Mika yang melihat itu melotot seketika. "Olip. Apa yang kamu lakukan!" Sedangkan yang diteriaki hanya tertawa saja. Noval sendiri menatap ponsel yang sudah tak berbentuk di bawah sana dengan terpaku. Kemarahan pria itu semakin memuncak melihat semua ini. Dia pun segera mengalihkan pandangan ke arah Olip dengan tajam. "Ganti ponsel itu," ujarnya dengan menunjuk ke arah ponsel yang berserakan di bawah "Kalau aku tidak mau ganti bagaimana?" tanya Olip dengan mengangkat dagunya. Dia benar-benar menantang seorang Noval. "Ganti atau aku akan melaporkan kamu ke kantor polisi?" tanya Noval. Olip malah semakin mengencangkan tawanya. "Uh ... takut. Nggak mau." Dia berujar dengan penuh penekanan dan gelengan kepala pelan. Tiba-tiba saja semua orang yang ada di sana dibuat melotot dengan apa yang dilakukan oleh Noval. Semuanya terjadi begitu cepat. Tanpa aba-aba pria itu bergerak dengan tangan kanan yang meraih gunting di atas meja dan tangan kiri yang menarik kerah pakaian Olip secar
23. ***Noval terbangun ketika mendengar suara kokok ayam. Dia membuka mata dan melihat Mika yang sedang mencepol rambutnya asal. "Mau ke mana kamu?" tanya Noval."Mau masak," jawab Mika."Ngapain? Kita beli saja sudah," ujar Noval kemudian."Udahlah. Mau sampai kapan kita beli?" tanya Mika yang masih sibuk dengan rambutnya. Detik kemudian dia menoleh ke arah Noval. "Memangnya kamu nggak mau makan masakan aku?"Noval mengalihkan pandangan lalu membuka selimut yang menutupi kakinya. "Terserah kamu saja." Pria itu lebih dulu keluar dari kamar dan mendapati Pak Purnomo yang sudah menikmati kopi di ruang tamu.Noval memilih untuk mencuci mukanya lebih dulu. Ketika selesai, dia sudah mendapati Mika yang berkutat di dapur bersama Bu Tuti. Akan tetapi, dia tidak melihat keberadaan Olip di sana.Ridwan melanjutkan langkah dan seperti biasa dia menemukan Olip sedang bersantai sembari bermain ponsel. "Bukankah kau mengat
Sejak melihat Mika yang tampak berbeda tadi pagi, hari Ridwan dalam mengajar terasa tidak tenang, dia tidak bisa fokus. Pria itu terus saja memikirkan mengenai mantan kekasihnya yang terlihat semakin cantik dan glowing setelah menikah."Kenapa bisa begitu?" tanya Ridwan dengan berbisik. "Kok bisa Mika jadi cantik?" Ridwan masih merasa heran."Kenapa dia cantiknya setelah menikah? Dulu, kan nggak gitu. Sederhana banget lagi." Dia bertanya lagi."Pak. Pak Ridwan." Ridwan tersentak. Dia menggeleng pelan lalu tersadar dari lamunan. Di depannya terlihat salah satu muridnya yang menatap dia bingung."Pak Ridwan nggak papa?" tanya seorang pemuda berkaca mata.Ridwan menggeleng. "Tidak. Tidak apa-apa." Dia merutuki diri. "Ada apa!" tanyanya kemudian."Ini, Pak. Saya mau ngasih tugas saya ke Bapak," ujar murid Ridwan sembari mengulurkan buku pada Ridwan.Ridwan menunduk menatap buku yang diulurkan padanya. Dia mene
"Ha? Nggak salah ngomong gitu?" tanya Mika terhadap Ridwan Ridwan menggeleng. "Tidak. Kamu memang berubah, Mika. Kamu tidak seperti Mika yang dulu," ujar Ridwan menatap Mika dengan sendu. Seperti seseorang yang baru saja dikecewakan. Sinta dan Mika saling tatap dengan ekspresi yang sulit diartikan. Keduanya seolah menunjukkan sikap malas terhadap Ridwan. Seolah, apa sih yang dilakukan Ridwan ini? "Ridwan. Jangan mendrama di sini. Lebih baik kau segera pergi dari sini," usir Mika sekali lagi. Ridwan menggeleng pelan. "Dulu kamu nggak kasar seperti ini, Mika. Kamu memang sudah berubah." "Ya iyalah sudah berubah. Udah jadi istri orang. Tambah cantik dan mempesona. Secara ada yang mencintai dengan tulus. Beda sama dulu yang dicintai karena bulus," ujar Sinta dengan tatapan sinis dan kata-katanya yang menyindir. Ridwan mendelik. Dia mencoba mengabaikan Sinta dan menatap Mika. "Mik. Aku mohon sama ka
Keduanya berada dalam posisi romantis. Seperti pasangan yang baru menyelesaikan sesi dansa. Beberapa saat kemudian keduanya sama-sama tersadar. Mika pun segera melepaskan diri dari pelukan itu. Terlihat dia yang tampak kikuk setelah kejadian itu. Berusaha mengalihkannya dengan memperbaiki penampilan."Kamu nggak papa?" tanya Noval kemudian.Mika tersenyum canggung. Dia menggeleng pelan. "Tidak. Tidak apa.""Kita berangkat sekarang?" tanya Noval sekali lagi.Mika mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum itu dia menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Dia tengah menguatkan diri. "Baiklah. Ayo kita berangkat," ujar Mika. Keduanya pun keluar dari kamar bersama-sama.Pak Purnomo dan yang lain berada di ruang tamu. Tentu mereka melihat kehadiran Noval dan juga Mika. Tatapan Bu Tuti pun memicing melihat penampilan suami istri yang tampak rapi itu. Dia memerhatikan Mika dan Noval dari atas sampai bawah yang mana mereka memang terlihat sangat berbeda.Noval dengan setelah jas rap
Bola mata Mika memanas hingga memerah. Tangannya terus menutupi bibir yang terbatuk tiada henti sejak beberapa saat lalu. Bahkan dadanya kini terasa sesak sehingga dia harus memukulnya pelan beberapa kali."Kamu kenapa?" tanya Noval panik.Melihat Mika yang seperti itu, Noval yang berada di sampingnya pun sigap mengambil air dalam gelas. Tak peduli itu miliknya atau milik Mika. Dia membantu sang istri untuk meminumkan air itu. "Minum secara perlahan," ujar Noval pada Mika. Satu tangannya yang bebas memukul punggung sang istri dengan pelan."Kalau makan pelan-pelan saja. Tidak perlu terburu-buru," lanjut Noval. Di sela batuknya Mika melirik Noval tajam. Dia bertanya dalam hati apakah Noval tidak paham karena apa dia terbatuk? Namun, dia bisa melihat senyum satu sudut bibir Noval yang tersungging."Kamu tidak papa, Sayang?" tanya Meysa khawatir. Dia menatap menantunya dengan perasaan bersalah karena sebab perkataannyalah Mika menjadi seperti ini.Surya. Pria itu menatap sang istri deng
Mika dibuat bengong kala sudah mendapati oleh-oleh dari kedua mertuanya telah dibongkar oleh Olip. Banyak macam kue yang sudah terbuka dan isinya sudah tidak utuh lagi sebab Olip memakannya."Lip. Kok kamu makan sih?" tanya Mika dengan kesal. Dia sedikit membanting paperbag yang sebelumnya dia pegang.Olip yang baru saja memasukkan kue cokelat ke mulutnya tersenyum lebar. "Salah sendiri. Siapa suruh naroknya sembarangan. Mana isinya makanan enak-enak lagi. Ya sudah aku makan." Dia berujar santai."Ya setidaknya izin dulu lah. Biarkan yang punya makan duluan," ujar Mika dengan mengentakkan kakinya kesal."Ah. Kelamaan kalau izin dulu. Toh yang punya ada di rumah ini kan? Jadi nggak masalah lah kalau isinya dimakan sesama penghuni rumah ini," ujar Olip. Dia bahkan kembali mengambil kue yang masih ada di atas meja."Nggak sopan banget sih jadi orang Lip. Suka banget ngambil punya orang." Mika memaki adiknya. Dia, kan belum mencicipinya. Enak saja Olip sudah lebih dulu membuka dan memakan
Sejak bertemu dengan kedua orang tua Noval, Mika kembali memikirkan mengenai kedua orang tua kandungnya yang belum dia ketahui identitas mereka hingga saat ini. Noval memang mengatakan ingin membantunya, tetapi tetap saja Mika merasa tidak sabar. Contohnya saja malam ini. Mika tidak bisa tidur dengan tenang. Perempuan itu berusah untuk memejamkan matanya tetapi tetap tidak bisa. Dia miring ke sini lalu miring ke sana. Terlentang lalu tengkurap tetap tidak bisa tertidur juga. Akhirnya dia pun memilih untuk bangun saja mendudukkan dirinya. "Kenapa sih?" tanyanya dengan perasaan kesal. Ada perasaan takut juga hadir dalam diri perempuan itu. Kedua orang tua Noval begitu baik pada dirinya. Hal yang belum pernah dia dapat dari Pak Purnomo dan Bu Tuti selama ini. Dalam hati dia terus bertanya bagaimana kalau nanti kedua orang tuanya itu tidak sesuai harapan Mika. Noval yang tertidur di sebelaah Mika tentu saja merasa terganggu. Pria itu membuka matanya dan melihat Mika yang terbangun. Dia
"Kamu yakin mau ke toko hari ini?" tanya Noval."Iya," jawab Mika yang kini sedang berada di boncengan Noval. Padahal, mereka sudah ada di atas motor untuk ke toko, tetapi Noval masih saja merasa ragu kalau Mika mau ke toko atau tidak.Pasalnya, sejak beberapa hari lalu ketika dia memutuskan untuk mendatangi kediaman keluarga mendiang ayahnya, berakhir Mika yang merasa malu melihat keluarga itu bukan keluarga sembarangan, Mika mengalami demam dan membuat perempuan itu harus beristirahat di rumah.Alhasil, berakhir dia yang mendapat ceramah dan olokan dari Bu Tuti. Katanya, "Ya gitu kalau orang nggak punya duit sok-soan mau jalan-jalan. Demam, kan kepikiran berapa uang yang udah dikeluarkan." Beruntung Mika tak mau menanggapinya."Aku sudah enakan ini. Kamu nggak usah khawatir," ujar Mika kemudian."Iya. Ingat yang aku katakan tadi." Sebelum berangkat, Noval mengatakan kalau Mika boleh ke toko asal dia tidak melakukan pekerjaan berat."Iya aku ingat." Mika menjawab paruh. Daripada Nova
Sejak tidak diperbolehkan makan di rumah mertuanya sebelum dia membantu pekerjan rumah, Olip memang selalu makan di luar, membeli di warung makan. Namun, setelah berhari-hari makan di luar, uang Olip pun mulai menipis."Kalau dibiarkan seperti ini, bisa-bisa uang aku habis," ujar Olip dengan melihat isi dompetnya. Dia tampak kebingungan kali ini.Tiba-tiba saja Ridwan memasuki kamar. Pria itu baru saja selesai mandi, sedangkan Olip karena tidak ada kelas dia memilih untuk menunda madinya. Namun, rasa laparnya yang tidak bisa ditunda.Olip pun menemukan jalan. ''Kak. Minta uang dong," ujarnya kemudian. Dia menadahkan tangannya ke arah Ridwan.Ridwan yang sedang mengeringkan rambut pun merasa terkejut. Dia menatap Olip. "Aku, kan belum gajian. Lagian uang yang dikasih ibu kemarin bukannya sama kamu semua?" tanya Ridwan yang mengingat kalau ibu mertuanya memberikan sejumlah uang sebelum mereka pergi kemarin.Olip megerucutkan bibirnya. "Uangnya habis," ujarnya dengan menurunkan bahunya.
Bu Lestari yang mendengar itu semakin dibuat kesal. Perempuan itu melotot sangat lebar. "Kenapa nggak mau? Kamu nggak mau makan?" tanyanya kemudian."Bukannya aku nggak mau makan, Bu. Tapi aku tidak pernah belanja. Aku tidak bisa," ujar Olip memberitahu.Bu Lestari terkejut mendengar kalau menantunya ini tidak pernah belanja. Lalu apa yang sebenarnya diajarkan oleh ibunya selama ini? Namun, dia tidak akan berhenti begitu aja. "Justru karena tidak bisa itu sekarang kamu harus belajar memulainya. Kamu sudah punya suami. Kamu juga harus bisa memasak. Dan sebelum memasak kamu harus belanja," ujar Bu Lestari menjelaskan pada Olip.Kedua kaki Olip mengentak ke lantai. Perempuan itu menggeram kesal. "Aduh, Ibu. Olip sudah bilang kalau Olip tidak bisa," ujarnya sekali lagi berharap kali ini ibu mertuanya ini akan mengerti.Sayangnya, tidak. Bu Lestari mencoba terus untuk membuat Olip pergi berbelanja. "Kamu hanya perlu datang ke warung lalu membeli apa saja yang akan kita masak hari ini. Kala
Setelah Mika memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui keluarga kandung almarhum sang ayah, Noval hanya membawa Mika berputar-putar keliling kota. Sampai akhirnya malam tiba, dia berhenti pada sebuah pasar malam yang kebetulan dilihat.Mika masih diam tidak merespon dan tetap duduk di tempatnya sembari menatap ke arah luar jendela. Noval sendiri memutuskan untuk turun. Dia mencari minuman untuk melepas dahaga yang sejak tadi dia rasakan. Mengingat mereka juga belum makan, Noval pun juga memesan makanan yang dia temukan di pasar malam itu. Dua gelas cup es teh dia dapat. Noval mengetuk kaca bagian tempat duduk Mika. Tak lama, kaca itu pun turun.Noval menggulurkan minuman yang baru saja dia beli. "Minum lah. kamu pasti merasa haus, kan?"Mika tersenyum tipis. Dia menerima minuman dari sang suami. "Terima kasih," ujarnya kemudian.Dia meneguk minuman itu dan merasakan dingin yang mengalir di tenggorokan. Menikmati rasa dingin itu, Mika memejamkan mata sesaat lalu menyadarkan kepala
"Mika. Aku sudah menemukan di mana keluarga ayah kandung kamu tinggal," ujar Noval ketika dia baru pulang dari bengkel. Dia pulang terlambat karena di bengkel banya pekerjaan.Pria itu langsung mencari keberadaan istrinya di kamar yang ternyata sedang melipat pakaiaaln.Apa yang dikatakan oleh Noval membuat Mika merasa terkejut sekaligus senang. "Benarkah?" tanyanya Kemudian. Dia meraih tangan Noval. Tanpa sadar dia menggenggamnya erat dan kuat. Bahkan bisa disebut mencengkeram.Noval mengangguk. "Ya.''Akhirnya setelah beberapa hari berlalu, buku pernikahan almarhum kedua orang tuanya bisa membantu Noval dalam mencari keberadaan keluarga orang tua kandung Mika."Bisakah kamu mengantarkan aku ke sana sekarang? Aku ingin bertemu mereka." Mika sangat bersemangat karena dia akan bertemu keluarga kandungnya.Noval mengerti kalau Mika pasti merasa tidak sabar untuk menemui mereka. Noval pun memegang tangan Mika dan berujar, ''Tempatnya agak jauh. Kalau kita ke sana sekarang, kita pasti sam
"Dasar menantu tidak tahu diri!'' teriak Bu Lestari sore itu.Sejak Olip tinggal di rumah mertuanya, tidak ada ketenangan lagi di rumah Pak Eko. Selalu saja ada perselisihan antara Olip dan juga Bu Lestari. Contohnya saja sore ini. Kedua perempuan itu tengah berselisih pahaam di dapur karena Olip yang tiba-tiba saja datang memberikan baju kotor pada Bu Lestari yang sedang mencuci pakaian.Bagaimana Bu Lestari tidak marah? Ketika asyik mencuci pakaian kotor suami dan dirinya, dia dikejutkan dengan tingkah Olip itu.''Cuci baju kamu sendiri," ujar Bu Lestari yang langsung melempar pakaian milik Olip pada ke arah menantunya itu.Olip yang dilempari pun merasa terkejut. Dia menganga dengan menatap bagian bawah celananya yang basah akibat lemparan dari sang mertua. "Ibu ini apa-apaan sih? Basah dan kotor nih celana aku," ujar Olip dengan mengentakkan kakinya kesal.''Kamu yang apa-apaan?" Bu Lestari berkacak pinggang menatap menatunya tajam. "Main lempar-lempar pakaian kotor. Memangnya ak
"Sorry," ujar Mika sebelum dia menutup panggilan dengan Sinta. Harii ini, mereka berniat untuk ke tempat kerja masing-masing dengan terlambat karena Mika ingin menjalankan rencananya.Apa rencana Mika?Mika berencana untuk memasuki kamar kedua orang tuanya lagi untuk mencari petunjuk perihal kedua orang tua kandungnya. Mika yakin akan ada sesuatu di sana."Dah," ujar Mika pada Noval. Mika harus memberitahu Sinta kalau dia akan datang terlambat. Sedangkan Noval sendiri sudah memberitahukan orang di bengkel sejak tadi.Noval mengangguk. "Bagus. Kita tinggal tunggu Bapak dan Ibu pergi saja. Semoga ini akan berhasil,'' ujar Noval kemudian. Mereka menunggu dua orang tua itu keluar.Jika Pak Purnomo akan pergi mengojek, maka biasanya Bu Tuti akan pergi untuk bergosip dengan tetangga sekitar. Sejak pernikahan Olip, Bu Tuti tidak melakukannya karena dialah yang menjadi bahan pembicaraan di desa. Namun, sejak dua hari yang lalu dia sudah melakukan kebiasaannya dulu itu."Kalian tidak kerja?" t
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Olip dan Ridwan baru saja sampai di kediaman Pak Eko. Dua orang itu membawa koper besar berisi pakaian mereka. Wajah Olip menunjukkan kekesalan karena dia harus kalah dari Mika dan berakhir dirinya yang harus pergi dari rumah."Sudah. Daripada kita tinggal di sana tapi mendapat kesialan terus. Mending kita di sini saja. Toh sama saja, kan. Setidaknya kita aman di sini," ujar Ridwan mencoba menghibur Olip.Olip mendengus. Sama saja bagaimana? Kalau di rumahya sendiri, kan dia pasti diratukan oleh kedua orang tuanya. jelas itu. Kalau di sini, jelas dia yang harus berbagi mengingat ada adik Ridwan yang masih bersekolah. Belum lagi sikap bapak mertuanya yang terang-terangan tidak menyukai Olip.''Kamu harus segera buatin aku rumah. Sebagai seorang suami itu sudah tanggung jawab kamu," ujar Olip menatap tajam Ridwan.Ridwan menghela napas dalam. Permintaan Olip ini terlalu banyak. Ya meskipun itu tidak salah karena memang sejatinya seorang
''Kok bisa sih bannya kempes?" tanya Ridwan ketika mendapati ban motornya kempes. Dia memerhatikan ban itu yang tak memiliki angin sama sekali.Detik kemudian pandangannya jatuh pada Noval yang baru saja mengeluarkan motornya. Dia terus memerhatikan gerak-gerik Noval yang saat ini sedang memanasi motornya. Tatapann Ridwan pun menjadi curiga."Val. Kamu yang membuat ban motor aku kempes?" tanya Ridwan yang jelas sekali kalau itu adalah bentuk tuduhan.Noval yang sebelumnya tengah sibuk dengan motornya sendiri pun langsung menatap Ridwan dengan datar. Dia memerhatikan ban motor milik adik iparnya itu yang sudah dalam keadaan kempes. Noval menggeleng lalu kembali fokus pada kendaraannya sendiri.Ridwan melotot lebar. ''Val. Jangan bohong kamu." Dia tidak percaya dengan jwaban Noval.Noval kembali menatap Ridwan. Kali ini dia brsuara, ''Bukan aku." Dia masih menjawab dengan santai.Mika kebetulan keluar dari rumah dan mendekati suaminya. Dia melihat seperti ada sitegang antara sang suami