Home / Pernikahan / Permintaan Gila Adikku / 3. Lamaran Calon Adik Ipar

Share

3. Lamaran Calon Adik Ipar

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-08-25 21:07:25

“Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan pulang dalam penampilan seperti itu.”

Mika tertegun. Bingung.

Pria ini … apakah benar sedang peduli padanya.

“Sudah. Aku keluar dulu.”

“Tunggu.” Mika kembali menarik tangan Noval. Ia teringat pada kejadian di jalan tadi. “Lukamu … bagaimana? Ayo kubantu obati dulu.”

“Hanya luka kecil.”

“Tetap saja berdarah.” Mika menghapus sisa air matanya, mencoba memfokuskan diri pada hal lain. Perempuan itu sedikit memutar lengan Noval untuk melihat luka di siku pria itu, bekas terjatuh tadi. “Kan. Berdarah.” Ia mendongak. “Punya obat merah tidak?”

“Tidak.”

Mika menghela napas pelan. “Aku ke warung depan dulu,” katanya. Lalu sebelum Noval bisa menjawab, perempuan itu sudah bangkit dan berlari keluar dan kembali ke sisi Noval dengan obat merah dan plester luka.

“Berlebihan,” komentar Noval. Namun, ia pasrah saja saat Mika membersihkan dan mengobati lukanya. Ekspresinya bahkan tidak berubah. Pria itu hanya menatap Mika dengan tatapan datar. 

Kemudian, Noval berucap, “Tangisanmu tadi terlalu keras untuk pria berengsek seperti kekasihmu itu.”

“Mantan,” ralat Mika cepat. “Sudah putus.”

“Hm.”

Mika kemudian diam. Ia menangkap poin Noval, bahwa ia tidak perlu menangisi Ridwan sampai sebegitunya karena pria itu hanyalah pria berengsek yang bejad saja.

Ya. Harusnya Mika bersyukur sudah ditunjukkan kenyataan seperti ini.

***

Setelah momen asing bersama Noval tadi siang, Mika kembali ke toko terlebih dahulu sebelum pulang.

Untungnya, tidak ada yang menanyakan kenapa wajahnya sembab. Apalagi mentertawakannya.

Atau mungkin, mereka sebenarnya tidak peduli. Sementara Olip tidak tahu ada di mana saat ini karena sejak tadi, Mika tidak melihatnya di rumah.

Entah ke mana dia dan Ridwan hingga sampai sekarang belum pulang juga. Sudahlah. Mika Tidak peduli.

"Aku pulang!" 

Saat Mika sedang menikmati mi instan di depan televisi, ia mendengar suara sang adik. Otomatis, ia mendengus. Tapi ia tidak mengatakan apa pun.

Tak lama kemudian, Olip sudah ada di hadapannya.

"Eh. Ada kakak tercinta." Olip tersenyum, tampak seperti tengah mengejek.  Dia jelas-jelas sedang merayakan kemenangannya. "Terima kasih ya, kakak aku tercinta. Akhirnya Kak Mika mau putus dengan Kak Ridwan. Terbaik deh.

Mika melihat ekspresi haru sang adik yang tampak dibuat-buat. Namun, ia tidak berkomentar ataupun menjawab.

“Kami nggak perlu repot sembunyi-sembunyi kalau mau ketemu. Sekarang, Kak Ridwan sudah resmi jadi milik aku seutuhnya." 

"Apa? Kamu dan Ridwan sudah pacaran?" 

Mika melihat ibunya keluar dari kamar sambil bertanya. Rupanya suara riang Olip terdenagr oleh wanita paruh baya itu.

Olip mengangguk. "Iya, Bu. Terima kasih dulu dong sama Kak Mika yang sudah mau mengalah untuk aku," ujar Olip dengan melirik ke arah kakaknya yang masih menikmati mie instan dengan wajah sok polos.

Ah. Mika jadi tidak nafsu makan lagi.

Apalagi saat sang ibu kemudian berucap, "Terima kasih ya, Nak. Kamu memang kakak yang baik."

Mika akhirnya meletakkan makanannya dan menatap ibunya. “Ibu mengatakan itu karena tidak tahu apa yang sudah Olip lakukan, kan?” ucapnya. Tanpa sadar, kedua matanya mulai berair lagi, sekalipun ia bertekad bahwa Ridwan adalah pria bejad yang tak layak untuknya. “Selama ini Olip sering berhubungan badan dengan Ridwan, Bu. Di belakangku! Anak tersayang ibu itu sudah berkali-kali berzina, menurut pengakuannya sendiri!”

"Hus!” sergah Bu Tuti. Langsung menegur Mika. “Jangan sembarangan kamu. Kalau ngomong dijaga. Adik sendiri kok dikatakan berzina."

Mika menatap ibunya dengan tak percaya. “Ibu … jangan-jangan selama ini Ibu tahu?” cetusnya.

Sang ibu kemudian menggaruk belakang kepalanya, tanpa menjawab. 

Saat itulah Mika paham. 

"Ya Allah, Bu.” Suara Mika bergetar. Rupanya tidak hanya sang adik dan mantan kekasih Mika saja yang hari ini menyakitinya. Sang ibunya sendiri rupanya terlibat. “Tega banget Ibu sama aku." 

Mika pun bangkit dan langsung menuju kamarnya. 

Pantas saja kedua orang tuanya mendukung permintaan Olip yang tidak masuk akal kemarin.

Pikiran dan hati Mika kacau sekali. Baru saja ia mencoba dan bertekad untuk memulihkan hatinya, serta tampil kuat. Tapi pengkhianatan orang tuanya sendiri sungguh tidak masuk akal.

Perempuan itu masuk kamar, tidak memedulikan salam seorang tamu yang baru saja datang di depan pintu.

Sementara itu, di ruang tamu, Bu Titi dan Olip pun menjawab bersamaan. Keduanya segera melihat siapa tamu yang datang malam-malam. 

Terlihat seorang pria paruh baya dengan syal yang menutupi lehernya.

"Pak Heru." Bu Tuti dengan terkejut menyapa. Pria itu adalah ayah dari Noval.

"Pak Purnomo ada, Bu?" Pria paruh baya bernama Heru itu bertanya.

Bu Tuti pun mengangguk. "Ada-ada, Pak. Silakan masuk, biar saya panggilkan shami saya dulu."

Pak Heru mengangguk. Pria itu masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa.

Tak lama, Pak Purnomo keluar.

"Eh, Pak Heru." Dia menyalami tangan tamunya. "Ada apa nih, Pak? Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan?" 

Pak Heru tersenyum tipis. Pria itu menatap lamat-lamat Pak Purnomo. 

"Begini, Pak. Sebelumnya, maaf kalau kedatangan saya mengganggu Bapak,” jelas Pak Heru kemudian. “Saya datang kemari karena atas permintaan anak saya, Noval."

Bu Tuti yang baru saja keluar membawa minuman mengerutkan kening. Dia memberikan minuman itu pada sang suami dan tamunya lalu ikut duduk di samping Pak Purnomo.

"Permintaan Noval? Ada apa memangnya, Pak?" Pak Purnomo pun bertanya.

Pak Heru masih mempertahankan senyumnya. "Noval mengatakan pada saya kalau dia ingin menikahi putri Bapak."

Tentu saja hal itu membuat Bu Tuti dan Pak Purnomo terkejut. Keduanya saling pandang dengan bibir menganga. 

"Noval ingin melamar putri kami, Pak?" 

Pak Heru yang mengangguk.

"Tapi, Pak. Olip masih kuliah. Mana mungkin dia mau menikah?" ujar Pak Purnomo kemudian. Sekalipun bukan itu alasan utamanya.

Namun, Pak Heru yang mendengar nama Olip justru mengerjapkan matanya beberapa kali. Bingung.

"Olip?" tanyanya. “Kenapa jadi Olip, Pak? Noval mengatakan kalau ia ingin melamar Nak Mika.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pineaple
Gaskeun, val!!!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   4. Tumbal Pernikahan

    “Noval mengatakan kalau ia ingin melamar Nak Mika.”Kalimat itu sontak mengejutkan tidak hanya kedua orang tua Mika dan Olip, melainkan juga Mika yang mau tidak mau mendengarnya karena antara kamar dan ruang tamu hanya dibatasi kain kelambu tipis saja.“Apa? Maksudnya bagaimana, Pak?”Mika langsung keluar kamar. Tangisannya tadi sudah hilang sempurna. Ia menatap Pak Heru dengan sepasang mata yang membola, terkejut dan bingung. "Kenapa Noval melamar saya, Pak? Noval kan pacarnya Olip?" tanya Mika dengan rasa bingung yang tidak bisa ditutupi.Padahal ia baru saja bertemu Noval tadi. Pria itu juga tidak mengatakan apa-apa. Kenapa tiba-tiba Noval melamarnya? Mika tidak habis pikir.Sedangkan Pak Heru sendiri juga merasa bingung. Dia menatap Pak Purnomo dan juga Mika secara bergantian. ''Sa–saya juga tidak tahu. Noval tadi hanya mengatakan kalau dia ingin saya melamarkan Mika untuk dia,'' ujarnya dengan jujur.“Mungkin salah, Pak.”Pak Heru menggeleng. “Saya dengan jelas dengar dia menye

    Last Updated : 2024-08-27
  • Permintaan Gila Adikku   5. Permintaan sang Adik

    “Penjaga toko dan tukang bengkel, sementara sebagai guru, Kak Ridwan cocoknya memang dengan aku, calon bidan.”Usai mengatakan itu, Olip meninggalkan Mika sendirian untuk pergi ke kamarnya.Sementara itu, Mika masih kebingungan. Ia baru saja memproses kekasihnya selingkuh dengan adiknya sendiri, lalu ternyata kedua orang tuanya sendiri rupanya mendukung perselingkuhan itu.Belum pulih dari dua hal tersebut, Noval, mantan kekasih adiknya, kini justru melamarnya tanpa mengatakan apa pun sebelumnya.Kenapa semua jadi seperti ini? Apa maksud Noval melakukannya? Apakah pria itu mau membalas Olip? Atau bagaimana?“Ah, pusing,” keluh Mika, menghapus sisa air matanya dengan kasar. Perempuan itu menghela napas. "Kenapa semuanya bisa menjadi serumit ini? Apa maksud Noval dengan melakukan ini?"Namun, tidak ada jawab untuk pertanyaannya. Bahkan hingga Mika terlelap larut, akibat memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa Noval melamar dirinya, alih-alih Olip, pacarnya.***"Mika! Bangun!"Teria

    Last Updated : 2024-08-27
  • Permintaan Gila Adikku   6. Kejutan Lain untuk Mika

    “Lebih baik uang hajatan itu langsung diberikan pada kami karena kami menikah tidak lama setelah Kakak.” “Benar juga. Sebagai anak sulung, sudah sepantasnya membantu kebutuhan adiknya.” Respons sang ibu sendiri membuat Mika kembali tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tapi, itu hanya jika Mika tidak keberatan, Bu,” ucap Ridwan, seperti tengah berperan sebagai pria baik-baik. “Jika tidak, mungkin kami bisa buat pesta yang lebih sederhana saja.” “Kak, tapi menikah kan hanya sekali,” ucap Olip sambil bergelayut manja. “Tidak apa-apa. Kak Mika pasti mengerti.” Ia menoleh pada Mika. “Iya kan, Kak?” Mika diam. Ia berusaha mengontrol kemarahan yang bergolak di dalam dadanya agar ia bisa menjaga wibawa dan nada bicaranya. “Iya, aku mengerti,” ucap Mika kemudian. “Tapi bukan berarti aku mengiakan.” Olip mengernyit. “Maksudnya? Kakak tidak mau membantuku?” “Aku pergi dulu.” Sebelum Olip lanjut bicara, Mika sudah berdiri. Ia menatap adiknya dan Ridwan dengan sorot mata jijik. “Kala

    Last Updated : 2024-08-28
  • Permintaan Gila Adikku   7. Kali Kedua

    “Dua hari ini, kenapa kamu selalu muncul di depanku sambil menangis, hm?”Mika menghapus air mata di pipinya sekalipun itu sia-sia karena ia masih terus menangis.“Noval?” ucapnya dengan suara serak. Baru kemudian ia menoleh ke sekeliling, menyadari bahwa lokasinya saat ini tidak jauh dari bengkel milik Noval."Kenapa menangis di sini?" tanya pria itu kemudian. Mika kembali terfokus pada alasannya menangis saat ini dan hal itu membuat tangisnya makin keras.“Ck.” Noval berdecak, kemudian menarik napas panjang. Sepertinya kebiasaan Mika saat menangis memang demikian. Tapi bukan berarti ia akan memakluminya. "Nangis sih nangis. Tapi lihat sekitar. Kalau kamu menangis di pinggir jalan seperti ini bisa-bisa disangka gila."Meski mendengar itu, Mika tidak mampu menghentikan tangisnya. Padahal jika di rumah, ia tidak pernah bertingkah begini.Lalu kenapa selalu pria itu yang memergokinya dalam kondisi seperti ini?“Astaga,” gumam Noval, terdengar kesal, tapi juga pasrah. Pria itu kemudian

    Last Updated : 2024-08-29
  • Permintaan Gila Adikku   8. Tawaran dan Lamaran

    “Kenapa tiba-tiba kamu mengirimkan lamaran kemarin?” tanya Mika tiba-tiba. “Salah sasaran? Atau memang sengaja?”Wajah Noval tidak tampak terkejut, sekalipun topik itu cukup jauh dari curahan hati wanita itu beberapa saat yang lalu. Namun, sepertinya Noval maklum karena cepat atau lambat, Mika pasti akan bertanya. Namun, bukan berarti Noval ingin membicarakannya saat ini. Tidak saat Mika masih kelihatan ingin menangis."Tenangkan dirimu dulu, Mika. In–"Mika menggeleng cepat. "Tidak. Jawab pertanyaanku tadi,” ucapnya tegas. Sekalipun wajahnya masih sembab dan air mata masih mengancam turun, ada sorot yang tak bisa dibantah di matanya. “Apa pun rencanamu, itu melibatkanku.”Tatapan dan ucapan Mika yang tidak bisa dibantah membuat Noval menghela napas berat. Pria itu akhirnya memutuskan untuk duduk kembali.“Paling tidak, hapus dulu ingusmu.” Noval berucap dengan nada tak acuh seperti biasanya.Kali ini, Mika menurut. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang tadi diberikan oleh Noval, m

    Last Updated : 2024-08-30
  • Permintaan Gila Adikku   9. Kartu Hitam

    “Kartu hitam ABC Prioritas!?”Tidak hanya adik dan orang tuanya yang terkejut, melainkan Mika juga tidak habis pikir kenapa Noval memberinya kartu hitam tersebut–yang mana ia ketahui, kartu itu tanpa limit.Apakah kartu ini asli? Noval kan hanya punya bengkel dan bekerja di bengkel tersebut sehari-hari. Bagaimana ia bisa memiliki kartu itu?Atau … pria itu meminjamnya? Demi balas dendam? Mika sama sekali tidak tahu apa-apa. Namun, alih-alih bertanya macam-macam pada Noval, ia memilih untuk menjalankan bagiannya seperti yang sudah mereka sepakati kemarin.“Terima kasih, Val,” ucap Mika dengan senyum. Disimpannya kartu hitam itu baik-baik.Perhatiannya kemudian terfokus pada orang wedding organizer yang datang mendekat padanya dan memberi salam, lalu memperkenalkan diri sebagai ‘Susi’. Dengan ramah, Mika mempersilakan wanita itu untuk mendekat padanya agar mereka bisa mendiskusikan mengenai rencana pesta.“Tapi kenapa memutuskan pakai WO, Nak Noval?” tanya Pak Purnomo sementara Mika se

    Last Updated : 2024-09-01
  • Permintaan Gila Adikku   10. Kepanasan

    “Wah, wah. Murah dong, buat si pemilik kartu hitam itu.”Mika mendengar ejekan dari adiknya tersebut, tapi dia tidak membalas. Pikirannya sibuk menghitung jika harga dekorasi pelaminannya saja tiga puluh juta, lantas jika ditambah total dan katering, lalu harga sewa dan sebagainya, maka–“Kamu suka?” Pertanyaan Noval membuat Mika mengalihkan fokusnya pada pria itu. Noval sedang menatap lurus ke arah Mika setelah sepintas ia melirik pada katalog yang sedang dibicarakan.“Ya?” tanggap Mika. “Yah, dekorasinya cantik. Tapi–”“Kalau kamu suka, tidak apa-apa. Ambil saja,” kata Noval lagi dengan santai. “Untuk harga, itu urusanku.”Entah kenapa, ucapan Noval membuat Mika merasa tenang. Bukan karena pria itu sedang membicarakan soal uang dan biaya, melainkan karena untuk pertama kalinya, Mika merasa ia sedang didukung. Bahwa Mika sekarang punya rekan sekaligus teman.Karena ucapan Noval itu juga, Mika pada akhirnya memilih dekorasi pelaminan tersebut.Hal itu jelas saja langsung membuat Olip

    Last Updated : 2024-10-02
  • Permintaan Gila Adikku   11. Pernikahan Tanpa Wali

    "Bapak mau menyampaikan kalau Bapak tidak akan menjadi wali nikah kamu."Mika terdiam, antara terkejut dan tidak. Tidak terkejut, karena beberapa waktu belakangan ini, Mika sendiri berpikir mengenai wali nikah.Karena sekarang ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung Pak Purnomo berkat ucapan yang ia dengar tempo lalu. Mika belum tahu bagaimana ceritanya hingga ia diasuh oleh Pak Purnomo dan Bu Tuti atau apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, serta siapa sebenarnya walinya.Meski begitu, Pak Purnomo masihlah wali yang sah untuk Mika, bukan? Namun, pria itu kini menolak menjadi wali nikahnya. Itulah yang membuat Mika terkejut.Setidak suka itukah keluarga ini pada Mika?"Kenapa, Pak?" Akhirnya Mika bertanya. "Bukankah Mika sudah menuruti perintah Bapak untuk menikahi Noval?"Dalam hati, Mika kembali bertanya. Apakah … akhirnya hari ini kedua orang tuanya itu akan jujur pada Mika bahwa mereka bukankah orang tua kandungnya?"Bapak tidak bisa saja, menjadi wali nikah kamu." Pak Purnom

    Last Updated : 2024-10-03

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   72. Ajakan Liburan

    "Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova

  • Permintaan Gila Adikku   71. Makan Di Rumah Orang Tua

    Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.

  • Permintaan Gila Adikku   70. Dilarang Makan

    Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala

  • Permintaan Gila Adikku   69. Kegaduhan Di Pagi Hari

    Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala

  • Permintaan Gila Adikku   68. Tidak Pantas

    "Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam

  • Permintaan Gila Adikku   67. Sitegang Bu Lestai dan Olip

    "Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak

  • Permintaan Gila Adikku   66. Mencari Petunjuk

    "Sorry," ujar Mika sebelum dia menutup panggilan dengan Sinta. Harii ini, mereka berniat untuk ke tempat kerja masing-masing dengan terlambat karena Mika ingin menjalankan rencananya.Apa rencana Mika?Mika berencana untuk memasuki kamar kedua orang tuanya lagi untuk mencari petunjuk perihal kedua orang tua kandungnya. Mika yakin akan ada sesuatu di sana."Dah," ujar Mika pada Noval. Mika harus memberitahu Sinta kalau dia akan datang terlambat. Sedangkan Noval sendiri sudah memberitahukan orang di bengkel sejak tadi.Noval mengangguk. "Bagus. Kita tinggal tunggu Bapak dan Ibu pergi saja. Semoga ini akan berhasil,'' ujar Noval kemudian. Mereka menunggu dua orang tua itu keluar.Jika Pak Purnomo akan pergi mengojek, maka biasanya Bu Tuti akan pergi untuk bergosip dengan tetangga sekitar. Sejak pernikahan Olip, Bu Tuti tidak melakukannya karena dialah yang menjadi bahan pembicaraan di desa. Namun, sejak dua hari yang lalu dia sudah melakukan kebiasaannya dulu itu."Kalian tidak kerja?" t

  • Permintaan Gila Adikku   65. Tinggal Di Rumah Mertua

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Olip dan Ridwan baru saja sampai di kediaman Pak Eko. Dua orang itu membawa koper besar berisi pakaian mereka. Wajah Olip menunjukkan kekesalan karena dia harus kalah dari Mika dan berakhir dirinya yang harus pergi dari rumah."Sudah. Daripada kita tinggal di sana tapi mendapat kesialan terus. Mending kita di sini saja. Toh sama saja, kan. Setidaknya kita aman di sini," ujar Ridwan mencoba menghibur Olip.Olip mendengus. Sama saja bagaimana? Kalau di rumahya sendiri, kan dia pasti diratukan oleh kedua orang tuanya. jelas itu. Kalau di sini, jelas dia yang harus berbagi mengingat ada adik Ridwan yang masih bersekolah. Belum lagi sikap bapak mertuanya yang terang-terangan tidak menyukai Olip.''Kamu harus segera buatin aku rumah. Sebagai seorang suami itu sudah tanggung jawab kamu," ujar Olip menatap tajam Ridwan.Ridwan menghela napas dalam. Permintaan Olip ini terlalu banyak. Ya meskipun itu tidak salah karena memang sejatinya seorang

  • Permintaan Gila Adikku   64. Olip dan Ridwan Pergi

    ''Kok bisa sih bannya kempes?" tanya Ridwan ketika mendapati ban motornya kempes. Dia memerhatikan ban itu yang tak memiliki angin sama sekali.Detik kemudian pandangannya jatuh pada Noval yang baru saja mengeluarkan motornya. Dia terus memerhatikan gerak-gerik Noval yang saat ini sedang memanasi motornya. Tatapann Ridwan pun menjadi curiga."Val. Kamu yang membuat ban motor aku kempes?" tanya Ridwan yang jelas sekali kalau itu adalah bentuk tuduhan.Noval yang sebelumnya tengah sibuk dengan motornya sendiri pun langsung menatap Ridwan dengan datar. Dia memerhatikan ban motor milik adik iparnya itu yang sudah dalam keadaan kempes. Noval menggeleng lalu kembali fokus pada kendaraannya sendiri.Ridwan melotot lebar. ''Val. Jangan bohong kamu." Dia tidak percaya dengan jwaban Noval.Noval kembali menatap Ridwan. Kali ini dia brsuara, ''Bukan aku." Dia masih menjawab dengan santai.Mika kebetulan keluar dari rumah dan mendekati suaminya. Dia melihat seperti ada sitegang antara sang suami

DMCA.com Protection Status