapa.”Abian mendecek.Natasya menatap Abian, “Mas, nanti janji harus sering kesini. Aku juga janji bakal jengukin mas ke rumah sakit baru.”“Hm.”“Telinga dan jantung aku pasti akan kaget gak lagi mendengar bentakkan dan ucapan sarkasme mas.”“Kamu ini muji atau ngehina sih?”Drrrrt~Natasya merogoh ponselnya. Ia berhenti makan ketika membaca pesan yang entah di

  • Pernikahan Bayaran    📌 124 : Acara yang Aneh

    Kedatangan Natasya dan Abian disambut hangat oleh perawat dan dokter yang sudah lebih dulu tiba di balroom hotel. Vina dan Irvan pun ada disana. Suasana sangat meriah dengan dekor yang dibuat sedemikian rupa. Namun yang tak ditemukan Natasya adalah tulisan ‘Farewell Party’ atau ‘Selamat Bertugas ditempat Baru’, seperti yang sering ia lihat di acara perpisahan dokter lain. Meski begitu ia berusaha menikmati acara.“Dokter Abian, selamat ya.” dokter bedah umum senior menyalami Abian, “Saya tahu semua akan terjadi. Berkat dokter Abian, rumah sakit kita kembali mendapat penghargaan.”“Saya hanya melakukan tugas, dok.”“Meski begitu kami para dokter bedah sangat berterima kasih karena mendapat sumbangan alat-alat terbaru dari pak Waluyo, semua berkat dokter Abian.”Rumah sakit mendapat sumbangan dari pak Waluyo? Natasya mengernyit. Jadi pak Waluyo sudah di operasi? Oleh siapa? Ia terlalu fokus pada masalah Aca, Haikal dan Alan, sehingga tak pernah punya waktu untuk menanyakan hal ini

  • Pernikahan Bayaran    📌 123 : Memenuhi Undangan

    “Kerja bagus. Terima kasih untuk semuanya.” tutur dokter Farhan pada semua staf operasi.Natasya jadi orang terkakhir yang keluar setelah membantu perawat membereskan ruang operasi.“Dok, gak papa, ini biar saya yang beresin.”“Gak papa, sus.”“Dokter Natasya lagi seneng itu, sus, biarin aja.” kata perawat lain.Natasya tersenyum, “Enggak kok, biasa aja.”“Dokter Natasya, saya turut senang dengan kabar baik soal dokter Abian.”Natasya berhenti menutup dus kain kasa, “Ada—kabar baik apa soal dokter Abian?”Perawat yang bicara itu disikut perawat lainnya, “Hehehehe, enggak, dok.”“Ada apa?” desak Natasya.“Gak papa, dok. Dokter istirahat aja. Dokter Natasya gak boleh kecapean.” Perawat mendorong tubuh Natasya keluar dari ruang bedah.Natasya membuka sarung tangan karet, “Aneh banget sih. Ada kabar baik apa emang soal mas Abian? Kok gue gak tahu?”Sebelum keluar dari ruang operasi, Natasya membersihkan tangannya. Ia akan segera ke poli untuk menemani suaminya praktek rawat ja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status