Beranda / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 63 : Tidak Sengaja Mencelakai

Share

📌 63 : Tidak Sengaja Mencelakai

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 09:08:24

Baru dua hari Haikal berada di rumah, mama merasa rencananya akan berhasil, karena anak dan menantunya terlihat jadi lebih dekat dari sebelumnya. Kabar itu pun disampaikan pada papa Natasya.

“Nat, karena Abian udah ke rumah sakit duluan, Ical biar ke sekolah sama mama. Kamu langsung aja ke rumah sakit sama supir ya.”

“Oh ya udah, ma. Maaf ya, ma, ngerepotin.”

“Ah, enggak kok. Ya meskipun Ical jadi cemberut sih karena gak berangkat sama papi maminya, tapi ya gimana. Dia harus ngerti kalau kalian itu dokter.”

“Biar aku tenangin Icalnya dulu deh, ma. Aku kasih pengertian, kalo besok atau lusa aku sama mas Abian usahain untuk nganterin dia ke sekolah.”

“Anaknya lagi ngambek di mobil.”

Natasya salim dan mencium kedua pipi mama, “Aku bujuk dia terus langsung berangkat ya, ma. Mama hati-hati di jalan.”

“Kamu juga.”

Natasya mengeluarkan coklat yang selalu jadi moodboosternya ketika stress dan lelah di rumah sakit. Ia mengetuk pintu mobil, “Ical?”

Kaca mobil terbuka, “Ada apa?”

“Nih.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pernikahan Bayaran    📌 64 : Kekhawatiran Abian

    Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.Pintu terbuka.Abian mendekati ranjang.Vina berdiri, “Dok?”“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”Mata Natasya mengerjap.“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.Natasya mengeratkan matanya meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Pernikahan Bayaran    📌 71 : Mengancam Aca

    Natasya tersenyum manis pada Haikal, “Mami tahu banget Ical itu anaknya sopan. Tapi di rumah temen papi, kamu gak perlu begitu. Kamu harus jadi anak nakal yang nyebelin sampe temen papi itu marah.”“Oke. Temen papi itu—cowok ‘kan mi?”Natasya melirik Irvan.“Kita berangkat sekarang, mumpung jalan masih belum macet. Yuk.” Irvan menuntun Haikal keluar dari ruang pribadi Abian.Natasya tak akan mengadukan Aca yang sudah mendorongnya di tangga evakuasi, tapi ini bentuk balas dendamnya. Ia tak sudi membiarkan hidup Aca aman apalagi didatangi Abian dan mereka bermesraan di apartemen.“Ini baru permulaan, Ca. Kedatangan Ical gak ada apa-apanya dibanding kaki gue pincang karena ulah lo!”Haikal memainkan semua barang yang ada di dahsboard mobil Irvan, “Om kok belum nikah?”“Belum ketemu jodohnya.” jawab Irvan santai.“Cari dong, jangan males.”“Hm..”“Dokter itu emang aturannya harus nikah pas udah tua ya, kaya papi?”“Hei, jangan ngomo

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status