Share

3. Keadaan Tak Sesuai Harapan

Persiapan dadakan dilakukan. Taksa menelepon kedua orang tuanya yang tentu saja ditanggapi pekikan terkejut dari orang tua Taksa. Inayah sendiri hanya bisa pasrah ketika ibunya dengan terburu-buru memoles make up seadanya ke wajah, itupun bermodalkan make up milik seorang suster.

"Ma, apa aku harus menikah dengan kak Taksa?" tanya Inayah yang sudah hampir menangis.

"Mama juga nggak tau apa maksud dari permintaan kakakmu, tapi mama mohon kali ini saja, Nay, turuti keinginan kakakmu dengan harapan kakakmu akan sembuh."

Inayah terdiam. Pikirannya menerawang memikirkan kesehatan kakaknya. Kalau memang dengan cara ini kakaknya bisa sembuh, ia rela melakukannya.

Asal kakaknya sembuh.

Taksa sendiri memilih menunggu persiapan acara pernikahan dadakannya dengan duduk di samping ranjang Aretha, mengusap lembut tangan kurus wanita yang ia cintai sepenuh hati itu.

"Aku akan menikahi Inayah seperti keinginanmu. Berjanjilah kamu akan sembuh," pinta Taksa.

Aretha tersenyum. Matanya menyiratkan sorot bahagia padahal sebentar lagi tunangannya akan menikah dengan adiknya sendiri.

"Terima kasih. Jaga Inayah untukku," lirih Aretha dengan suara terbata.

"Aku mencintaimu, Retha," ucap Taksa.

Kali ini ia menumpukan kepalanya di atas genggaman tangan Aretha. Taksa menangis. Tangis yang sejak tadi sudah ia tahan, akhirnya tumpah juga. Ia tak tau apa yang akan terjadi nanti setelah ia menikah dengan Inayah. Satu yang pasti, ia melakukan ini semua hanya demi Aretha.

"Aku mencintaimu, Retha," lirih Taksa lagi.

"Aku... juga... mencintaimu."

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Inayah Humairah Fahrazi binti Ahmad Fahrazi dengan mas kawin uang tunai satu juta rupiah dibayar tunai."

"Sah?"

"Sah!"

Semua mengucap hamdalah dan puji syukur atas pernikahan dadakan itu. Pernikahan yang hanya dihadiri oleh kedua orang tua mempelai dan juga beberapa dokter dan suster. Mas kawin pun hanya menggunakan apa yang ada, uang tunai tanpa embel-embel seperangkat alat salat ataupun jet pribadi seperti di novel-novel.

Taksa memasangkan cincin di jari manis Inayah, begitupun Inayah yang juga memasangkan cincin di jari manis Taksa, sebagai simbol kalau mereka sudah berumah tangga. Cincin yang juga dibeli dadakan oleh papa Ibrahim dan mama Siska, kedua orang tua Taksa.

"Retha, kamu ngantuk?" tanya mama Ratih sembari menepuk pipi Aretha pelan. Aretha memang tampak sayup-sayup ingin memejamkan mata membuat mama Ratih panik.

Sepanjang Taksa mengucap ijab kabul, mama Ratih memang memilih duduk di sisi Aretha yang tampak bahagia menyaksikan pernikahan itu.

Suara tanya dari mama Ratih membuat semua yang berada di ruangan itu mengerumuni Aretha. Taksa duduk di sisi yang lain dan menggenggam tangan Aretha.

"Aku udah menjalankan apa mau kamu, kamu harus sembuh," punya Taksa sungguh-sungguh.

Aretha tersenyum sendu memandang Taksa dan Inayah bergantian. Adiknya itu tak berhenti menangis. Make up seadanya yang menempel di wajah Inayah bahkan sudah luntur.

"Aku... bahagia," lirih Aretha tersenyum sebelum benar-benar terpejam.

"Retha!" panggil mama Ratih panik.

Dokter segera meminta para keluarga untuk keluar dari ruangan agar mereka bisa memeriksa keadaan Aretha. Awalnya Inayah menolak dan ingin menemani kakaknya. Ia sudah menuruti keinginan kakaknya dan ingin menagih janji agar kakaknya bisa sembuh, bukan justru memejamkan mata seperti ini.

"Biarkan dokter memeriksa keadaan Retha dulu," bujuk Taksa sembari memegang lengan Inayah dan mengajaknya keluar.

Itu adalah sentuhan pertama yang terjadi diantara mereka.

Taksa tak tau kenapa ia terus memegang lengan Inayah walaupun mereka sudah berada di luar ruangan. Tapi satu yang pasti, ia dan Inayah sama-sama butuh kekuatan dan harapan untuk kesembuhan Aretha.

Dokter keluar dari ruangan setelah hampir sepuluh menit memeriksa Aretha.

"Bagaimana keadaan Aretha, Dok?" tanya mama Ratih langsung bergegas menghampirinya dokter Husni.

Semua berdiri mengelilingi dokter Husni, bahkan kedua orang tua Taksa pun ikut harap-harap cemas.

"Maaf, Bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi nyawa Aretha tak bisa di selamatkan."

Mama Ratih menangis histeris mendengar ucapan dokter yang menangani Aretha sementara Inayah jatuh pingsan di dekapan Taksa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status