"Sial. Habis berapa Noval menyewa mobil-mobil itu!?" Mika mendengar Olip merutuk dibelakangnya. "Ah, atau jangan-jangan itu semua mobil bengkel?"Mika hanya diam saja mendengarkan semua gumaman dan spekulasi semua orang.Sendirinya, ia sendiri heran dan tidak tahu dari mana Noval mendapatkan semua mobiltersebut serta berapa biaya yang dikeluarkan."Pak, Bu, Nak Mika." Pak Heru menyapa ketika ia dan rombongan sampai di depan Mika dankeluarga. "Perkenalkan, ini ayah dan ibu Noval."Kedua orang tua Noval dan Mika saling berjabat tangan dan berkenalan. Mika memasangsenyum sopan, teringat informasi bahwa Pak Heru yang selama ini diduga sebagai ayahNoval, sebenarnya adalah paman Noval semata."Astaga. Ini calon mantu Mama?" Tiba-tiba, wanita paruh baya di hadapan Mika berucap.Beliau adalah ibu Noval. "Cantiknya."Mika yang masih terkejut pun menunduk malu. "H-halo, Tante," gumamnya lembut."Kok ‘tante’? Panggilnya ‘mama’ ya, Sayang," ucap wanita paruh baya itu.Sementara itu, p
"Jangan dengarkan mereka. Dengarkan hal yang baik-baik saja, Mika."Mika tidak mengelak. Dia hanya menarik napas dalam dan memejamkan mata, mengontrol rasa sakit yang menusuk hatinya. Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan Noval melepaskan tangan dari kedua telinganya, membuat Mika kembali membuka matanya.“Ayo kembali,” ajak wanita itu pelan. Tanpa bertanya apakah Noval turut mendengarkan ucapan keluarganya sejak tadi seperti Mika.“Tunggu.”Dengan hati-hati, Noval menggandeng tangan Mika dan masuk ke dalam ruangan tersebut, mengejutkan ketiga orang tadi akan kehadiran mereka.Seperti sedang merasa bersalah, Pak Purnomo langsung mengalihkan pandangan. Sementara Bu Tuti dan putrinya melotot menatap kedatangan sepasang suami istri baru tersebut. Tampaknya, semua orang di sana khawatir obrolan mereka beberapa saat lalu didengar oleh keduanya."Kenapa kalian seperti terkejut begitu?" tanya Noval dengan ekspresinya yang selalu sama. Datar.Olip dan Bu Tuti sama-sama menggeleng."Tid
“Cari tahu informasi tentang keluarga kandung istriku.”Usai mengucapkan perintah itu, Noval menutup teleponnya. Pandangannya mengitari kamar yang ditempatinya saat ini. Tidak ada banyak barang di kamar Mika. Bahkan tidak ada alat rias ataupun perawatan wajah di nakas wanita itu. Noval hanya melihat sisir, ikat rambut, dan beberapa barang lain di sana. Ruangan ini tampak sederhana dan rapi, mencerminkan pemiliknya.“Ternyata selama ini, begini dia hidup,” gumam Noval. Pria itu tampak tengah memikirkan sesuatu.Sementara itu, usai membersihkan diri, Mika tampak ragu memasuki kamarnya.Rencana awal, Mika dan Noval akan pergi ke tempat Noval. Di sana, pria itu hidup sendiri. Karenanya, akan lebih mudah tidur secara terpisah.Namun–sekarang Mika baru memikirkannya–jika mereka tetap di sini, otomatis mereka harus tidur di satu kamar dan satu ranjang. Akan aneh jika tidak demikian, sekalipun pernikahan mereka bukan diawali dengan rasa cinta.“Ini kan buat balas dendam saja,” batin Mika. “
“Tidurmu nyenyak?”Mika menoleh menatap suami yang menikahinya kemarin itu dengan raut wajah lelah saat Noval menanyakan hal itu.Sejujurnya, Mika tidak bisa tidur dengan baik. Rasanya aneh mendapati orang lain, apalagi pria, tidur satu ranjang dengannya semalam. Asing, Mika tidak biasa.“Cuci wajahmu, Mika. Jangan menatapku seperti itu.”“Salah siapa coba?” gerutu Mika, mengalihkan pandangan ke cermin nakas. Mika beruntung tidak ada air liur kering di sudut bibirnya atau kotoran mata. Setidaknya, penampilan paginya tidak bisa dijadikan olok-olok oleh Noval lebih jauh.Mika kemudian beringsut ke tepi tempat tidur dan berniat melangkah ke seberang untuk persiapan mandi.Namun, sayangnya, wanita itu justru tersandung dan berakhir jatuh terduduk di pangkuan Noval.“Eh–”Tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka tanpa diketuk sama sekali, lalu menampilkan kepala Olip yang menyembul dari celah pintu.“Duh, pengantin baru sok mesra sampai tidak ada yang bantu-bantu pagi ini,” cemoohnya langsung
“Harus lebih mewah. Dan biayanya … bisa dari uang Kak Mika!”Hening sejenak menyambut ucapan Olip, sebelum kemudian terdengar komentar Mika, “Kamu gila ya?”Tampaknya, tidak hanya Mika yang terkejut, tapi Pak Purnomo juga. Tampaknya beliau tidak tahu kalau putri bungsunya itu akan meminta hal sejauh itu.Hanya Bu Tuti dan Noval yang tidak terlihat terkejut. Bu Tuti karena sudah tahu, dan Noval karena memang ia tidak mudah dikejutkan oleh tingkah gila adik iparnya tersebut.Namun, pria itu turut berkata, "Calon suamimu tidak mampu memberikan pesta seperti yang aku berikan pada Mika kemarin?" Noval tersenyum tipis, tampak sinis. “Tidak becus jadi lelaki. Buang saja lelaki tidak berguna itu.”"Apa kamu bilang!?" Tiba-tiba terdengar teriakan dari ambang pintu depan. Ridwan rupanya sudah ada di sana dengan tatapan tajam. “Coba ulangi.”Dengan santai, Noval menatap pria yang baru saja datang tersebut. “Pria tidak berguna,” ulangnya.Ridwan langsung mendekati Noval. “Kamu–berani-beraninya ka
“Sebagai bagian dari keluarga ini, kalian harus bantu Olip. Jika kesulitan … bagaimana kalauIbu minta uang hasil hajatan kemarin dulu?”Mika tidak habis pikir dengan ucapan Bu Tuti, sampai-sampai akhirnya wanita itu tertawakecil.Keluarganya sungguh lucu! Kenapa baru sekarang Mika menyadarinya ya?Atau sebenarnya ia sudah sadar sejak dulu, tapi karena dirinya haus pengakuan dan kasihsayang, ia jadi pasrah-pasrah saja ditindas oleh mereka berkali-kali.“Bagaimana, Mika?” kejar Bu Tuti, tidak akan menyerah sebelum Mika menyanggupinya.“Kemarin tamu kamu banyak itu, bermobil juga kan beberapa? Pasti sumbangannya besar.”“Oh ya, aku juga mau pakai WO Kakak kemarin,” imbuh Olip tiba-tiba. Ia berpikir, iamemiliki celah karena tawa kakaknya. Toh, Mika selalu akan mengalah dan menuruti jika iasudah tantrum begini. “Kirimi nomornya, Kak.”Masih dengan senyum terkulum, Mika menoleh pada Noval, yang kemudian mengangguk.“Setelah ini, kita cari makan,” ucap pria itu kemudian dan
“Diam! Ini gara-gara mataharinya mulai tinggi, jadinya panas.”Alasan itulah yang digunakan Mika untuk menjelaskan wajahnya yang memerah. Lagian,kenapa tiba-tiba Noval menggandeng tangannya? Di sini kan tidak ada Olip maupun Ridwan!Aneh-aneh saja.Berkat kejadian tiba-tiba itu juga, Mika tidak banyak bicara selama mereka makan di warungdekat jalan raya. Sementara Noval yang memang sejak awal orang yang kaku dan pendiam,jelas tidak bisa memulai obrolan seperti yang dilakukan Mika biasanya.Baru ketika mereka selesai makan, Noval bertanya, “Mau pulang sekarang?”Mika menghela napas. “Mereka masih ribut soal pesta tidak ya,” gumamnya. “Aku malasbertemu Ridwan juga.”“Hm.” Noval memandang istri yang baru kemarin dinikahinya. “Cemburu? Masih sayang?”“Hus,” tukas Mika, langsung cemberut. “Kamu tidak dengar bagaimana dia menyombongkandiri? Mana mungkin aku masih ada perasaan pada pria seperti itu.”Itu benar. Sekalipun masih sakit hati karena dikhianati, Mika sama sekali
Mika dan Noval kembali ke rumah setengah tujuh setelah mereka mencari sarapan bersama. Baru memasuki rumah, mereka sudah mendapat ocehan Olip. "Kalian ini cari sarapan lama banget sih? Aku sudah lapar nih." Sudah dengan seragam kuliahnya, Olip berdiri di hadapan Noval dan Mika.Dia menatap tangan Mika dan Noval yang tidak membawa apa pun. "Mana makanannya?" tanya Olip bingung.Detik kemudian dia melotot dan menganga. "Kalian tidak membelikan kami makanan?" tanya Olip dengan suara meninggi.Bu Tuti yang ada di belakang pun langsung keluar. "Ada apa sih, Lip? tanya Bu Tuti."Ini, Bu. Mereka tidak membelikan makanan untuk kita." Olip menunjuk ke arah Mika dan Noval.Bu Tuti melotot. "Astaga. Kami sudah menungu dari tadi.""Kalian tidak bilang kalau mau nitip," ujar Mika dengan ekspresi polosnya.Bu Tuti dan Olip sama-sama mendelik. "Kalian, kan tadi pergi beli sarapan? Kalian tidak membelikan kami juga?""Saya tidak pernah merasa mengatakan kalau akan membelikan kalian makanan." Noval be
"Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova
Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.
Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala
Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala
"Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam
"Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak
"Sorry," ujar Mika sebelum dia menutup panggilan dengan Sinta. Harii ini, mereka berniat untuk ke tempat kerja masing-masing dengan terlambat karena Mika ingin menjalankan rencananya.Apa rencana Mika?Mika berencana untuk memasuki kamar kedua orang tuanya lagi untuk mencari petunjuk perihal kedua orang tua kandungnya. Mika yakin akan ada sesuatu di sana."Dah," ujar Mika pada Noval. Mika harus memberitahu Sinta kalau dia akan datang terlambat. Sedangkan Noval sendiri sudah memberitahukan orang di bengkel sejak tadi.Noval mengangguk. "Bagus. Kita tinggal tunggu Bapak dan Ibu pergi saja. Semoga ini akan berhasil,'' ujar Noval kemudian. Mereka menunggu dua orang tua itu keluar.Jika Pak Purnomo akan pergi mengojek, maka biasanya Bu Tuti akan pergi untuk bergosip dengan tetangga sekitar. Sejak pernikahan Olip, Bu Tuti tidak melakukannya karena dialah yang menjadi bahan pembicaraan di desa. Namun, sejak dua hari yang lalu dia sudah melakukan kebiasaannya dulu itu."Kalian tidak kerja?" t
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Olip dan Ridwan baru saja sampai di kediaman Pak Eko. Dua orang itu membawa koper besar berisi pakaian mereka. Wajah Olip menunjukkan kekesalan karena dia harus kalah dari Mika dan berakhir dirinya yang harus pergi dari rumah."Sudah. Daripada kita tinggal di sana tapi mendapat kesialan terus. Mending kita di sini saja. Toh sama saja, kan. Setidaknya kita aman di sini," ujar Ridwan mencoba menghibur Olip.Olip mendengus. Sama saja bagaimana? Kalau di rumahya sendiri, kan dia pasti diratukan oleh kedua orang tuanya. jelas itu. Kalau di sini, jelas dia yang harus berbagi mengingat ada adik Ridwan yang masih bersekolah. Belum lagi sikap bapak mertuanya yang terang-terangan tidak menyukai Olip.''Kamu harus segera buatin aku rumah. Sebagai seorang suami itu sudah tanggung jawab kamu," ujar Olip menatap tajam Ridwan.Ridwan menghela napas dalam. Permintaan Olip ini terlalu banyak. Ya meskipun itu tidak salah karena memang sejatinya seorang
''Kok bisa sih bannya kempes?" tanya Ridwan ketika mendapati ban motornya kempes. Dia memerhatikan ban itu yang tak memiliki angin sama sekali.Detik kemudian pandangannya jatuh pada Noval yang baru saja mengeluarkan motornya. Dia terus memerhatikan gerak-gerik Noval yang saat ini sedang memanasi motornya. Tatapann Ridwan pun menjadi curiga."Val. Kamu yang membuat ban motor aku kempes?" tanya Ridwan yang jelas sekali kalau itu adalah bentuk tuduhan.Noval yang sebelumnya tengah sibuk dengan motornya sendiri pun langsung menatap Ridwan dengan datar. Dia memerhatikan ban motor milik adik iparnya itu yang sudah dalam keadaan kempes. Noval menggeleng lalu kembali fokus pada kendaraannya sendiri.Ridwan melotot lebar. ''Val. Jangan bohong kamu." Dia tidak percaya dengan jwaban Noval.Noval kembali menatap Ridwan. Kali ini dia brsuara, ''Bukan aku." Dia masih menjawab dengan santai.Mika kebetulan keluar dari rumah dan mendekati suaminya. Dia melihat seperti ada sitegang antara sang suami