Share

7. Kali Kedua

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 10:07:01

“Dua hari ini, kenapa kamu selalu muncul di depanku sambil menangis, hm?”

Mika menghapus air mata di pipinya sekalipun itu sia-sia karena ia masih terus menangis.

“Noval?” ucapnya dengan suara serak. Baru kemudian ia menoleh ke sekeliling, menyadari bahwa lokasinya saat ini tidak jauh dari bengkel milik Noval.

"Kenapa menangis di sini?" tanya pria itu kemudian. 

Mika kembali terfokus pada alasannya menangis saat ini dan hal itu membuat tangisnya makin keras.

“Ck.” Noval berdecak, kemudian menarik napas panjang. Sepertinya kebiasaan Mika saat menangis memang demikian. Tapi bukan berarti ia akan memakluminya. "Nangis sih nangis. Tapi lihat sekitar. Kalau kamu menangis di pinggir jalan seperti ini bisa-bisa disangka gila."

Meski mendengar itu, Mika tidak mampu menghentikan tangisnya. Padahal jika di rumah, ia tidak pernah bertingkah begini.

Lalu kenapa selalu pria itu yang memergokinya dalam kondisi seperti ini?

“Astaga,” gumam Noval, terdengar kesal, tapi juga pasrah. Pria itu kemudian meraih tangan Mika dan menarik wanita itu agar berdiri. “Ayo, ikut.”

"Ke mana?" tanya Mika dengan suara serak.

Akhirnya wanita itu bicara juga.

"Sudah. Ikut saja daripada kamu dikira gila," balas Noval. 

Keduanya menaiki motor keluaran tahun 2011 bersuara berisik dan meninggalkan lokasi itu dengan cepat.

Noval membawa Mika ke bengkelnya, mendudukkan wanita itu di ruangannya seperti sehari sebelumnya, dan mengambilkan perempuan itu minuman. 

Namun, kali ini Noval tidak buru-buru pergi seperti kemarin. Pria itu justru duduk di hadapan Mika dan menunggu perempuan itu untuk meneguk minumannya.

“Jangan bilang kalau kamu menangis konyol seperti tadi karena adikmu dan mantanmu seperti kemarin,” ucap pria itu dengan nada datar. Karena Mika tidak kunjung bicara, ia mengambil kesimpulan. “Bodoh.”

Mika buru-buru menggeleng. 

“Tidak bodoh? Atau apa?”

“Bukan itu alasannya.” Akhirnya Mika kembali berkata.

Noval mengerutkan kening. "Lalu?" tanyanya lagi.

Air asin kembali jatuh dari mata Mika. Namun, kali ini tidak ada suara tangis. Dia menatap lurus ke lantai.

Sejujurnya, ia bingung mulai dari mana.

Selama ini, ia selalu menjadi nomor dua, sekalipun ia adalah anak pertama. Saat biasanya anak nomor dua yang memakai baju milik sang kakak karena kakaknya sudah tidak muat, yang terjadi justru sebaliknya. Olip pulalah yang selalu mendapatkan mainan baru, sementara Mika baru bisa memainkannya ketika Olip sudah bosan ataupun saat mainan itu sudah tidak layak lagi.

Barang Olip semuanya baru, sementara Mika hanya mendapatkan sisaan dan bekas.

Saat mereka bersekolah pun, Mika kerap kali mendapatkan teguran dari guru karena ia sering terlambat membayar dana maupun iuran sekolah. Mika pun jarang bisa jajan. Sampai akhirnya saat sudah cukup besar, Mika memutuskan untuk bekerja paruh waktu.

Mengenai kuliah … Mika pun ingin. Ia termasuk salah satu siswa berprestasi di sekolahnya.

Namun, saat ia berniat mendaftar ke jenjang tersebut, orang tuanya mengatakan bahwa saat itu Olip sedang kelas tiga. Adiknya itu butuh biaya lebih untuk les dan lain sebagainya. Jadi dibanding kuliah, Mika dibilang akan lebih baik jika membantu ekonomi keluarga saja.

Mika mengalah. Akan tetapi, di tahun berikutnya pun, orang tuanya tidak merestui rencana kuliah Mika karena Olip ingin kuliah kebidanan dengan biaya besar.

Hingga akhirnya Mika memutuskan untuk membuka toko dengan biaya tabungan yang belum seberapa dan bantuan teman, agar ia bisa mengumpulkan uang untuk kuliah nantinya. 

Semua ketidakadilan itu … Mika menyadarinya. Namun, sedikit banyak ia berpikir bahwa memang seorang kakak baiknya mengayomi adik dan mengalah, seperti yang sering kali dikatakan oleh orang tuanya.

Mika sama sekali tidak menyangka bahwa yang ia rasakan adalah karena ia tidak sedarah dengan mereka.

Wanita itu menarik napas dalam-dalam. “Aku bukan anak kandung ayah dan ibuku,” ucapnya pada akhirnya kemudian. “Mereka mendukung Olip yang merebut Ridwan dan tidur bersama. Mereka berusaha menyingkirkanku dengan menerima lamaranmu. Mereka meminta sokongan uang, tanpa memikirkan nasibku.” Ia tertawa kecil, sekalipun air matanya masih mengalir. “Ternyata semua ini karena alasan itu.”

Noval diam. Pria itu menatap lamat-lamat perempuan rapuh di hadapannya ketika Mika melanjutkan ceritanya yang berantakan mengenai saat Olip meminta Mika menyerahkan pacarnya, yang kemudian melompat ke bagian Mika harus merelakan mimpinya untuk kuliah karena Olip, yang berujung dengan Mika diremehkan orang-orang.

Pria itu tetap diam hingga kemudian Mika kehabisan tenaga untuk bicara.

Tanpa mengatakan apa pun, Noval mengambil gelas di tangan Mika dan mengisinya ulang, sebelum menyerahkannya kembali pada Mika.

“Dengar,” ucap Noval pada akhirnya. “Aku tidak mengalami semua yang sudah kamu alami. Jadi aku tidak bisa mengatakan kalau aku mengerti perasaanmu.”

“Tapi.” Pria itu melanjutkan. Ia menepuk puncak kepala Mika. “Aku bisa menyimpulkan kalau kamu perempuan kuat.”

Mika yang sebelumnya menunduk kini mendongakkan kepala menatap ke arah Noval. Ia menatap pria di hadapannya dengan satu titik air mata yang kembali jatuh.

"Kamu boleh ada di sini untuk sementara waktu, seperti kemarin.” Noval menghela napas melihat Mika yang masih saja menangis. Pria berjalan ke mejanya dan mengambil tisu, sebelum meletakkannya di pangkuan Mika. “Pergilah saat kamu sudah tenang."

Pria itu hendak pergi saat ia tiba-tiba merasakan tangannya ditahan oleh seseorang. Noval menoleh dan melihat Mika yang melakukannya.

“Kamu,” ucap Mika kemudian. “Kenapa tiba-tiba kamu mengirimkan lamaran kemarin?” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Permintaan Gila Adikku   8. Tawaran dan Lamaran

    “Kenapa tiba-tiba kamu mengirimkan lamaran kemarin?” tanya Mika tiba-tiba. “Salah sasaran? Atau memang sengaja?”Wajah Noval tidak tampak terkejut, sekalipun topik itu cukup jauh dari curahan hati wanita itu beberapa saat yang lalu. Namun, sepertinya Noval maklum karena cepat atau lambat, Mika pasti akan bertanya. Namun, bukan berarti Noval ingin membicarakannya saat ini. Tidak saat Mika masih kelihatan ingin menangis."Tenangkan dirimu dulu, Mika. In–"Mika menggeleng cepat. "Tidak. Jawab pertanyaanku tadi,” ucapnya tegas. Sekalipun wajahnya masih sembab dan air mata masih mengancam turun, ada sorot yang tak bisa dibantah di matanya. “Apa pun rencanamu, itu melibatkanku.”Tatapan dan ucapan Mika yang tidak bisa dibantah membuat Noval menghela napas berat. Pria itu akhirnya memutuskan untuk duduk kembali.“Paling tidak, hapus dulu ingusmu.” Noval berucap dengan nada tak acuh seperti biasanya.Kali ini, Mika menurut. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang tadi diberikan oleh Noval, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Permintaan Gila Adikku   9. Kartu Hitam

    “Kartu hitam ABC Prioritas!?”Tidak hanya adik dan orang tuanya yang terkejut, melainkan Mika juga tidak habis pikir kenapa Noval memberinya kartu hitam tersebut–yang mana ia ketahui, kartu itu tanpa limit.Apakah kartu ini asli? Noval kan hanya punya bengkel dan bekerja di bengkel tersebut sehari-hari. Bagaimana ia bisa memiliki kartu itu?Atau … pria itu meminjamnya? Demi balas dendam? Mika sama sekali tidak tahu apa-apa. Namun, alih-alih bertanya macam-macam pada Noval, ia memilih untuk menjalankan bagiannya seperti yang sudah mereka sepakati kemarin.“Terima kasih, Val,” ucap Mika dengan senyum. Disimpannya kartu hitam itu baik-baik.Perhatiannya kemudian terfokus pada orang wedding organizer yang datang mendekat padanya dan memberi salam, lalu memperkenalkan diri sebagai ‘Susi’. Dengan ramah, Mika mempersilakan wanita itu untuk mendekat padanya agar mereka bisa mendiskusikan mengenai rencana pesta.“Tapi kenapa memutuskan pakai WO, Nak Noval?” tanya Pak Purnomo sementara Mika se

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Permintaan Gila Adikku   10. Kepanasan

    “Wah, wah. Murah dong, buat si pemilik kartu hitam itu.”Mika mendengar ejekan dari adiknya tersebut, tapi dia tidak membalas. Pikirannya sibuk menghitung jika harga dekorasi pelaminannya saja tiga puluh juta, lantas jika ditambah total dan katering, lalu harga sewa dan sebagainya, maka–“Kamu suka?” Pertanyaan Noval membuat Mika mengalihkan fokusnya pada pria itu. Noval sedang menatap lurus ke arah Mika setelah sepintas ia melirik pada katalog yang sedang dibicarakan.“Ya?” tanggap Mika. “Yah, dekorasinya cantik. Tapi–”“Kalau kamu suka, tidak apa-apa. Ambil saja,” kata Noval lagi dengan santai. “Untuk harga, itu urusanku.”Entah kenapa, ucapan Noval membuat Mika merasa tenang. Bukan karena pria itu sedang membicarakan soal uang dan biaya, melainkan karena untuk pertama kalinya, Mika merasa ia sedang didukung. Bahwa Mika sekarang punya rekan sekaligus teman.Karena ucapan Noval itu juga, Mika pada akhirnya memilih dekorasi pelaminan tersebut.Hal itu jelas saja langsung membuat Olip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Permintaan Gila Adikku   11. Pernikahan Tanpa Wali

    "Bapak mau menyampaikan kalau Bapak tidak akan menjadi wali nikah kamu."Mika terdiam, antara terkejut dan tidak. Tidak terkejut, karena beberapa waktu belakangan ini, Mika sendiri berpikir mengenai wali nikah.Karena sekarang ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung Pak Purnomo berkat ucapan yang ia dengar tempo lalu. Mika belum tahu bagaimana ceritanya hingga ia diasuh oleh Pak Purnomo dan Bu Tuti atau apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, serta siapa sebenarnya walinya.Meski begitu, Pak Purnomo masihlah wali yang sah untuk Mika, bukan? Namun, pria itu kini menolak menjadi wali nikahnya. Itulah yang membuat Mika terkejut.Setidak suka itukah keluarga ini pada Mika?"Kenapa, Pak?" Akhirnya Mika bertanya. "Bukankah Mika sudah menuruti perintah Bapak untuk menikahi Noval?"Dalam hati, Mika kembali bertanya. Apakah … akhirnya hari ini kedua orang tuanya itu akan jujur pada Mika bahwa mereka bukankah orang tua kandungnya?"Bapak tidak bisa saja, menjadi wali nikah kamu." Pak Purnom

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Permintaan Gila Adikku   12. Ratu Sehari

    "Sial. Habis berapa Noval menyewa mobil-mobil itu!?" Mika mendengar Olip merutuk dibelakangnya. "Ah, atau jangan-jangan itu semua mobil bengkel?"Mika hanya diam saja mendengarkan semua gumaman dan spekulasi semua orang.Sendirinya, ia sendiri heran dan tidak tahu dari mana Noval mendapatkan semua mobiltersebut serta berapa biaya yang dikeluarkan."Pak, Bu, Nak Mika." Pak Heru menyapa ketika ia dan rombongan sampai di depan Mika dankeluarga. "Perkenalkan, ini ayah dan ibu Noval."Kedua orang tua Noval dan Mika saling berjabat tangan dan berkenalan. Mika memasangsenyum sopan, teringat informasi bahwa Pak Heru yang selama ini diduga sebagai ayahNoval, sebenarnya adalah paman Noval semata."Astaga. Ini calon mantu Mama?" Tiba-tiba, wanita paruh baya di hadapan Mika berucap.Beliau adalah ibu Noval. "Cantiknya."Mika yang masih terkejut pun menunduk malu. "H-halo, Tante," gumamnya lembut."Kok ‘tante’? Panggilnya ‘mama’ ya, Sayang," ucap wanita paruh baya itu.Sementara itu, p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Permintaan Gila Adikku   13. Bukan Suami Biasa

    "Jangan dengarkan mereka. Dengarkan hal yang baik-baik saja, Mika."Mika tidak mengelak. Dia hanya menarik napas dalam dan memejamkan mata, mengontrol rasa sakit yang menusuk hatinya. Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan Noval melepaskan tangan dari kedua telinganya, membuat Mika kembali membuka matanya.“Ayo kembali,” ajak wanita itu pelan. Tanpa bertanya apakah Noval turut mendengarkan ucapan keluarganya sejak tadi seperti Mika.“Tunggu.”Dengan hati-hati, Noval menggandeng tangan Mika dan masuk ke dalam ruangan tersebut, mengejutkan ketiga orang tadi akan kehadiran mereka.Seperti sedang merasa bersalah, Pak Purnomo langsung mengalihkan pandangan. Sementara Bu Tuti dan putrinya melotot menatap kedatangan sepasang suami istri baru tersebut. Tampaknya, semua orang di sana khawatir obrolan mereka beberapa saat lalu didengar oleh keduanya."Kenapa kalian seperti terkejut begitu?" tanya Noval dengan ekspresinya yang selalu sama. Datar.Olip dan Bu Tuti sama-sama menggeleng."Tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Permintaan Gila Adikku   14. Malam Pertama

    “Cari tahu informasi tentang keluarga kandung istriku.”Usai mengucapkan perintah itu, Noval menutup teleponnya. Pandangannya mengitari kamar yang ditempatinya saat ini. Tidak ada banyak barang di kamar Mika. Bahkan tidak ada alat rias ataupun perawatan wajah di nakas wanita itu. Noval hanya melihat sisir, ikat rambut, dan beberapa barang lain di sana. Ruangan ini tampak sederhana dan rapi, mencerminkan pemiliknya.“Ternyata selama ini, begini dia hidup,” gumam Noval. Pria itu tampak tengah memikirkan sesuatu.Sementara itu, usai membersihkan diri, Mika tampak ragu memasuki kamarnya.Rencana awal, Mika dan Noval akan pergi ke tempat Noval. Di sana, pria itu hidup sendiri. Karenanya, akan lebih mudah tidur secara terpisah.Namun–sekarang Mika baru memikirkannya–jika mereka tetap di sini, otomatis mereka harus tidur di satu kamar dan satu ranjang. Akan aneh jika tidak demikian, sekalipun pernikahan mereka bukan diawali dengan rasa cinta.“Ini kan buat balas dendam saja,” batin Mika. “

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Permintaan Gila Adikku   15. Olip Ingin Pesta Mewah

    “Tidurmu nyenyak?”Mika menoleh menatap suami yang menikahinya kemarin itu dengan raut wajah lelah saat Noval menanyakan hal itu.Sejujurnya, Mika tidak bisa tidur dengan baik. Rasanya aneh mendapati orang lain, apalagi pria, tidur satu ranjang dengannya semalam. Asing, Mika tidak biasa.“Cuci wajahmu, Mika. Jangan menatapku seperti itu.”“Salah siapa coba?” gerutu Mika, mengalihkan pandangan ke cermin nakas. Mika beruntung tidak ada air liur kering di sudut bibirnya atau kotoran mata. Setidaknya, penampilan paginya tidak bisa dijadikan olok-olok oleh Noval lebih jauh.Mika kemudian beringsut ke tepi tempat tidur dan berniat melangkah ke seberang untuk persiapan mandi.Namun, sayangnya, wanita itu justru tersandung dan berakhir jatuh terduduk di pangkuan Noval.“Eh–”Tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka tanpa diketuk sama sekali, lalu menampilkan kepala Olip yang menyembul dari celah pintu.“Duh, pengantin baru sok mesra sampai tidak ada yang bantu-bantu pagi ini,” cemoohnya langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Permintaan Gila Adikku   162

    Pak Eko dan Bu Lestari pun menoleh ke arah pemilik suara. Terlihat Pak Purnomo baru saja keluar dari dalam rumah. "Ada apa ini berisik-berisik?" tanya Pak Purnomo. "Ini Pak. Ada besan datang. Katanya mau ketemu Olip," ujar Bu Tuti. "Kenapa ngga diminta duduk?" tanya Pak Purnomo. "Iya nih Bu Tuti. Kok saya datang nggak diminta duduk. Bagaimana sih?" tanya Bu Lestari dengan senyum simpul. Dia sepertinya senang kalau melihat besannya yang satu ini dimarahi oleh istrinya. Bu Lestari pun segera menarik suaminya untuk duduk. "Sini, Pak." "Bu. Ambilkan minim dan panggilkan Olip sama Ridwan," ujar Pak Purnomo memerintah sang istri. "Iya-oya." Bu Tuti pun bangkit dari tempat duudknyadan masuk untuk memanggil anak dan menantunya juga membuatku minum. "Apa kabar, besan?" tanya Pak Purnomo. "Baik." Pak Eko menjawab. "Pak Purnomo ini gimana aih? Olip hamil kok nggak ngasih tahu kami?" tanya Bu Lestari kemudian. Pak Purnomo terkejut. "Loh? Ridwan tidak menceritakan semua ini ke

  • Permintaan Gila Adikku   161

    Bu Lestari dan Pak Eko menuju rumah Pak Purnomo untuk menemui anak dan juga menantunya. Kabar kehamilan Olip yang didapat membuat mereka kesal sekaligus bahagia."Udah, Bu. Nggak usah ngomel-ngomel mulu," ujar Pak Eko ketika mereka berada di atas motor dan Bu Lestari tampak menggerutu tanpa henti sejak tadi."Ibu ini sedang kesal, Pak," ujar Bu Lestari memberi tahu."Iya Bapak tahu. Tapi udah dong keselnya. Jangan nyerocos terus. Nanti kalau bapak ngga bisa fokus nyeri gara-gara suara Ibu bagaimana?" tanya Pak Eko. Dia melirik keberadaan istrinya melalui kaca spion.Bu Lestari langsung menepuk pundak Pak Eko dari belakang. "Bapak ini. Memangnya suara ibu ini sura apaan sampai-sampai bisa membuat Bapak ngga konsen naik motor?" Dia bersungut-sungut."Ibu hnaya kesal aja, Pak. Kenapa Ridwan dan Olip itu tidak bilang sejak awal kalau dia pindah dari kontrakan ke rumahnya besan. Kalau dia bilang sejak awal, kan kita nggak perlu ke kontrakan dia dulu. Buang waktu. Buang bensin. Capek." Bu L

  • Permintaan Gila Adikku   160

    Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu

  • Permintaan Gila Adikku   159

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan

  • Permintaan Gila Adikku   157

    "Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak

  • Permintaan Gila Adikku   156

    Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan

  • Permintaan Gila Adikku   155

    Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik

  • Permintaan Gila Adikku   154

    "Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status