Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / 6. Kejutan Lain untuk Mika

Share

6. Kejutan Lain untuk Mika

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-08-28 11:00:11

“Lebih baik uang hajatan itu langsung diberikan pada kami karena kami menikah tidak lama setelah Kakak.”

“Benar juga. Sebagai anak sulung, sudah sepantasnya membantu kebutuhan adiknya.”

Respons sang ibu sendiri membuat Mika kembali tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Tapi, itu hanya jika Mika tidak keberatan, Bu,” ucap Ridwan, seperti tengah berperan sebagai pria baik-baik. “Jika tidak, mungkin kami bisa buat pesta yang lebih sederhana saja.”

“Kak, tapi menikah kan hanya sekali,” ucap Olip sambil bergelayut manja. “Tidak apa-apa. Kak Mika pasti mengerti.” Ia menoleh pada Mika. “Iya kan, Kak?”

Mika diam. Ia berusaha mengontrol kemarahan yang bergolak di dalam dadanya agar ia bisa menjaga wibawa dan nada bicaranya.

“Iya, aku mengerti,” ucap Mika kemudian. “Tapi bukan berarti aku mengiakan.”

Olip mengernyit. “Maksudnya? Kakak tidak mau membantuku?”

“Aku pergi dulu.” Sebelum Olip lanjut bicara, Mika sudah berdiri. Ia menatap adiknya dan Ridwan dengan sorot mata jijik. “Kalau tidak mampu, jangan jadi benalu.”

***

“Kenapa kempes?” gumam Mika saat mengecek sepeda motornya saat ia akan berangkat. Tapi, kalau sudah seperti ini, Mika tidak bisa menemui Noval sebelum bekerja. Mungkin ia nanti bisa pinjam kendaraan rekannya saja. “Ya sudah, aku jalan kaki saja.”

Akhirnya Mika memutuskan.

Ia tidak menyadari bahwa motornya sudah disabotase oleh Olip lantaran ucapan wanita itu tadi pagi.

Meskipun menyadari, Mika tidak akan menyesali apa pun.

Lagi pula, kenapa orang tuanya selalu mendukung permintaan gila adiknya itu? Padahal semua itu jelas-jelas merugikan dan menyakiti Mika.

“Lho, bukannya Ridwan pacarnya Mika, Bu? Kok rencana menikahnya dengan Olip?”

“Jodoh dari Tuhan seperti itu, Bu.”

Saat melalui gang kecil di samping warung, tiba-tiba Mika mendengar namanya disebut. Tanpa direncanakan, hatinya tergerak untuk membuat Mika menghentikan langkah dan menunggu pembicaraan. Apalagi karena ia mengenali suara Bu Lestari, ibu Ridwan, di sana.

"Lagian ya, Bu. Saya juga lebih setuju kalau Ridwan sama Olip,” lanjut ibu Ridwan. “Secara ya, anak saya kan guru. Calon pegawai, pula. Masa mau pegawai toko kayak Mika?"

Rasa nyeri tiba-tiba menusuk dada Mika, membuat wanita itu memegang dadanya.

Ia pikir, hanya Olip yang berpikir demikian. Yang mengatakan seakan-akan penjaga toko adalah profesi yang remeh dan bisa disepelekan. Tapi ternyata, ibu mantan kekasihnya pun berpikir demikian.

Apakah ini juga menjadi alasan Ridwan berselingkuh? Jika pria itu memang tidak nyaman, kenapa tidak mengatakan atau memutuskan Mika terlebih dahulu? Kenapa justru berselingkuh?

Dalam diam, Mika melihat Bu Lestari melangkah pergi tanpa menyadari keberadaan Mika.

“Kasihan Mika. Ternyata Bu Lestari tidak suka sama dia ya selama dia pacaran dengan Ridwan?”

Mika kembali mendengar ibu-ibu itu bicara. Namun, ia tidak berniat menyakiti hatinya lebih jauh. Lebih baik ia memilih jalan lain untuk ke toko.

Wanita itu berbalik dan mulai berjalan.

"Iya. Tapi salahnya juga sih. Kenapa Mika malah kerja jadi pegawai toko daripada kuliah kayak Olip?”

“Benar juga, Kalau dia kuliah, pasti nggak akan kayak gini jadinya. Aku dengar di sekolah dulu dia cukup pintar kok."

"Aduh, Bu. Tahu sendiri kalau Mika bukan anak kandung Pak Purnomo dan Bu Titi. Ya pasti mereka akan mendahulukan Olip lah.”

Langkah Mika kembali terhenti.

Apa … maksudnya?

Ia bukan anak kandung ayah dan ibunya?

Dunianya seakan runtuh seketika dalam sekejap mata. Dia kembali memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Kali ini dia menekannya kuat untuk menetralisir rasa sakit yang tiba-tiba datang.

"Jadi …." bisiknya kemudian. Tiba-tiba saja air asin jatuh dari matanya. “Jadi aku–”

Kata-katanya tercekat di kerongkongan. Buru-buru Mika membekap bibirnya dan berjalan pergi.

Ia tidak ingin mendengar apa pun lagi. Tidak saat ini.

Entah ke mana Mika berjalan, bahkan wanita itu tidak menyadarinya. Pikirannya terlalu riuh, dibayangi ucapan para ibu-ibu yang didengarnya tadi.

“Jadi … ternyata ini alasannya?” bisik Mika pada dirinya sendiri.

Dia mulai mengingat perlakuan kedua orang tuanya selama ini terhadap dirinya. Bagaimana dia selalu dinomorduakan oleh kedua orang tuanya. Bagaimana ia selalu diminta mengalah dan kedua orang tuanya selalu mendahulukan kepentingan Olip.

Bagaimana kemudian Mika disuruh menyerahkan kekasihnya, diselingkuhi, dipaksa akan dinikahkan, dan dituntut menyerahkan uang hajatan yang wujudnya entah akan ada atau tidak.

Wanita itu terduduk di sebuah batu besar di bawah sebuah pohon asam. Tangisnya kembali tumpah.

Ia kembali menekan dadanya yang terasa sakit. Sulit diterima jika ternyata selama ini dia hidup bersama orang asing dan bukan keluarganya sendiri. Ia tidak tau mana yang lebih menyakitkan–dianaktirikan oleh orang tuanya sendiri atau mengetahui bahwa orang tua yang menganaktirikannya ternyata bukan orang tua kandungnya.

Lalu, sebenarnya ia anak siapa?

Tiba-tiba sebuah motor dengan suara knalpot yang cukup memekakkan telinga mendekat. Namun, Mika mengabaikannya. Baru kemudian saat sosok itu bersuara, Mika mendongak.

“Dua hari ini, kenapa kamu selalu muncul di depanku sambil menangis, hm?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   7. Kali Kedua

    “Dua hari ini, kenapa kamu selalu muncul di depanku sambil menangis, hm?”Mika menghapus air mata di pipinya sekalipun itu sia-sia karena ia masih terus menangis.“Noval?” ucapnya dengan suara serak. Baru kemudian ia menoleh ke sekeliling, menyadari bahwa lokasinya saat ini tidak jauh dari bengkel milik Noval."Kenapa menangis di sini?" tanya pria itu kemudian. Mika kembali terfokus pada alasannya menangis saat ini dan hal itu membuat tangisnya makin keras.“Ck.” Noval berdecak, kemudian menarik napas panjang. Sepertinya kebiasaan Mika saat menangis memang demikian. Tapi bukan berarti ia akan memakluminya. "Nangis sih nangis. Tapi lihat sekitar. Kalau kamu menangis di pinggir jalan seperti ini bisa-bisa disangka gila."Meski mendengar itu, Mika tidak mampu menghentikan tangisnya. Padahal jika di rumah, ia tidak pernah bertingkah begini.Lalu kenapa selalu pria itu yang memergokinya dalam kondisi seperti ini?“Astaga,” gumam Noval, terdengar kesal, tapi juga pasrah. Pria itu kemudian

    Last Updated : 2024-08-29
  • Permintaan Gila Adikku   8. Tawaran dan Lamaran

    “Kenapa tiba-tiba kamu mengirimkan lamaran kemarin?” tanya Mika tiba-tiba. “Salah sasaran? Atau memang sengaja?”Wajah Noval tidak tampak terkejut, sekalipun topik itu cukup jauh dari curahan hati wanita itu beberapa saat yang lalu. Namun, sepertinya Noval maklum karena cepat atau lambat, Mika pasti akan bertanya. Namun, bukan berarti Noval ingin membicarakannya saat ini. Tidak saat Mika masih kelihatan ingin menangis."Tenangkan dirimu dulu, Mika. In–"Mika menggeleng cepat. "Tidak. Jawab pertanyaanku tadi,” ucapnya tegas. Sekalipun wajahnya masih sembab dan air mata masih mengancam turun, ada sorot yang tak bisa dibantah di matanya. “Apa pun rencanamu, itu melibatkanku.”Tatapan dan ucapan Mika yang tidak bisa dibantah membuat Noval menghela napas berat. Pria itu akhirnya memutuskan untuk duduk kembali.“Paling tidak, hapus dulu ingusmu.” Noval berucap dengan nada tak acuh seperti biasanya.Kali ini, Mika menurut. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang tadi diberikan oleh Noval, m

    Last Updated : 2024-08-30
  • Permintaan Gila Adikku   9. Kartu Hitam

    “Kartu hitam ABC Prioritas!?”Tidak hanya adik dan orang tuanya yang terkejut, melainkan Mika juga tidak habis pikir kenapa Noval memberinya kartu hitam tersebut–yang mana ia ketahui, kartu itu tanpa limit.Apakah kartu ini asli? Noval kan hanya punya bengkel dan bekerja di bengkel tersebut sehari-hari. Bagaimana ia bisa memiliki kartu itu?Atau … pria itu meminjamnya? Demi balas dendam? Mika sama sekali tidak tahu apa-apa. Namun, alih-alih bertanya macam-macam pada Noval, ia memilih untuk menjalankan bagiannya seperti yang sudah mereka sepakati kemarin.“Terima kasih, Val,” ucap Mika dengan senyum. Disimpannya kartu hitam itu baik-baik.Perhatiannya kemudian terfokus pada orang wedding organizer yang datang mendekat padanya dan memberi salam, lalu memperkenalkan diri sebagai ‘Susi’. Dengan ramah, Mika mempersilakan wanita itu untuk mendekat padanya agar mereka bisa mendiskusikan mengenai rencana pesta.“Tapi kenapa memutuskan pakai WO, Nak Noval?” tanya Pak Purnomo sementara Mika se

    Last Updated : 2024-09-01
  • Permintaan Gila Adikku   10. Kepanasan

    “Wah, wah. Murah dong, buat si pemilik kartu hitam itu.”Mika mendengar ejekan dari adiknya tersebut, tapi dia tidak membalas. Pikirannya sibuk menghitung jika harga dekorasi pelaminannya saja tiga puluh juta, lantas jika ditambah total dan katering, lalu harga sewa dan sebagainya, maka–“Kamu suka?” Pertanyaan Noval membuat Mika mengalihkan fokusnya pada pria itu. Noval sedang menatap lurus ke arah Mika setelah sepintas ia melirik pada katalog yang sedang dibicarakan.“Ya?” tanggap Mika. “Yah, dekorasinya cantik. Tapi–”“Kalau kamu suka, tidak apa-apa. Ambil saja,” kata Noval lagi dengan santai. “Untuk harga, itu urusanku.”Entah kenapa, ucapan Noval membuat Mika merasa tenang. Bukan karena pria itu sedang membicarakan soal uang dan biaya, melainkan karena untuk pertama kalinya, Mika merasa ia sedang didukung. Bahwa Mika sekarang punya rekan sekaligus teman.Karena ucapan Noval itu juga, Mika pada akhirnya memilih dekorasi pelaminan tersebut.Hal itu jelas saja langsung membuat Olip

    Last Updated : 2024-10-02
  • Permintaan Gila Adikku   11. Pernikahan Tanpa Wali

    "Bapak mau menyampaikan kalau Bapak tidak akan menjadi wali nikah kamu."Mika terdiam, antara terkejut dan tidak. Tidak terkejut, karena beberapa waktu belakangan ini, Mika sendiri berpikir mengenai wali nikah.Karena sekarang ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung Pak Purnomo berkat ucapan yang ia dengar tempo lalu. Mika belum tahu bagaimana ceritanya hingga ia diasuh oleh Pak Purnomo dan Bu Tuti atau apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, serta siapa sebenarnya walinya.Meski begitu, Pak Purnomo masihlah wali yang sah untuk Mika, bukan? Namun, pria itu kini menolak menjadi wali nikahnya. Itulah yang membuat Mika terkejut.Setidak suka itukah keluarga ini pada Mika?"Kenapa, Pak?" Akhirnya Mika bertanya. "Bukankah Mika sudah menuruti perintah Bapak untuk menikahi Noval?"Dalam hati, Mika kembali bertanya. Apakah … akhirnya hari ini kedua orang tuanya itu akan jujur pada Mika bahwa mereka bukankah orang tua kandungnya?"Bapak tidak bisa saja, menjadi wali nikah kamu." Pak Purnom

    Last Updated : 2024-10-03
  • Permintaan Gila Adikku   12. Ratu Sehari

    "Sial. Habis berapa Noval menyewa mobil-mobil itu!?" Mika mendengar Olip merutuk dibelakangnya. "Ah, atau jangan-jangan itu semua mobil bengkel?"Mika hanya diam saja mendengarkan semua gumaman dan spekulasi semua orang.Sendirinya, ia sendiri heran dan tidak tahu dari mana Noval mendapatkan semua mobiltersebut serta berapa biaya yang dikeluarkan."Pak, Bu, Nak Mika." Pak Heru menyapa ketika ia dan rombongan sampai di depan Mika dankeluarga. "Perkenalkan, ini ayah dan ibu Noval."Kedua orang tua Noval dan Mika saling berjabat tangan dan berkenalan. Mika memasangsenyum sopan, teringat informasi bahwa Pak Heru yang selama ini diduga sebagai ayahNoval, sebenarnya adalah paman Noval semata."Astaga. Ini calon mantu Mama?" Tiba-tiba, wanita paruh baya di hadapan Mika berucap.Beliau adalah ibu Noval. "Cantiknya."Mika yang masih terkejut pun menunduk malu. "H-halo, Tante," gumamnya lembut."Kok ‘tante’? Panggilnya ‘mama’ ya, Sayang," ucap wanita paruh baya itu.Sementara itu, p

    Last Updated : 2024-10-05
  • Permintaan Gila Adikku   13. Bukan Suami Biasa

    "Jangan dengarkan mereka. Dengarkan hal yang baik-baik saja, Mika."Mika tidak mengelak. Dia hanya menarik napas dalam dan memejamkan mata, mengontrol rasa sakit yang menusuk hatinya. Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan Noval melepaskan tangan dari kedua telinganya, membuat Mika kembali membuka matanya.“Ayo kembali,” ajak wanita itu pelan. Tanpa bertanya apakah Noval turut mendengarkan ucapan keluarganya sejak tadi seperti Mika.“Tunggu.”Dengan hati-hati, Noval menggandeng tangan Mika dan masuk ke dalam ruangan tersebut, mengejutkan ketiga orang tadi akan kehadiran mereka.Seperti sedang merasa bersalah, Pak Purnomo langsung mengalihkan pandangan. Sementara Bu Tuti dan putrinya melotot menatap kedatangan sepasang suami istri baru tersebut. Tampaknya, semua orang di sana khawatir obrolan mereka beberapa saat lalu didengar oleh keduanya."Kenapa kalian seperti terkejut begitu?" tanya Noval dengan ekspresinya yang selalu sama. Datar.Olip dan Bu Tuti sama-sama menggeleng."Tid

    Last Updated : 2024-10-07
  • Permintaan Gila Adikku   14. Malam Pertama

    “Cari tahu informasi tentang keluarga kandung istriku.”Usai mengucapkan perintah itu, Noval menutup teleponnya. Pandangannya mengitari kamar yang ditempatinya saat ini. Tidak ada banyak barang di kamar Mika. Bahkan tidak ada alat rias ataupun perawatan wajah di nakas wanita itu. Noval hanya melihat sisir, ikat rambut, dan beberapa barang lain di sana. Ruangan ini tampak sederhana dan rapi, mencerminkan pemiliknya.“Ternyata selama ini, begini dia hidup,” gumam Noval. Pria itu tampak tengah memikirkan sesuatu.Sementara itu, usai membersihkan diri, Mika tampak ragu memasuki kamarnya.Rencana awal, Mika dan Noval akan pergi ke tempat Noval. Di sana, pria itu hidup sendiri. Karenanya, akan lebih mudah tidur secara terpisah.Namun–sekarang Mika baru memikirkannya–jika mereka tetap di sini, otomatis mereka harus tidur di satu kamar dan satu ranjang. Akan aneh jika tidak demikian, sekalipun pernikahan mereka bukan diawali dengan rasa cinta.“Ini kan buat balas dendam saja,” batin Mika. “

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan

  • Permintaan Gila Adikku   157

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak

  • Permintaan Gila Adikku   156

    Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan

  • Permintaan Gila Adikku   155

    Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik

  • Permintaan Gila Adikku   154

    "Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia

  • Permintaan Gila Adikku   153

    Perkelahian antara Noval dan Ridwan yang terjadi di luar rumah tentu saja itu menjadi bahan tontonan gratis para warga. Mereka berkumpul melihat apa yang terjadi serta bertanya-tanya apa yang membuat ini terjadi.Dua pria itu saling pukul. Ya, Ridwan membalas karena tidak ingin kalah. Sayangnya, dari postur tubuh saja sudah jelas dia akan kalah. Apalagi kali ini Noval bertindak dengan amarahnya."Pak. Bu. Tolongin suamiku," ujar Olip yang sudah menangis melihat suaminya dipukuli secara membabi buta oleh Noval.Perempuan itu terlihat panik meskipun akhir-akhir ini dia merasa kesal pada suaminya. "Bu. Gimana ini?" tanya Olip dengan menarik tangan ibunya lalu dia menggoyangkan beberapa kali dengan perasaan cemas."Ibu juga nggak tahu." Bu Tuti menggeleng pelan.Dia menatap ke arah suaminya. "Pak. Pisahin dong mereka." Dia menunjuk ke arah Noval dan Ridwan. "Kasihan itu Ridwan. Jangan dibiarin saja." Dia melanjutkan.Kali ini Bu Tuti menatap Noval dan Ridwan yang masih berkelahi. "Noval.

  • Permintaan Gila Adikku   152

    "Keluar! Atau aku tendang pintu ini!" Suara Noval terdengar jelas kalau pria itu tengah marah besar. Ridwan yang bwrada di dalam kamar Olip kini sedang ketakutan."Kamu ini kenapa sih? Keluar sana. Noval udah teriak-teriak itu. Berisik tahu," ujar Olip yang merasa kesal dengan suaminya. Bukannya segera keluar ketika ada yang mencari malah tidur di sampingnya. Mana pakai acara menyimpan wajah di punggung Olip.Olip risih merasakannya."Keluar sana," ujar Olip sekali lagi.Ridwan yang merasa ketakutan menggeleng cepat. "Enggak ah.""Kok enggal. Itu Noval udah manggil kamu dari tadi." Olip mengibaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya."Nggak mau. Orang aku mau tidur kok dia malah nyariin." Ridwan tetap menolak. Jelas dia tahu apa hal yang membuat Noval mencari dirinya. Itu kenapa dia tidak mau bertemu dengan pria itu.Olip yang muat sikap suaminya pun mulai merasa curiga. Tatapannya memicing. "Aku curiga deh sama kamu." Olip mengerutkan kening.Ridwan pun menatap sang istri. Dia

  • Permintaan Gila Adikku   151

    Mika menangis dalam pelukan sang suami. Setelah kejadian di toko dan sang sopir menolongnya, Mika langsung diantar pulang oleh sang sopir. Tak lupa juga orang kepercayaan Nyonya Saseka itu menghubungi Noval untuk memberitahukan kejadian ini.Kini, dalam pelukan Noval Mika menenggelamkan wajahnya pada wajah bidang sang suami. "Aku benci dia. Aku sangat membencinya," ujar Mika di sela tangisnya.Noval menepuk pelan punggung sang istri. "Sudah. Jangan sampai kamu sakit karena hal ini," ujarnya mencoba menenangkan sang istri. Terlihat jelas kalau Mika merasa syok akan kejadian tadi.Noval sudah mendengar penjelasan dati sopir sang istri. Dia merasa beruntung karena pria itu datang di waktu yang tepat. Entah apa yang terjadi pada istrinya jika sopir itu tidak ada.Percayalah. Noval kini merasa gagal dengan keadaan Mika. Hanya ada kemarahan dalam diri pria itu mengetahui sang istri yang hampir dilecehkan oleh orang lain. Orang yang sangat dibenci oleh Noval.Meski wajah pria itu tak menunju

  • Permintaan Gila Adikku   150

    da"Apa maksud kamu?" Mika bertanya marah.Meski prempuan itu merasa terkejut dengan apa yang dikatakan Ridwan dan di dalam dirinya bertanya-tanya dari mana pria itu mengetahui semua hal itu, Mika mencoba untuk menguatkan diri agar Ridwan tidak semakin yakin dengan apa yang baru saja dikatakannya itu.Ridwan malah tertawa. "Sudah. Kamu tidak usah mengelak lagi. Aku tahu semua itu." Dia mengibaskan tangan ke udara."Sekarang, kita ganya berdua saja. Kamu tidak perlu berbohong lagi. Katakan saja dengan jujur, Mika. Kalau kamu, sebenarnya masih mencintai aku sampai saat ini, kan?" Dia terkekeh dengan tatapan menyelidik. Alisnya naik turun bergantian."Sudah berapa kali aku datang padamu untuk meyakinkan kamu agar kamu tidak perlu berpura-pura lagi. Jangan takut sama orang-orang yang akan menentang hubungan kita. Aku akan berjuang untuk masa depan kita."Cih. Ingin muntah rasanya Mika mendengar kata-kata dari Ridwan. Bola mata Mika melotot dengan lebar. "Jangan halu kamu, Wan. Mana ada aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status