“Diam! Ini gara-gara mataharinya mulai tinggi, jadinya panas.”Alasan itulah yang digunakan Mika untuk menjelaskan wajahnya yang memerah. Lagian,kenapa tiba-tiba Noval menggandeng tangannya? Di sini kan tidak ada Olip maupun Ridwan!Aneh-aneh saja.Berkat kejadian tiba-tiba itu juga, Mika tidak banyak bicara selama mereka makan di warungdekat jalan raya. Sementara Noval yang memang sejak awal orang yang kaku dan pendiam,jelas tidak bisa memulai obrolan seperti yang dilakukan Mika biasanya.Baru ketika mereka selesai makan, Noval bertanya, “Mau pulang sekarang?”Mika menghela napas. “Mereka masih ribut soal pesta tidak ya,” gumamnya. “Aku malasbertemu Ridwan juga.”“Hm.” Noval memandang istri yang baru kemarin dinikahinya. “Cemburu? Masih sayang?”“Hus,” tukas Mika, langsung cemberut. “Kamu tidak dengar bagaimana dia menyombongkandiri? Mana mungkin aku masih ada perasaan pada pria seperti itu.”Itu benar. Sekalipun masih sakit hati karena dikhianati, Mika sama sekali
Mika dan Noval kembali ke rumah setengah tujuh setelah mereka mencari sarapan bersama. Baru memasuki rumah, mereka sudah mendapat ocehan Olip. "Kalian ini cari sarapan lama banget sih? Aku sudah lapar nih." Sudah dengan seragam kuliahnya, Olip berdiri di hadapan Noval dan Mika.Dia menatap tangan Mika dan Noval yang tidak membawa apa pun. "Mana makanannya?" tanya Olip bingung.Detik kemudian dia melotot dan menganga. "Kalian tidak membelikan kami makanan?" tanya Olip dengan suara meninggi.Bu Tuti yang ada di belakang pun langsung keluar. "Ada apa sih, Lip? tanya Bu Tuti."Ini, Bu. Mereka tidak membelikan makanan untuk kita." Olip menunjuk ke arah Mika dan Noval.Bu Tuti melotot. "Astaga. Kami sudah menungu dari tadi.""Kalian tidak bilang kalau mau nitip," ujar Mika dengan ekspresi polosnya.Bu Tuti dan Olip sama-sama mendelik. "Kalian, kan tadi pergi beli sarapan? Kalian tidak membelikan kami juga?""Saya tidak pernah merasa mengatakan kalau akan membelikan kalian makanan." Noval be
"Kamu---" Olip yang merasa tidak terima pun bangkit dan hampir berteriak pada Noval. "Sudah-sudah. Kita sedang makan," ujar Pak Purnomo. Dia menatap Noval. "Kamu juga Noval. Kenapa harus menjawab seorang perempuan." "Iya nih. Laki-laki kok berdebat sama perempuan. Memalukan." Ridwan ikut mencemooh Noval. Noval masih tetap sama pada ekspresinya. "Lebih memalukan mana? Laki-laki yang membalas perkataan perempuan yang memang kata-katanya perlu dibalas, atau laki-laki yang kuliahnya dibiayai pacarnya tapi sampai saat ini belum bayar uang itu padahal mereka sudah tidak memiliki hubungan lagi," ujar Noval panjang lebar. Sontak saja perkataan Noval membuat Ridwan tersedak makanan. Olip yang melihat itu langsung memukul punggung Ridwan setelah memberikan minuman. "Hati-hati kalau makan, Kak." Dia menatap tidak suka ke arah Noval. Sedangkan Pak Purnomo dan Bu Tuti mendelik karena ucapan itu. Keduanya bukan orang bodoh yang tak paham dengan kalimat yang diucapkan oleh Noval. Nov
"Paket!" teriak seorang pria di depan rumah Mika. Sebuah kotak berada di tangan.Olip dan Bu Tuti yang kebetulan ada di rumah mendengar itu. "Lip. Paketmu itu." Bu Tuti berujar, tangannya tengah sibuk mengganti chanel tivi.Olip yang tengah asyik bermain dengan ponselnya menjawab tanpa mengalihkan pandangan. "Bukan paket punya Olip," ujarnya."Paket!" teriakan itu kembali terdengar."Udah sana lihat dulu." Bu Tuti memaksa.Olip mendengus. Dia merasa kesal waktu santainya diganggu. Namun, dia akhirnya bangun juga lalu keluar melihat tukang paket yang datang. "Paket siapa, Pak?" tanya Olip dengan malas."Dengan Mas Noval, Mbak." Pria itu menyebut nama Noval.Tatapan Olip memicing. "Sudah bayar Belum?" tanyanya kemudian. Tentu saja dia tidak mau membayarkannya lebih dulu. Iya kalau Noval mau mengganti. Kalau tidak, dia yang rugi.Pria itu kembali mengangguk. "Sudah, Mbak." Dia memberikan paket itu pada Olip.Olip menerimanya. Dia menatap kepergian sang kurir dengan kening mengerut. Pasal
Mika yang melihat itu melotot seketika. "Olip. Apa yang kamu lakukan!" Sedangkan yang diteriaki hanya tertawa saja. Noval sendiri menatap ponsel yang sudah tak berbentuk di bawah sana dengan terpaku. Kemarahan pria itu semakin memuncak melihat semua ini. Dia pun segera mengalihkan pandangan ke arah Olip dengan tajam. "Ganti ponsel itu," ujarnya dengan menunjuk ke arah ponsel yang berserakan di bawah "Kalau aku tidak mau ganti bagaimana?" tanya Olip dengan mengangkat dagunya. Dia benar-benar menantang seorang Noval. "Ganti atau aku akan melaporkan kamu ke kantor polisi?" tanya Noval. Olip malah semakin mengencangkan tawanya. "Uh ... takut. Nggak mau." Dia berujar dengan penuh penekanan dan gelengan kepala pelan. Tiba-tiba saja semua orang yang ada di sana dibuat melotot dengan apa yang dilakukan oleh Noval. Semuanya terjadi begitu cepat. Tanpa aba-aba pria itu bergerak dengan tangan kanan yang meraih gunting di atas meja dan tangan kiri yang menarik kerah pakaian Olip secar
23. ***Noval terbangun ketika mendengar suara kokok ayam. Dia membuka mata dan melihat Mika yang sedang mencepol rambutnya asal. "Mau ke mana kamu?" tanya Noval."Mau masak," jawab Mika."Ngapain? Kita beli saja sudah," ujar Noval kemudian."Udahlah. Mau sampai kapan kita beli?" tanya Mika yang masih sibuk dengan rambutnya. Detik kemudian dia menoleh ke arah Noval. "Memangnya kamu nggak mau makan masakan aku?"Noval mengalihkan pandangan lalu membuka selimut yang menutupi kakinya. "Terserah kamu saja." Pria itu lebih dulu keluar dari kamar dan mendapati Pak Purnomo yang sudah menikmati kopi di ruang tamu.Noval memilih untuk mencuci mukanya lebih dulu. Ketika selesai, dia sudah mendapati Mika yang berkutat di dapur bersama Bu Tuti. Akan tetapi, dia tidak melihat keberadaan Olip di sana.Ridwan melanjutkan langkah dan seperti biasa dia menemukan Olip sedang bersantai sembari bermain ponsel. "Bukankah kau mengat
Sejak melihat Mika yang tampak berbeda tadi pagi, hari Ridwan dalam mengajar terasa tidak tenang, dia tidak bisa fokus. Pria itu terus saja memikirkan mengenai mantan kekasihnya yang terlihat semakin cantik dan glowing setelah menikah."Kenapa bisa begitu?" tanya Ridwan dengan berbisik. "Kok bisa Mika jadi cantik?" Ridwan masih merasa heran."Kenapa dia cantiknya setelah menikah? Dulu, kan nggak gitu. Sederhana banget lagi." Dia bertanya lagi."Pak. Pak Ridwan." Ridwan tersentak. Dia menggeleng pelan lalu tersadar dari lamunan. Di depannya terlihat salah satu muridnya yang menatap dia bingung."Pak Ridwan nggak papa?" tanya seorang pemuda berkaca mata.Ridwan menggeleng. "Tidak. Tidak apa-apa." Dia merutuki diri. "Ada apa!" tanyanya kemudian."Ini, Pak. Saya mau ngasih tugas saya ke Bapak," ujar murid Ridwan sembari mengulurkan buku pada Ridwan.Ridwan menunduk menatap buku yang diulurkan padanya. Dia mene
"Ha? Nggak salah ngomong gitu?" tanya Mika terhadap Ridwan Ridwan menggeleng. "Tidak. Kamu memang berubah, Mika. Kamu tidak seperti Mika yang dulu," ujar Ridwan menatap Mika dengan sendu. Seperti seseorang yang baru saja dikecewakan. Sinta dan Mika saling tatap dengan ekspresi yang sulit diartikan. Keduanya seolah menunjukkan sikap malas terhadap Ridwan. Seolah, apa sih yang dilakukan Ridwan ini? "Ridwan. Jangan mendrama di sini. Lebih baik kau segera pergi dari sini," usir Mika sekali lagi. Ridwan menggeleng pelan. "Dulu kamu nggak kasar seperti ini, Mika. Kamu memang sudah berubah." "Ya iyalah sudah berubah. Udah jadi istri orang. Tambah cantik dan mempesona. Secara ada yang mencintai dengan tulus. Beda sama dulu yang dicintai karena bulus," ujar Sinta dengan tatapan sinis dan kata-katanya yang menyindir. Ridwan mendelik. Dia mencoba mengabaikan Sinta dan menatap Mika. "Mik. Aku mohon sama ka
Sinta memberikan minuman pada Mika. Setelah ditinggal Nyonya Saseka dan juga Noval, beberapa waktu dari itu Mika bangun dari tidurnya. Sinta segera membantu ketika melihat sahabatnya itu ingin minum."Noval mana, Sin? Kok kamu yang ada di sini?" tanya Mika kemudian.Sinta mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Mika. "Kamu nggak suka kalau aku ada di sini?" tanyanya kemudian.Nika mengembuskan napas kasar. "Bukan gitu.""Iya-iya aku paham," ujar Sinta kemudian."Kamu ini dalam keadaan seperti ini masih saja mau bercanda." Mika menyeka keringat yang ada di keningnya."Dia lagi pergi. Katanya cari makan," ujar Sinta kemudian."Astaga. Aku memang belum masak lagi." Mika memegang kepalanya dan merutuki diri."Ya udah sih. Toh keadaan kamu masih nggak baik-baik aja gini. Lagi pun Noval juga nggak masalah kalau beli di luar. Kaya ini. Kalau aku, pasti mau beli tiap hari aja. Biar nggak capek-capek masak dan badan bau bawang," ujar Sinta dengan kekehannya.Mika berdecak. "Kamu ini." Dia
"Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Pak Bowo pada Ridwan ketika mereka sudah berada di rumah. Pria itu begitu marah oda menantunya akan kejadian hari ini.Selain membuat kerusuhan, kejadian kali ini juga membahayakan Olip dan kandungannya. "Bapak ini kenapa sih malah marah-marah sama Kak Ridwan? Marah tuh sama Kak Mika tuh yang udah dorong aku sampai aku jatuh," ujar Olip membela suaminya."Iya nih Bapak. Bapak kenapa malah marahin Rid---""Diam!" bentak Pak Purnomo sekali lagi. Pria itu menatap ketiganya dengan raut kemarahan. Terutama pada Ridwan."Sudah berapa kali Bapak katakan saka kalian. Noval bukan tipikal orang yang akan sapa mukul orang kain kalau tidak ada apa-apa." Dia bersungut-sungut. Heran sama anak dan istrinya ini. Kenapa masih saja bodoh."Pasti. Bapak yakin. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan sama kamu Ridwan!" Dia menunjuk ke arah Ridwan.Ridwan yang sudah smrasa ketakutan karena yadi dia mendengar jika neneknya Mika akan membawa kasus ini ke jalu
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu. "Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi. Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan. Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan. "Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu. "Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika. "Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan
"Ada apa tuh? Ada apa?" tanya para tetangga yang berkumpul di depan rumah Mika dan melihat keributan antara kakak beradik itu."Mana aku tahu? Lah ini baru mau lihat." Yang lain menjawab. Mereka pun mulai fokusuntuk melihat dan mencari tahu apa yang sebenatnya terjadi.Mika yang memang sedang berada di rumah beristirahat tak pergi ke toko karena kejadian beberapa hari lalu terkejut dengan kedatangan sang adik yang tiba-tiba saja marah-marah dan juga meneriakinya dengan alasan dia yang sudah menggoda Ridwan.Tentu saja Mika merasa bingung. "Apa maksud kamu?" tanya Mika dengan kerutan di kening dia menatap wajah sang adik yang menunjukkan kemarahan."Nggak usah pura-pura nggak tahu!" teriak Olip sekali lagi. Bola matanya melotot dan dia mengangkat dagu."Kak Mika ngapain gidain suami aku?" tanyanya dengan menunjuk ke arah wajah Mika."Jangan semabrangan kalau ngomong kamu." Mika yang sejak tadi hanya memerhatikan kemarahan adiknya kini mulai tersulut emosi. Apalagi dengan tuduhan tidak
Mendengar cerita suaminya, tentu saja Olip menjadi marah. Perempuan itu meradang dan langsing bergegas pergi untuk menemui kakaknya. "Kurang ajar. Berani-beraninya Kak Mika ini." Dia bersungut-sungut.Ridwan yang terkejut dengan reaksi Olip pun ternyata langsung mengejar langkah sang istri. Dia menahan lengan Olip ketika berhasil mengejar langkah istrinya. "Kamu mau ke mana?" tanya Ridwan."Mau ke rumahnya Kak Mika." Olip pun menunjuk ke arah rumah Mika.Sudah Ridwan duga. "Ngapain?" tanyanya kemudian dengan ekspresi terkejut."Ya mau ngelabrak mereka lah," jawab Olip penuh dengan ambisi."Nggak suami nggak istri sama aja," sambung Olip.Bola matanya melotot, warna kulit wajahnya terlihat memerah pertanda kalau perempuan itu tengah menahan amarah. "Enak aja dia godain kamu. Nggak tahu malu. Udah punya suami juga. Masih aja godain suami orang. Mana suaminya gebukin kamu lagi. Harusnya tuh yang Noval gebukin istrinya yang ganjen itu."Noval ikut melotot. "Nggak usah." Dia menahan tangan
Ternyata, apa yang katakan Pak Purnomo membuat Olip berpikir. Perempuan itu merasa apa yang dikatakan bapaknya benar. Tidak mungkin Noval datang dan memukul Ridwan tanpa alasan. "Pasti ada sesuatu di balik semua ini," ujarnya kemudian."Udah dua hari ini suamiku nggak bisa nyari kerja gara-gara dihajar Noval tanpa jelas. Bikin kesel aja." Dia menggerutu."Sebaiknya aku tanyakan saja pada Kak Ridwan apa yang sebenarnya terjadi. Biar aku tahu alasan kenapa Noval main pukul Kak Ridwan. Biar aku ada penjelasan yang jelas ketika aku melaporkan Noval nanti." Dia menjentikkan jari dan tersenyum.Perempuan itu meletakkan gelas yang sebelumnya berisi susu nutrisi ibu hamil lalu pergi menuju kamarnya di mna Ridwan sedang beristirahat di sana."Loh, Lip? Mana minuman untuk aku?" tanya Ridwan yang melihat istrinya kembali tanpa membawa apapun padahal tadi dia meminta Olip untuk mengambilkan minuman.Olip tidak menjawab. Perempuan itu malah menaiki ranjang lalu duduk di hadapi Ridwan. Dia memberik
"Sekarang katakan. Apa yang sudah kamu lakukan sehingga Noval memukuli kamu?" tanya Pak Purnomo yang sudah mengantuk Ridwan ke ruang tamu rumah mereka.Sedangkan Ridwan yang ditanya seperti itu malah menghindari tatapan bapak mertuanya. Dia berdesis cukup keras sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang dipukuli Noval seolah memberitahukan betapa sakitnya pukulan itu.Cara yang dilakukan oleh Ridwan berhasil menarik simpati Olip. Perempuan itu pun menatap bapaknya dan menepuk lengan bapaknya pelan. "Bapak ini. Kaka Ridwan lagi kesakitan ini. Kok malah ditanya-tanya sih?" "Ya bapak, kan hanya tanya. Apa susahnya dia tinggal jawab. Orang tinggal buka mulut aja. Nggak harus jalan kaki sepanjang lima kilo mereka." Pak Purnomo berujar."Ya, kan tapi suami aku ini sedang kesakitan. Lihat itu ujung bibirnya lebam. Pasti sakit kalau dibuat bicara," ujar Olip dengan menunjuk ke arah ujung bibir Ridwan yang terlihat merah."Harusnya Bapak itu tanya tuh menantu Bapak yang satunya. Kenapa dia
Perkelahian antara Noval dan Ridwan yang terjadi di luar rumah tentu saja itu menjadi bahan tontonan gratis para warga. Mereka berkumpul melihat apa yang terjadi serta bertanya-tanya apa yang membuat ini terjadi.Dua pria itu saling pukul. Ya, Ridwan membalas karena tidak ingin kalah. Sayangnya, dari postur tubuh saja sudah jelas dia akan kalah. Apalagi kali ini Noval bertindak dengan amarahnya."Pak. Bu. Tolongin suamiku," ujar Olip yang sudah menangis melihat suaminya dipukuli secara membabi buta oleh Noval.Perempuan itu terlihat panik meskipun akhir-akhir ini dia merasa kesal pada suaminya. "Bu. Gimana ini?" tanya Olip dengan menarik tangan ibunya lalu dia menggoyangkan beberapa kali dengan perasaan cemas."Ibu juga nggak tahu." Bu Tuti menggeleng pelan.Dia menatap ke arah suaminya. "Pak. Pisahin dong mereka." Dia menunjuk ke arah Noval dan Ridwan. "Kasihan itu Ridwan. Jangan dibiarin saja." Dia melanjutkan.Kali ini Bu Tuti menatap Noval dan Ridwan yang masih berkelahi. "Noval.
"Keluar! Atau aku tendang pintu ini!" Suara Noval terdengar jelas kalau pria itu tengah marah besar. Ridwan yang bwrada di dalam kamar Olip kini sedang ketakutan."Kamu ini kenapa sih? Keluar sana. Noval udah teriak-teriak itu. Berisik tahu," ujar Olip yang merasa kesal dengan suaminya. Bukannya segera keluar ketika ada yang mencari malah tidur di sampingnya. Mana pakai acara menyimpan wajah di punggung Olip.Olip risih merasakannya."Keluar sana," ujar Olip sekali lagi.Ridwan yang merasa ketakutan menggeleng cepat. "Enggak ah.""Kok enggal. Itu Noval udah manggil kamu dari tadi." Olip mengibaskan tangan suaminya yang memegang pundaknya."Nggak mau. Orang aku mau tidur kok dia malah nyariin." Ridwan tetap menolak. Jelas dia tahu apa hal yang membuat Noval mencari dirinya. Itu kenapa dia tidak mau bertemu dengan pria itu.Olip yang muat sikap suaminya pun mulai merasa curiga. Tatapannya memicing. "Aku curiga deh sama kamu." Olip mengerutkan kening.Ridwan pun menatap sang istri. Dia