Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 64 : Kekhawatiran Abian

Share

📌 64 : Kekhawatiran Abian

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-02-05 09:09:57

Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.

“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.

Pintu terbuka.

Abian mendekati ranjang.

Vina berdiri, “Dok?”

“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”

“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”

Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”

“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”

Mata Natasya mengerjap.

“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.

Natasya mengeratkan matanya meras
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

    Last Updated : 2025-02-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

    Last Updated : 2025-02-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 1 : Resusitasi Uang

    “Tuh kan! Apa gue bilang? Pasti berhasil!” seru Natasya dengan suara keras ketika sedang berjaga malam sendirian. “Gilaaa, ini duitnya lumayan loh.” Natasya bicara sendiri. “Gak sia-sia gue jadi mamih buat diri sendiri.” katanya cekikikkan. Dari arah ruang ranap, dokter ber-jas panjang berlari menghampiri Natasya. “Sya, gue mau panggil konsulen. Lo tolong kasih resusitasi.” “Bentar, gue mau ngitung duit gue dulu,” kata Natasya sibuk menghitung. “Sya! Pasien bisa mati!” teman sejawat Natasya itu berlari kencang meninggalkan meja jaga. Natasya bangkit dan berlari secepat kilat mendatangi ruang rawat inap. Ia mendekati ranjang, dimana pasien lelaki berusia enam puluh tahun sedang megap-megap. Istrinya dengan panik menangis dipinggir ranjang. “Dok, tolong suami saya.” Natasya langsung berdiri didekat pasien dan menekan dada sambil melirik jam dinding. Ia tengah memberikan pertolongan pertama berupa resusitasi jantung. Dari arah pintu, berlari seorang pria berwajah bule

    Last Updated : 2024-12-14
  • Pernikahan Bayaran    📌 2 : Pujian untuk Dokter Residen

    “Sedot!” perintah Abian. Perawat memberikan alat sedot untuk mengambil darah yang terus keluar dari bagian katup Aorta. Abian menggeleng beberapa kali. Ia mengenadah dan membuang nafas saat bunyi monitor menunjukkan kondisi pasien masih jauh dari kata aman. Natasya yang menjadi asisten Abian terus menatapnya. “Nat, tolong kamu sedot, saya akan gunting bagian Aorta. Sus, tolong siapkan pembuluh darah buatan.” “Baik, dok.” Natasya mengambil alih tugas Abian. Ia berkeringat hebat karena baru kali ini menjadi asisten utama, “Dok, Katup Mitral juga mengalami penggelembungan.” “Kita akan atasi Aorta dulu. Tanda vital pasien bagaimana?” “Kesadaran semi koma, dok.” lapor dokter Anastesi. Tangan Abian mendadak gemetar. Ia mundur dan mengambil nafas banyak-banyak. Natasya khawatir. Ia yang tidak tahu kenapa Abian tiga tahun terakhir tidak lagi melakukan operasi, meyakini sesuatu. Pasti pernah terjadi hal-hal yang membuatnya takut saat operasi dulu. Perawat beberapa kali m

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

  • Pernikahan Bayaran    📌 64 : Kekhawatiran Abian

    Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.Pintu terbuka.Abian mendekati ranjang.Vina berdiri, “Dok?”“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”Mata Natasya mengerjap.“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.Natasya mengeratkan matanya meras

  • Pernikahan Bayaran    📌 63 : Tidak Sengaja Mencelakai

    Baru dua hari Haikal berada di rumah, mama merasa rencananya akan berhasil, karena anak dan menantunya terlihat jadi lebih dekat dari sebelumnya. Kabar itu pun disampaikan pada papa Natasya.“Nat, karena Abian udah ke rumah sakit duluan, Ical biar ke sekolah sama mama. Kamu langsung aja ke rumah sakit sama supir ya.”“Oh ya udah, ma. Maaf ya, ma, ngerepotin.”“Ah, enggak kok. Ya meskipun Ical jadi cemberut sih karena gak berangkat sama papi maminya, tapi ya gimana. Dia harus ngerti kalau kalian itu dokter.”“Biar aku tenangin Icalnya dulu deh, ma. Aku kasih pengertian, kalo besok atau lusa aku sama mas Abian usahain untuk nganterin dia ke sekolah.”“Anaknya lagi ngambek di mobil.”Natasya salim dan mencium kedua pipi mama, “Aku bujuk dia terus langsung berangkat ya, ma. Mama hati-hati di jalan.”“Kamu juga.”Natasya mengeluarkan coklat yang selalu jadi moodboosternya ketika stress dan lelah di rumah sakit. Ia mengetuk pintu mobil, “Ical?”Kaca mobil terbuka, “Ada apa?”“Nih.

  • Pernikahan Bayaran    📌 62 : Kompak

    Natasya melirik tidak enak pada Vina, “Lo beneran gak papa lanjut shift gantiin gue?”“Gak papa. Lo kayak sama siapa aja.”Natasya membuang nafas pelan, “Gue janji gak akan minta lo begini lagi. Gue cuma kasian sama Ical.”“Iya, gue ngerti. Mumpung lo ada kesempatan buat deket sama anak adopsi lo, ya udah.”Natasya bergerak memeluk Vina, “Makasih ya.”“Iyaaa. Ya udah balik sana, suami lo juga udah nungguin. Kasian Ical kalo lo kelamaan jemput.”Pelukkan mereka terlepas. Natasya mengangguk, “Gue duluan ya. Nanti gue kirimin cemilan buat nemenin jaga malem.”“Oke.”Setelah memastikan Natasya benar-benar pergi, Vina cekikikkan sendiri. Ia mengeluarkan segepok uang dari Abian, “Enak juga kerja sama dengan konsulen kaya. Gantiin jaga malem istrinya dapet lima juta. Lumayan buat ke luar kota pas weekend.”Natasya mendekati Abian yang menunggunya depan ruangan pribadi para dokter poli bedah. Mereka sudah sama-sama berganti baju.“Kan mau ti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status