Share

10. Kepanasan

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-10-02 15:57:45

“Wah, wah. Murah dong, buat si pemilik kartu hitam itu.”

Mika mendengar ejekan dari adiknya tersebut, tapi dia tidak membalas. Pikirannya sibuk menghitung jika harga dekorasi pelaminannya saja tiga puluh juta, lantas jika ditambah total dan katering, lalu harga sewa dan sebagainya, maka–

“Kamu suka?”

Pertanyaan Noval membuat Mika mengalihkan fokusnya pada pria itu. Noval sedang menatap lurus ke arah Mika setelah sepintas ia melirik pada katalog yang sedang dibicarakan.

“Ya?” tanggap Mika. “Yah, dekorasinya cantik. Tapi–”

“Kalau kamu suka, tidak apa-apa. Ambil saja,” kata Noval lagi dengan santai. “Untuk harga, itu urusanku.”

Entah kenapa, ucapan Noval membuat Mika merasa tenang. Bukan karena pria itu sedang membicarakan soal uang dan biaya, melainkan karena untuk pertama kalinya, Mika merasa ia sedang didukung. Bahwa Mika sekarang punya rekan sekaligus teman.

Karena ucapan Noval itu juga, Mika pada akhirnya memilih dekorasi pelaminan tersebut.

Hal itu jelas saja langsung membuat Olip
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Awhy Jeis
saya sangat sukaa jalan ceritanya,bikin penasaran...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   11. Pernikahan Tanpa Wali

    "Bapak mau menyampaikan kalau Bapak tidak akan menjadi wali nikah kamu."Mika terdiam, antara terkejut dan tidak. Tidak terkejut, karena beberapa waktu belakangan ini, Mika sendiri berpikir mengenai wali nikah.Karena sekarang ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung Pak Purnomo berkat ucapan yang ia dengar tempo lalu. Mika belum tahu bagaimana ceritanya hingga ia diasuh oleh Pak Purnomo dan Bu Tuti atau apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, serta siapa sebenarnya walinya.Meski begitu, Pak Purnomo masihlah wali yang sah untuk Mika, bukan? Namun, pria itu kini menolak menjadi wali nikahnya. Itulah yang membuat Mika terkejut.Setidak suka itukah keluarga ini pada Mika?"Kenapa, Pak?" Akhirnya Mika bertanya. "Bukankah Mika sudah menuruti perintah Bapak untuk menikahi Noval?"Dalam hati, Mika kembali bertanya. Apakah … akhirnya hari ini kedua orang tuanya itu akan jujur pada Mika bahwa mereka bukankah orang tua kandungnya?"Bapak tidak bisa saja, menjadi wali nikah kamu." Pak Purnom

    Last Updated : 2024-10-03
  • Permintaan Gila Adikku   12. Ratu Sehari

    "Sial. Habis berapa Noval menyewa mobil-mobil itu!?" Mika mendengar Olip merutuk dibelakangnya. "Ah, atau jangan-jangan itu semua mobil bengkel?"Mika hanya diam saja mendengarkan semua gumaman dan spekulasi semua orang.Sendirinya, ia sendiri heran dan tidak tahu dari mana Noval mendapatkan semua mobiltersebut serta berapa biaya yang dikeluarkan."Pak, Bu, Nak Mika." Pak Heru menyapa ketika ia dan rombongan sampai di depan Mika dankeluarga. "Perkenalkan, ini ayah dan ibu Noval."Kedua orang tua Noval dan Mika saling berjabat tangan dan berkenalan. Mika memasangsenyum sopan, teringat informasi bahwa Pak Heru yang selama ini diduga sebagai ayahNoval, sebenarnya adalah paman Noval semata."Astaga. Ini calon mantu Mama?" Tiba-tiba, wanita paruh baya di hadapan Mika berucap.Beliau adalah ibu Noval. "Cantiknya."Mika yang masih terkejut pun menunduk malu. "H-halo, Tante," gumamnya lembut."Kok ‘tante’? Panggilnya ‘mama’ ya, Sayang," ucap wanita paruh baya itu.Sementara itu, p

    Last Updated : 2024-10-05
  • Permintaan Gila Adikku   13. Bukan Suami Biasa

    "Jangan dengarkan mereka. Dengarkan hal yang baik-baik saja, Mika."Mika tidak mengelak. Dia hanya menarik napas dalam dan memejamkan mata, mengontrol rasa sakit yang menusuk hatinya. Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan Noval melepaskan tangan dari kedua telinganya, membuat Mika kembali membuka matanya.“Ayo kembali,” ajak wanita itu pelan. Tanpa bertanya apakah Noval turut mendengarkan ucapan keluarganya sejak tadi seperti Mika.“Tunggu.”Dengan hati-hati, Noval menggandeng tangan Mika dan masuk ke dalam ruangan tersebut, mengejutkan ketiga orang tadi akan kehadiran mereka.Seperti sedang merasa bersalah, Pak Purnomo langsung mengalihkan pandangan. Sementara Bu Tuti dan putrinya melotot menatap kedatangan sepasang suami istri baru tersebut. Tampaknya, semua orang di sana khawatir obrolan mereka beberapa saat lalu didengar oleh keduanya."Kenapa kalian seperti terkejut begitu?" tanya Noval dengan ekspresinya yang selalu sama. Datar.Olip dan Bu Tuti sama-sama menggeleng."Tid

    Last Updated : 2024-10-07
  • Permintaan Gila Adikku   14. Malam Pertama

    “Cari tahu informasi tentang keluarga kandung istriku.”Usai mengucapkan perintah itu, Noval menutup teleponnya. Pandangannya mengitari kamar yang ditempatinya saat ini. Tidak ada banyak barang di kamar Mika. Bahkan tidak ada alat rias ataupun perawatan wajah di nakas wanita itu. Noval hanya melihat sisir, ikat rambut, dan beberapa barang lain di sana. Ruangan ini tampak sederhana dan rapi, mencerminkan pemiliknya.“Ternyata selama ini, begini dia hidup,” gumam Noval. Pria itu tampak tengah memikirkan sesuatu.Sementara itu, usai membersihkan diri, Mika tampak ragu memasuki kamarnya.Rencana awal, Mika dan Noval akan pergi ke tempat Noval. Di sana, pria itu hidup sendiri. Karenanya, akan lebih mudah tidur secara terpisah.Namun–sekarang Mika baru memikirkannya–jika mereka tetap di sini, otomatis mereka harus tidur di satu kamar dan satu ranjang. Akan aneh jika tidak demikian, sekalipun pernikahan mereka bukan diawali dengan rasa cinta.“Ini kan buat balas dendam saja,” batin Mika. “

    Last Updated : 2024-10-08
  • Permintaan Gila Adikku   15. Olip Ingin Pesta Mewah

    “Tidurmu nyenyak?”Mika menoleh menatap suami yang menikahinya kemarin itu dengan raut wajah lelah saat Noval menanyakan hal itu.Sejujurnya, Mika tidak bisa tidur dengan baik. Rasanya aneh mendapati orang lain, apalagi pria, tidur satu ranjang dengannya semalam. Asing, Mika tidak biasa.“Cuci wajahmu, Mika. Jangan menatapku seperti itu.”“Salah siapa coba?” gerutu Mika, mengalihkan pandangan ke cermin nakas. Mika beruntung tidak ada air liur kering di sudut bibirnya atau kotoran mata. Setidaknya, penampilan paginya tidak bisa dijadikan olok-olok oleh Noval lebih jauh.Mika kemudian beringsut ke tepi tempat tidur dan berniat melangkah ke seberang untuk persiapan mandi.Namun, sayangnya, wanita itu justru tersandung dan berakhir jatuh terduduk di pangkuan Noval.“Eh–”Tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka tanpa diketuk sama sekali, lalu menampilkan kepala Olip yang menyembul dari celah pintu.“Duh, pengantin baru sok mesra sampai tidak ada yang bantu-bantu pagi ini,” cemoohnya langsung

    Last Updated : 2024-10-09
  • Permintaan Gila Adikku   16. Makin Tidak Masuk Akal

    “Harus lebih mewah. Dan biayanya … bisa dari uang Kak Mika!”Hening sejenak menyambut ucapan Olip, sebelum kemudian terdengar komentar Mika, “Kamu gila ya?”Tampaknya, tidak hanya Mika yang terkejut, tapi Pak Purnomo juga. Tampaknya beliau tidak tahu kalau putri bungsunya itu akan meminta hal sejauh itu.Hanya Bu Tuti dan Noval yang tidak terlihat terkejut. Bu Tuti karena sudah tahu, dan Noval karena memang ia tidak mudah dikejutkan oleh tingkah gila adik iparnya tersebut.Namun, pria itu turut berkata, "Calon suamimu tidak mampu memberikan pesta seperti yang aku berikan pada Mika kemarin?" Noval tersenyum tipis, tampak sinis. “Tidak becus jadi lelaki. Buang saja lelaki tidak berguna itu.”"Apa kamu bilang!?" Tiba-tiba terdengar teriakan dari ambang pintu depan. Ridwan rupanya sudah ada di sana dengan tatapan tajam. “Coba ulangi.”Dengan santai, Noval menatap pria yang baru saja datang tersebut. “Pria tidak berguna,” ulangnya.Ridwan langsung mendekati Noval. “Kamu–berani-beraninya ka

    Last Updated : 2024-10-10
  • Permintaan Gila Adikku   17 Pembalasan Kecil

    “Sebagai bagian dari keluarga ini, kalian harus bantu Olip. Jika kesulitan … bagaimana kalauIbu minta uang hasil hajatan kemarin dulu?”Mika tidak habis pikir dengan ucapan Bu Tuti, sampai-sampai akhirnya wanita itu tertawakecil.Keluarganya sungguh lucu! Kenapa baru sekarang Mika menyadarinya ya?Atau sebenarnya ia sudah sadar sejak dulu, tapi karena dirinya haus pengakuan dan kasihsayang, ia jadi pasrah-pasrah saja ditindas oleh mereka berkali-kali.“Bagaimana, Mika?” kejar Bu Tuti, tidak akan menyerah sebelum Mika menyanggupinya.“Kemarin tamu kamu banyak itu, bermobil juga kan beberapa? Pasti sumbangannya besar.”“Oh ya, aku juga mau pakai WO Kakak kemarin,” imbuh Olip tiba-tiba. Ia berpikir, iamemiliki celah karena tawa kakaknya. Toh, Mika selalu akan mengalah dan menuruti jika iasudah tantrum begini. “Kirimi nomornya, Kak.”Masih dengan senyum terkulum, Mika menoleh pada Noval, yang kemudian mengangguk.“Setelah ini, kita cari makan,” ucap pria itu kemudian dan

    Last Updated : 2024-10-11
  • Permintaan Gila Adikku   18. Ada di Pihak Mika

    “Diam! Ini gara-gara mataharinya mulai tinggi, jadinya panas.”Alasan itulah yang digunakan Mika untuk menjelaskan wajahnya yang memerah. Lagian,kenapa tiba-tiba Noval menggandeng tangannya? Di sini kan tidak ada Olip maupun Ridwan!Aneh-aneh saja.Berkat kejadian tiba-tiba itu juga, Mika tidak banyak bicara selama mereka makan di warungdekat jalan raya. Sementara Noval yang memang sejak awal orang yang kaku dan pendiam,jelas tidak bisa memulai obrolan seperti yang dilakukan Mika biasanya.Baru ketika mereka selesai makan, Noval bertanya, “Mau pulang sekarang?”Mika menghela napas. “Mereka masih ribut soal pesta tidak ya,” gumamnya. “Aku malasbertemu Ridwan juga.”“Hm.” Noval memandang istri yang baru kemarin dinikahinya. “Cemburu? Masih sayang?”“Hus,” tukas Mika, langsung cemberut. “Kamu tidak dengar bagaimana dia menyombongkandiri? Mana mungkin aku masih ada perasaan pada pria seperti itu.”Itu benar. Sekalipun masih sakit hati karena dikhianati, Mika sama sekali

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   135. Olip Pengen Makan Enak

    Setelah menutup panggilan telepon dari ibunya beberapa menit lalu, itu membuat Olip termenung. Perempuan itu berpikir cukup lama dengan acara syukuran di rumah baru Mika."Datang nggak ya?" tanyanya pada diri sendri. Tentu kita tahu apa yang dikatakan oleh Olip pada ibunya tadi di telepon kalau dia tidak mau datang ke acara itu.Ya. Kita tahu kalau Olip semakin merasa kesal dengan apa yang dicapai oleh kakanya, apalagi kelakuan Ridwan akhir-akhir ini yang memperlihatkan seperti dirinya tida ada artinya lagi untuk Ridwan.Olip menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi gelisah. Dia menunduk melihat perutnya yang rata. Dia mengelusnya pelan dengan ekspresi sedih."Pasti di sana sekarang banyak makanan. Pasti banyak yang enak-enak juga." Olip membayangkan makanan yang kini ada di rumah Mika. Ayam, daging, sayur, buah dan juga jajanan. Belum lagi kue-kuenya."Apa aku ke sana saja, ya? Sudah lama banget nggak makan enak. Udah berapa hari ini makanya cuma emi," ujarnya sekali lagi. Dia masih

  • Permintaan Gila Adikku   134. Praduga

    Keluarga Noval dan juga neneknya Mika saling mengobrol bersama di sebuah ruangan yang terpisah dengan tempat acara syukuran berjalan. Kedua keluarga berkenan dan bercerita mengenai kilas balik.Mika dan Noval memasuki ruangan. "Maaf, ya. Kami baru bisa menemani," ujar Mika merasa bersalah."Tidak apa. Namanya juga lagi punya hajatan. Pasti sibuk ngurusin para tamu." Nenek Saseka berujar dengan senyuman.Nyonya Maysa tersenyum. Dia menepuk punggung tangan Mika. "Semoga di rumah baru ini hubungan kalian semakin erat," ujarnya mendoakan yang terbaik."Dan yang pasti, semoga kalian segera mendapat momongan," lanjutnya dengan senyuman mengembang.Noval yang mendengar itu langsung menatap papanya di mana sang papa hanya memberikan senyum miring di sana."Benar tidak Nyonya Saseka?" tanya Nyonya Maysa pada nenek Mika."Betul itu. Saya juga pengen segera dapat cicit dari Mika. Saya sudah tua. Harus cepet. Takutnya keburu diambil sama yang maha kuasa." Nyonya Saseka berujar.Mika yang mendenga

  • Permintaan Gila Adikku   133.

    Bu Tuti yang kepikiran mengenai Olip setelah mendapat pertanyaan dari beberapa tetangganya tadi gegas menuju tempat paling belakang agar tida diketahui orang. Tidak. Dia bukannya ingin berbuat curang. Dia hanya ingin mencoba menghubungi Olip karena merasa heran putrinya itu bum datang juga. Padahal, dia sudah memberitahu mengenai acara ini."Jangan-jangan dia beneran tidak mau datang lagi. Kemarin, kan dia bilang gitu." Bu Tuti mulai berkutat dengan ponsel miliknya, mencari nomor milik Olip dan mencoba untuk menghubunginya.Panggilan pertama tidak mendapat jawaban meski dia tahu kalau nomor Olip aktif. Hingga percobaan ketempat, dia pun akhirnya bisa mendengar suata Olip. Bu Tuti terlihat lega akan hal itu."Olip. Kamu ini ke man aja sih? Dihubungi dari tadi coba," ujar Bu Tuti yang langsung mengomel. Padahal beberapa saat lalu dia terlihat khawatir."Maaf, Bu. Tadi Olip dari kamar mandi. Ibu tahu sendiri kalau kamar mandi di kontrakan ini harus antre." Olip berujar dari seberang sana

  • Permintaan Gila Adikku   132. Bisik-bisik Tetangga

    Acara syukuran rumah Mika berlangsung. Jika siang ini diperuntukan untuk para ibu-ibu, naka di acara malam nanti akan diperuntukan untuk para bapak-bapak. Biar tidak tercampur begitu. Terlihat Bu Tuti yang tampak sibuk dan juga kerepotan karena perempuan itu memang diserahi tugas untuk mengatur makanan oleh Mika. Bukan karena semangat, tetapi diahanya tidak ingin kalau acara ini apan memiliki masalah pada makanannya karena itu akan menjadi hal yang tidak baik nantinya. Para tamu sudah datang. Mereka mulai pengajian dengan seseorang yang memimpin. Namun, kita tahu kalau seperti ini pasti ada saja beberapa orang yang tidak fokus. "Bu Tuti tumben giat gitu bantuin Mika." Ya. Beberapa ibu-ibu malah salfok sama keberadaan Bu Tuti yang terlihat sangat sibuk mengatur menu yang ada di acara syukuran ini. "Iya. Dia seperti paling sibuk ngatur menu sejak tadi." 'Tumben. Kan ini acaranya Mika." "Memang kenapa kalau acaranya Mika?" tanya salah satu ibu-ibu yang sejak tadi mendengar pembicar

  • Permintaan Gila Adikku   131. Ancaman Ridwan

    Olip meringkuk ketakutan. Dia menunduk sembari menangis, sesekali melirik ke arah keberadaan suaminya dengan tubuh bergetar. Bagamana tidak? Ridwan yang biasanya akan selalu menurutmu kemauannya, selalu mengalah kikadia marah, kini berubah seratus delapan pukul derajat. Bahkan kini Olip sangat ketakutan melihat suaminya itu. "Enak?" tanya Ridwan dengan senyum miring. Pria itu pun bangkit lalu mengenakan pakaianya secara cepat semampu melirik sinis ke arah Olip. Terlihat ekspresi penuh kepuasan di wajah pria itu. Setelah mengenakan pakaiannya dengan lengkap, dia pun mendekati Olip. Hal itu membuat Olip kembali merasakan takut. Dia menarik tubuhnya untuk semakin merapat ke dinding yang ada di belakangnya. Sedikit gerakan saja dia sudah berdesis. Olip merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya karena mendapat penyiksaan dari Ridwan. Yang paling parah adalah bagian intinya karena Ridwan sudah menggangg*hinya secara brutal dan kasar. "Jangan," bisik Olip. Ridwan pun hanya terkekeh. Tak

  • Permintaan Gila Adikku   131. Hukuman Untuk Olip

    Ridwan merasa marah dan kesal dengan insiden yang terjadi padanya di warung kopi tadi. Niat hati bertemu teman lama yang dulunya sama-sama bekerja mejadi guru, dia malah dipermalukan oleh ibu mertuanya. "Sial*n! Kurang ajar sekali orang tua itu. Berani-beraninya dia mempermalukan aku di tempat umum," ujar Ridwan yang terus menggerutu sepanjang perjalanan tadi. "Mana pukulannya sakit semua lagi?" Dia masih di atas motor menuju kontrakannya. Sesekali Ridwan melihat lengannya yang tadi juga terkena pukulan dari Bu Tuti. Terlihat beberapa ruam di sana akibat cubitan juga. Tiba-tiba pandangannya menajam lurus ke arah depan. Giginya bergemerut satu sama lain menandakan amarah pria itu. "Olip" Dia mengucapkan nama istrinya dengan suara menggeram. Kilat emosi terpancar di sorot matanya. Entah seberapa marah pria itu saat ini. "Awas saja kau Olip. Kau sudah membuat aku dipermalukan oleh ibumu di tempat umum. Tungu saja pembalasanku," ujarnya kemudian. Meski sejak dipukuli tadi dia terus

  • Permintaan Gila Adikku   130. Peringatan Untuk Bu Tuti

    Tepat ketika mobil sampai di rumahnya Bu Tuti langsung turun dan berjalan cepat memasuki rumahnya."Ada apa, Bu?" tanya Pak Purnomo yang melihat istrinya baru datang. Namun, ekspresinya membuat dia bertanya-tanya.Bu Tuti hanya menoleh sekilas pada suaminya lalu kembali membuang muka dan melanjutkan langkah untuk memasuki rumah. Dia kembali merasa kesal pada sang suami kala mengingat kalau suaminy itu duku tidk mau membela Olip ketika mendapat perlakuan tidak baik dari Ridwan.Pak Purnomo semakin merasa bingung dengan keadaan istrinya. "Ada apa sih? Ditanya bukannya jawab malah nyelonong aja." Dia menggeleng pelan sembari berkacak pinggang.Pak Purnomo berniat duduk kembali ketika pandangannya menangkap keberadaan Bu Ane yang sedang menurunkan belanjaan dibantu sopir Mika.Dia pun mengurungkan niatnya untuk duduk dan memilih untuk membantu Bu Ane. "Banyak sekali belanjaannya, Bu?" tanya Oak Purnomo uang terkejut melihat isi bagasi mobil itu.Bu Ane mengangguk. "Iya, Pak. Ini saja belu

  • Permintaan Gila Adikku   129. Ngamuk

    "Dasar laki-laki tidak tahu diri. Tidak berguna. Bisanya hanya menyusahkan saja. Laki-laki macam apa kamu. Tidak bertanggung jawab. Pria macam apa kamu? Sukanya main tangan. Kurang ajar!" Bu Tuti terus menyerocos tiada henti untuk meluapkan kekesalannya. Tak lupa tangannya yang terus bergerak memukuli Ridwan."Berani-beraninya kamu, ya. Berani-beraninya kamu menampar putriku. Kurang ajar kamu. Laki-laki kurang ajar kamu," ujar Bu Tuti dengan terus memukuli pundak Ridwan."Apa sih, Bu?" tanya Ridwan yang mencoba menghindari pukulan Bu Tuti. Namun, ibu mertuanya itu terus saja memukulinya."Apa sih, Bu. Apa sih, Bu. Jangan pura-pura kamu. Laki-laki tidak tahu malu. Beraninya main tangan sama perempuan. Kamu laki-laki apa banc*?" Bu Tuti terus memberikan pukulan pada Ridwan.Ridwan yang terkejut akan kedatangan Bu Tuti dan segala tingkah lakunya kini mulai merasa kesal. Dia pun segera menepis tangan ibu mertuanya itu."Apa-apaan sih, Bu? Bikin malu aja," ujar Ridwan. Dia menatap ke seki

  • Permintaan Gila Adikku   128. Bu Lestari Semakin Menyesal

    "Ke mana sih si Ridwan ini? Udah beberapa hari kok nggak datang. Biasanya datang cari makanan?" tanya Bu Lestari yang merasa bingung karena tidak melihat Ridwan datang beberapa hari ini."Kan mau ada yang aku tanyakan," ujarnya sekali lagi. Dia bahkan mondar-mandir di ruang tamu sembari menggigit jarinya.Suara motor terdengar mendekat. Bu Lestari tahu itu suara motor siapa. "Itu suara motor Ridwan," ujarnya semangat.Bu Lestari pun dengan bersemangat langsung keluar dari rumah. Dia tersenyum melihat putranya memarkirkan motornya."Kamu ini ke mana aja sih, Wan? Kok dua hari ini nggak ke sini?" tanya Bu Lestari.Ridwan yang mendengar perkataan ibunya pun mengerutkan keningnya, merasa heran dengan ibunya. "Ada apa memang, Bu?" tanyanya kemudian."Ada yang mau ibu tanyain," ujar Bu Lestari. Dia langsung meraih tangan Ridwan dan menariknya memasuki rumah dan mengajaknya duduk."Ibu mau tanya," ujar Bu Lestari kemudian.Ridwan berdecak. "Nanti aja deh, Bu. Ridwan laper nih. Pengen makan,"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status