Home / Rumah Tangga / Permintaan Gila Adikku / 5. Permintaan sang Adik

Share

5. Permintaan sang Adik

Author: Evie Edha
last update Last Updated: 2024-08-27 11:07:40

“Penjaga toko dan tukang bengkel, sementara sebagai guru, Kak Ridwan cocoknya memang dengan aku, calon bidan.”

Usai mengatakan itu, Olip meninggalkan Mika sendirian untuk pergi ke kamarnya.

Sementara itu, Mika masih kebingungan. Ia baru saja memproses kekasihnya selingkuh dengan adiknya sendiri, lalu ternyata kedua orang tuanya sendiri rupanya mendukung perselingkuhan itu.

Belum pulih dari dua hal tersebut, Noval, mantan kekasih adiknya, kini justru melamarnya tanpa mengatakan apa pun sebelumnya.

Kenapa semua jadi seperti ini? Apa maksud Noval melakukannya? 

Apakah pria itu mau membalas Olip? Atau bagaimana?

“Ah, pusing,” keluh Mika, menghapus sisa air matanya dengan kasar. Perempuan itu menghela napas. "Kenapa semuanya bisa menjadi serumit ini? Apa maksud Noval dengan melakukan ini?"

Namun, tidak ada jawab untuk pertanyaannya. Bahkan hingga Mika terlelap larut, akibat memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengapa Noval melamar dirinya, alih-alih Olip, pacarnya.

***

"Mika! Bangun!"

Teriakan sang ibu menyentakkan Mika dari tidur lelapnya. Karena terlalu sibuk memikirkan Noval, wanita itu bangun terlalu siang.

Pukul 6.

“Astaga, aku belum masak,” gumam Mika pada dirinya sendiri.

Wanita itu langsung bangkit berdiri dan keluar kamar. Namun, saat sudah di luar, rupanya sudah ada kejutan lain yang menantinya.

“Nah, ini tuan putrinya baru bangun.” Sang ibu mengomel disertai sindiran. Mungkin Mika akan baik-baik saja jika ibunya mengatakan itu langsung padanya, bukan pada Ridwan yang sedang duduk di ruang makan.

“Selamat pagi, Mika,” sapa Ridwan.

Mika yang masih terkejut, tidak dapat menyahut. Hal itu dimanfaatkan oleh ibunya lagi untuk kembali menambahi, “Mika memang begitu, Nak Ridwan. Suka bangun siang. Ibu dan Olip jadinya yang selalu menyiapkan sarapan dan beberes.”

Apa?

Mika tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Bisa-bisanya di momen seperti ini, ibunya justru berbohong dan membual seperti itu.

Jelas-jelas, selama ini Mikalah yang mengerjakan semuanya. Sementara Olip, wanita yang sekarang sedang berakting memasak padahal tidak pernah masuk dapur itu, justru biasanya masih tidur jam segini.

Ah, tapi biarlah. Tidak ada gunanya menanggapi.

“Permisi,” ucap Mika. Ia berniat langsung ke kamar mandi saja karena sudah tidak perlu memasak.

Biar Olip kebingungan sendiri dengan segala jenis bumbu dapur itu.

Akan tetapi, sang ibu segera menghentikan langkahnya.

“Mika, mau ke mana kamu? Duduk dulu sini!” ujar ibu. “Ada yang mau dibicarakan dulu oleh Olip dan Nak Ridwan.”

“Ada apa?” Meskipun berusaha tidak peduli, tapi sebenarnya Mika penasaran.

Apakah itu alasannya Ridwan ada di sini pagi-pagi begini?

“Duduk dulu. Kamu ini, tidak sopan,” tegur sang ibu kembali, seperti senang mencari kesalahan Mika di hadapan mantan kekasihnya.

Namun, karena tidak mau ribut pagi-pagi, Mika menurut saja. Wanita itu kemudian duduk di kursi makan, sementara di saat yang sama, Olip datang dan menyajikan sarapan berupa nasi dan beberapa lauk.

“Kak, aku sudah bilang ke Kak Ridwan soal semalam,” ucap Olip dengan nada dan senyum manis. “Sungguh, nasib orang tidak ada yang tahu ya.”

“Iya. Selamat ya, Mik, atas rencana pernikahan kamu dan Noval.” Ridwan menyambung ucapan Olip. Pria itu mengatakannya dengan begitu enteng, ditambahi dengan senyum. Seakan Ridwan tidak pernah memohon pada Mika untuk mendengarkan penjelasannya dulu kemarin. “Mungkin memang jalan Tuhan begini.”

Pria berengsek.

Namun, itu mengingatkan Mika. Ia harus menemui Noval hari ini.

“Ya.” Mika bahkan tidak repot mengoreksi ucapan Ridwan soal rencana pernikahan, karena ingin mendengar penjelasan Noval terlebih dahulu. Lagi pula, ibunya juga pasti akan mengomel jika Mika langsung membantah, mengingat kemarin ayahnya juga menerima lamaran Noval. “Sudah? Kalau sudah aku pergi–”

“Buru-buru sekali, Kak.” Olip menyela. Wanita itu melingkarkan tangannya dengan mesra pada Ridwan. “Kami belum selesai. Kan, Kak Ridwan baru mengucapkan selamat saja.”

“Jangan bertele-tele,” sahut Mika dengan nada datar. “Langsung saja ke intinya.”

Olip tersenyum, tampaknya puas karena berpikir ia berhasil memanasi Mika dengan sikap manjanya pada Ridwan.

"Ini, Kak. Mengenai semalam." Olip kembali membuka suara. “Karena pernikahan Kak Mika dan Noval sudah masuk rencana, kami juga berniat akan mengikuti langkah kalian. Tidak baik menunda-nunda lagi. Selain karena kami sudah lama menginginkan  itu, kami rasa ini waktunya juga sudah pas."

“Mengingat saking tidak sabarnya, kalian sampai berzina. Yah, tentu–”

“Mika! Jangan kurang ajar!” Bu Tuti langsung membentak Mika, membuat wanita itu langsung terdiam dengan tangan terkepal. “Kamu ini. Masa mengatai adik dan calon suaminya begitu.”

“Tidak apa-apa, Bu,” ucap Ridwan buru-buru. “Mungkin Mika masih sakit hati soal yang kemarin. Salah saya juga.”

Sepasang mata Mika terbelalak. Pria ini berani bicara demikian!?

“Aku–”

“Sudah-sudah,” sela sang ibu sebelum Mika bisa membalas. “Bukan salah Nak Ridwan. Memang Mika saja yang tidak dewasa.” Beliau menghela napas dan langsung melanjutkan, "Jadi. Apakah kalian mau menikah di hari yang sama?" tanya Bu Tuti kemudian.

Olip langsung menggeleng cepat. "Tidak dong, Bu. Masa kami harus menikah di hari yang sama?” balasnya, kemudian terkekeh kecil seakan itu hal yang paling konyol di dunia. “Kasihan Kak Mika nanti. Para tamu jadi bisa makin jelas melihat perbedaan pernikahan kami yang terlihat secara jelas."

"Lalu?" tanya Bu Tuti lagi. 

"Itu, Bu. Kan, ada tuh tradisi kalau seorang kakak harus memberi uang ketika adiknya menikah,” jelas Olip. “Jadi, aku dan Kak Ridwan berencana untuk menikah tidak lama setelah Kak Mika menikah.”

“Saat itu kan pasti Kak Mika masih memiliki uang hasil hajatannya,” lanjut Olip lagi. “Jadi, daripada uangnya menganggur atau misal kelamaan jadinya Kak Mika tidak bisa bantu-bantu adiknya ini, lebih baik uang hajatan itu langsung diberikan pada kami karena kami menikah tidak lama setelah Kakak.”

Saking terkejutnya dengan pemikiran sang adik, Mika sampai tidak bisa bicara.

Lelucon macam apa ini?

Related chapters

  • Permintaan Gila Adikku   6. Kejutan Lain untuk Mika

    “Lebih baik uang hajatan itu langsung diberikan pada kami karena kami menikah tidak lama setelah Kakak.” “Benar juga. Sebagai anak sulung, sudah sepantasnya membantu kebutuhan adiknya.” Respons sang ibu sendiri membuat Mika kembali tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tapi, itu hanya jika Mika tidak keberatan, Bu,” ucap Ridwan, seperti tengah berperan sebagai pria baik-baik. “Jika tidak, mungkin kami bisa buat pesta yang lebih sederhana saja.” “Kak, tapi menikah kan hanya sekali,” ucap Olip sambil bergelayut manja. “Tidak apa-apa. Kak Mika pasti mengerti.” Ia menoleh pada Mika. “Iya kan, Kak?” Mika diam. Ia berusaha mengontrol kemarahan yang bergolak di dalam dadanya agar ia bisa menjaga wibawa dan nada bicaranya. “Iya, aku mengerti,” ucap Mika kemudian. “Tapi bukan berarti aku mengiakan.” Olip mengernyit. “Maksudnya? Kakak tidak mau membantuku?” “Aku pergi dulu.” Sebelum Olip lanjut bicara, Mika sudah berdiri. Ia menatap adiknya dan Ridwan dengan sorot mata jijik. “Kala

    Last Updated : 2024-08-28
  • Permintaan Gila Adikku   7. Kali Kedua

    “Dua hari ini, kenapa kamu selalu muncul di depanku sambil menangis, hm?”Mika menghapus air mata di pipinya sekalipun itu sia-sia karena ia masih terus menangis.“Noval?” ucapnya dengan suara serak. Baru kemudian ia menoleh ke sekeliling, menyadari bahwa lokasinya saat ini tidak jauh dari bengkel milik Noval."Kenapa menangis di sini?" tanya pria itu kemudian. Mika kembali terfokus pada alasannya menangis saat ini dan hal itu membuat tangisnya makin keras.“Ck.” Noval berdecak, kemudian menarik napas panjang. Sepertinya kebiasaan Mika saat menangis memang demikian. Tapi bukan berarti ia akan memakluminya. "Nangis sih nangis. Tapi lihat sekitar. Kalau kamu menangis di pinggir jalan seperti ini bisa-bisa disangka gila."Meski mendengar itu, Mika tidak mampu menghentikan tangisnya. Padahal jika di rumah, ia tidak pernah bertingkah begini.Lalu kenapa selalu pria itu yang memergokinya dalam kondisi seperti ini?“Astaga,” gumam Noval, terdengar kesal, tapi juga pasrah. Pria itu kemudian

    Last Updated : 2024-08-29
  • Permintaan Gila Adikku   8. Tawaran dan Lamaran

    “Kenapa tiba-tiba kamu mengirimkan lamaran kemarin?” tanya Mika tiba-tiba. “Salah sasaran? Atau memang sengaja?”Wajah Noval tidak tampak terkejut, sekalipun topik itu cukup jauh dari curahan hati wanita itu beberapa saat yang lalu. Namun, sepertinya Noval maklum karena cepat atau lambat, Mika pasti akan bertanya. Namun, bukan berarti Noval ingin membicarakannya saat ini. Tidak saat Mika masih kelihatan ingin menangis."Tenangkan dirimu dulu, Mika. In–"Mika menggeleng cepat. "Tidak. Jawab pertanyaanku tadi,” ucapnya tegas. Sekalipun wajahnya masih sembab dan air mata masih mengancam turun, ada sorot yang tak bisa dibantah di matanya. “Apa pun rencanamu, itu melibatkanku.”Tatapan dan ucapan Mika yang tidak bisa dibantah membuat Noval menghela napas berat. Pria itu akhirnya memutuskan untuk duduk kembali.“Paling tidak, hapus dulu ingusmu.” Noval berucap dengan nada tak acuh seperti biasanya.Kali ini, Mika menurut. Ia mengambil beberapa lembar tisu yang tadi diberikan oleh Noval, m

    Last Updated : 2024-08-30
  • Permintaan Gila Adikku   9. Kartu Hitam

    “Kartu hitam ABC Prioritas!?”Tidak hanya adik dan orang tuanya yang terkejut, melainkan Mika juga tidak habis pikir kenapa Noval memberinya kartu hitam tersebut–yang mana ia ketahui, kartu itu tanpa limit.Apakah kartu ini asli? Noval kan hanya punya bengkel dan bekerja di bengkel tersebut sehari-hari. Bagaimana ia bisa memiliki kartu itu?Atau … pria itu meminjamnya? Demi balas dendam? Mika sama sekali tidak tahu apa-apa. Namun, alih-alih bertanya macam-macam pada Noval, ia memilih untuk menjalankan bagiannya seperti yang sudah mereka sepakati kemarin.“Terima kasih, Val,” ucap Mika dengan senyum. Disimpannya kartu hitam itu baik-baik.Perhatiannya kemudian terfokus pada orang wedding organizer yang datang mendekat padanya dan memberi salam, lalu memperkenalkan diri sebagai ‘Susi’. Dengan ramah, Mika mempersilakan wanita itu untuk mendekat padanya agar mereka bisa mendiskusikan mengenai rencana pesta.“Tapi kenapa memutuskan pakai WO, Nak Noval?” tanya Pak Purnomo sementara Mika se

    Last Updated : 2024-09-01
  • Permintaan Gila Adikku   10. Kepanasan

    “Wah, wah. Murah dong, buat si pemilik kartu hitam itu.”Mika mendengar ejekan dari adiknya tersebut, tapi dia tidak membalas. Pikirannya sibuk menghitung jika harga dekorasi pelaminannya saja tiga puluh juta, lantas jika ditambah total dan katering, lalu harga sewa dan sebagainya, maka–“Kamu suka?” Pertanyaan Noval membuat Mika mengalihkan fokusnya pada pria itu. Noval sedang menatap lurus ke arah Mika setelah sepintas ia melirik pada katalog yang sedang dibicarakan.“Ya?” tanggap Mika. “Yah, dekorasinya cantik. Tapi–”“Kalau kamu suka, tidak apa-apa. Ambil saja,” kata Noval lagi dengan santai. “Untuk harga, itu urusanku.”Entah kenapa, ucapan Noval membuat Mika merasa tenang. Bukan karena pria itu sedang membicarakan soal uang dan biaya, melainkan karena untuk pertama kalinya, Mika merasa ia sedang didukung. Bahwa Mika sekarang punya rekan sekaligus teman.Karena ucapan Noval itu juga, Mika pada akhirnya memilih dekorasi pelaminan tersebut.Hal itu jelas saja langsung membuat Olip

    Last Updated : 2024-10-02
  • Permintaan Gila Adikku   11. Pernikahan Tanpa Wali

    "Bapak mau menyampaikan kalau Bapak tidak akan menjadi wali nikah kamu."Mika terdiam, antara terkejut dan tidak. Tidak terkejut, karena beberapa waktu belakangan ini, Mika sendiri berpikir mengenai wali nikah.Karena sekarang ia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung Pak Purnomo berkat ucapan yang ia dengar tempo lalu. Mika belum tahu bagaimana ceritanya hingga ia diasuh oleh Pak Purnomo dan Bu Tuti atau apakah orang tuanya masih hidup atau tidak, serta siapa sebenarnya walinya.Meski begitu, Pak Purnomo masihlah wali yang sah untuk Mika, bukan? Namun, pria itu kini menolak menjadi wali nikahnya. Itulah yang membuat Mika terkejut.Setidak suka itukah keluarga ini pada Mika?"Kenapa, Pak?" Akhirnya Mika bertanya. "Bukankah Mika sudah menuruti perintah Bapak untuk menikahi Noval?"Dalam hati, Mika kembali bertanya. Apakah … akhirnya hari ini kedua orang tuanya itu akan jujur pada Mika bahwa mereka bukankah orang tua kandungnya?"Bapak tidak bisa saja, menjadi wali nikah kamu." Pak Purnom

    Last Updated : 2024-10-03
  • Permintaan Gila Adikku   12. Ratu Sehari

    "Sial. Habis berapa Noval menyewa mobil-mobil itu!?" Mika mendengar Olip merutuk dibelakangnya. "Ah, atau jangan-jangan itu semua mobil bengkel?"Mika hanya diam saja mendengarkan semua gumaman dan spekulasi semua orang.Sendirinya, ia sendiri heran dan tidak tahu dari mana Noval mendapatkan semua mobiltersebut serta berapa biaya yang dikeluarkan."Pak, Bu, Nak Mika." Pak Heru menyapa ketika ia dan rombongan sampai di depan Mika dankeluarga. "Perkenalkan, ini ayah dan ibu Noval."Kedua orang tua Noval dan Mika saling berjabat tangan dan berkenalan. Mika memasangsenyum sopan, teringat informasi bahwa Pak Heru yang selama ini diduga sebagai ayahNoval, sebenarnya adalah paman Noval semata."Astaga. Ini calon mantu Mama?" Tiba-tiba, wanita paruh baya di hadapan Mika berucap.Beliau adalah ibu Noval. "Cantiknya."Mika yang masih terkejut pun menunduk malu. "H-halo, Tante," gumamnya lembut."Kok ‘tante’? Panggilnya ‘mama’ ya, Sayang," ucap wanita paruh baya itu.Sementara itu, p

    Last Updated : 2024-10-05
  • Permintaan Gila Adikku   13. Bukan Suami Biasa

    "Jangan dengarkan mereka. Dengarkan hal yang baik-baik saja, Mika."Mika tidak mengelak. Dia hanya menarik napas dalam dan memejamkan mata, mengontrol rasa sakit yang menusuk hatinya. Hingga beberapa saat kemudian dia merasakan Noval melepaskan tangan dari kedua telinganya, membuat Mika kembali membuka matanya.“Ayo kembali,” ajak wanita itu pelan. Tanpa bertanya apakah Noval turut mendengarkan ucapan keluarganya sejak tadi seperti Mika.“Tunggu.”Dengan hati-hati, Noval menggandeng tangan Mika dan masuk ke dalam ruangan tersebut, mengejutkan ketiga orang tadi akan kehadiran mereka.Seperti sedang merasa bersalah, Pak Purnomo langsung mengalihkan pandangan. Sementara Bu Tuti dan putrinya melotot menatap kedatangan sepasang suami istri baru tersebut. Tampaknya, semua orang di sana khawatir obrolan mereka beberapa saat lalu didengar oleh keduanya."Kenapa kalian seperti terkejut begitu?" tanya Noval dengan ekspresinya yang selalu sama. Datar.Olip dan Bu Tuti sama-sama menggeleng."Tid

    Last Updated : 2024-10-07

Latest chapter

  • Permintaan Gila Adikku   104.

    "Kamu gila, Kak?" tanya Olip tak habis pikir. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Istri mana yang tidak akan marah kalau mendengar suaminya menawari perempuan lain untuk menjadi istri. Diamau dimadu."Bisa-bisanya Kak Ridwan menawari Kak Mika menjadi istri Kakak? Kakak sudah tidak waras!" bentak Olip.Ridwan yang merasa pusing mendengar teriakan Olip, langsung menatap Olip dengan tajam. "Hah! Bisa tidak kamu diam! Setiap hari bisanya hanya teriak saja. Pusing kepala aku!" Ridwan ikut berteriak!"Aku berteriak juga karena Kak Ridwan. Istri mana yang tidak akan marah kalau suaminya menawarkan perempuan lain untuk menikah dengannya. Kakakku pula yang kamu tawari," ujar Olip marah. Rasanya dia ingin berteriak dengan kencang saja."Semua itu karena aku baru sadar. Kalau Mika lah yang aku butuhkan. Mika yang aku cintai. Aku hanya bernafsu saja dengan kamu," ujar Ridwan dengan menunjuk istrinya. Tatapannya masih tajam dan penuh kemarahan.Olip semakin merasa tidak percaya mendengar apa ya

  • Permintaan Gila Adikku   103. Olip Cemburu

    Untuk sesaat keduanya saling tatap satu sama lain. Mika yang menunggu jawaban Noval, dan Noval yang merasa tertegun dengan pertanyaan dari Mika."Kok diam?" tanya Mika kemudian.Noval pun tersadar. Dia mengedipkan matanya beberapa kali lalu melanjutkan aktivitasnya. "Lebih ke arah kebersihan. Secara Ridwan adalah orang yang jorok," ujar Noval kemudian yang tentu itu hanya alasan."Oh gitu?" Mika mengangguk beberapa kali. Keduanya pun keluar dari kamar mandi lalu keluar dari toko."Aku kira kamu cemburu," ujar Mika ketika melihat suaminya yang sedang menutup toko. Rupanya tugasnya berganti pada Noval.Noval membalikkan badan menatap Mika ketika sudah mengunci toko. Dia meraih tangan Mika lalu memberikan kunci toko pada Mika. "Kenapa kamu tanyanya sejak tadi itu mulu?"Mika menggenggam kunci yang diberikan Noval lalu memasukkannya pada tas yang dia bawa. Mika menggeleng. "Nggak papa. Cuma mau tanya aja?"Noval menaiki motornya lebih dulu. "Kamu ingin tahu aku cemburu apa tidak?" tanyany

  • Permintaan Gila Adikku   102. Tawaran Jadi Istri Kedua?

    "Apa?" Tentu saja Mika merasa syok. Bahkan toples permen yang ada di tangannya dan akan dipindahkan ke dalam toko sebab toko akan tutup langsung terjatuh. Untung saja isinya tidak berceceran. "Biar aku bantu," ujar Ridwan ketika melihat toples itu jatuh. "Nggak usah nggak usah," ujar Mika cepat. Dia pun lebih memilih mengambilnya sendiri daripada menerima bantuan Ridwan. Bukan apa. Dia hanya takut kalau Noval salah paham saja melihatnya nanti mengingat suaminya itu akan datang. "Ngapain sih kamu di sini?" tanya Mika sekali lagi. Dia tak sungkan memperlihatkan wajah bencinya pada Ridwan. "Untuk menanyakan hal tadi," ujar Ridwan kemudian. "Wan. Kamu sudah gila, mending kamu ke rumah sakit sana. Jangan di sini," ujar Mika kemudian dengan menunjuk ke segala arah. Ridwan terkejut Mika mengatai dirinya gila. "Mik. Aku nggak gila." Dia menggeleng cepat. "Kalau nggak gila apa? Sinting? Mabok? Atau syarafmu sudah putus?" tanya Mika kemudian. Dia berkacak pinggang dengan tatapan tajam pad

  • Permintaan Gila Adikku   101. Ridwan Menggila

    "Ibu ngagetin aja," Ridwan sdah merasa deg-degan. Dia pikir tadi adalah bapaknya. Tentu saja diamerasa takut kalau bertemu kembali dengan Pak Eko. Dia yakin kalau dia akan dihajar kembali jika bapaknya itu melihat keberadaan dirinya di sini."Makan," jawab Ridwan pada pertanyaan ibunya tadi. Tanpa sungkan dia langsung mengambil nasi dan lauknya cukup banyak dan memakannya dengan lahap.Bu Lestari duduk di hadapan putranya. "Makanmu kayak orang yang nggak makan satu bulan aja.""Aku belum makan sejak pagi," jawab Ridwan di sela makannya dengan mulut penuh."Olip nggak masak?" Bu Lestari kembali bertanya."Ibu kayak nggak tahu aja," jawab Ridwan. Bu Lestari pun membiarkan anaknya makan."Kok bisa sih kamu sama Olip punya vidio kek gitu?" tanya Bu Lestari dengan kesal.Ridwan melirik ke arah ibunya beberapa kali sebelum menjawab. "Ya namanya juga pasangan, Bu. Ya wajarlah."Bu Lestari langsung memukul lengan putranya. "Kok bisa kamu melakukan itu sebelum menikah? Bikin malu aja.""Ya gim

  • Permintaan Gila Adikku   100. Cekcok

    Ridwan memarkirkan motor milik Olip di depan kontrakan mereka. Pria itu meletakkan sepatunya asal lalu memasuki kontrakan dengan wajah kesal. "Sial*n." Dia berujar kemudian.Olip yang sebelumnya tengah asyik melihat ponsel miliknya langsung menoleh ke arah kedatangan suaminya. Dia menatap bingung Ridwan yang tampak marah-marah."Kamu kenapa?" tanya Olip kemudian."Jangan tanya dulu kamu. Aku lagi kesel," ujar Ridwan. Pria itu berbaring membelakangi sang istri.Olip tang tipikal tidak suka diabaikan pun mengabaikan peringatan Ridwan. Dia meletakkan ponselnya dan memegang pundak sang suami lalu membua Ridwan mengubah posisinya menjadi menatap ke arah dirinya."Masalahnya aku nggak suka lihat kamu kek gini. Wajah kesal kamu itu bikin mood aku ikutan ancur. Bawaanya pengen marah," ujar Olip dengan nada tinggi yang selalu dia keluarga ketika berdebat dengan Ridwan.Ridwan langsung bangkit dari posisinya dan duduk menghadap Olip. "Lip. Jangan ajak aku bertengkar sore ini. Oke? Aku sudah ter

  • Permintaan Gila Adikku   99. Surat Dari Kampus

    Bu Tuti datang bersama sang suami dan membawa semua hal yang diinginkan oleh Olip. Meski dia merasa kesusahan untuk membawanya, tetapi dia tetap membawakannya demi sang anak.Pak Purnomo sempat tidak mau untuk datang ke kontrakan Olip, tetapi Bu Tuti yang terus memaksa membuat dia mau tidak mau harus mengantarnya. Sesampainya di kontrakan Olip, Olip pun langsung menyambut kedatangan ibunya."Akhirnya Ibu datang juga," ujar Olip.Bu Tuti tampak mengamati tempat tinggal Olip. "Ini beneran tempat tinggal kalian?" tanya Bu Tuti kemudian."Ya iyalah, Bu. Masa boongan?" Dia pun mengajak ibunya masuk tetapi Pak Purnomo memilih untuk tetap di luar."Kok bisa sih kamu tinggal di tempat seperti ini, Lip? Udah tempatnya di ujung desa, jauh, jalannya rusak, tempatnya nggak layak huni lagi," ujar Bu Tuti yang langsung berkomentar ketika dia sampai di kontrakan Olip."Udah tahu, kan? Makanya Olip minta Ibu buat datang ke sini dan lihat sendiri secara langsung." Olip berujar. Perempuan itu mengambil

  • Permintaan Gila Adikku   98. Kontrakan Tak Diinginkan

    Ridwan dan Olip yang sudah diusir dari rumah Pak Purnomo dan tak bisa kembali ke rumah Pak Eko terpaksa harus mencari kontrakan untuk tempat mereka tinggal. Namun, karena berita yang sudah tersebar, mereka mengalami kesulitan ketika mencari tempat tinggal.Bahkan tidak sedikit yang menolak mereka karena menganggap mereka pasangan tak memiliki ikatan. Ridwan dan Olip pun sampai harus mengeluarkan buku nikah mereka agar orang-orang percaya. Namun, tetap saja mereka menolak Olip dan Ridwan untuk menyewa kontrakan mereka."Terus kita mau tinggal di mana dong, Kak kalau semua orang menolak kita?" tanya Olip yang sudah merasa lelah karena hampir seharian mencari kontrakan tidak menemukannya."Ya kita harus terus cari lah. Kalau mau berhenti, gimana kita tidur malam ini," ujar Ridwan yang fokus terhadap jalan di depannya."His. Nyusahin banget sih. Itu warga kampung kenapa juga ngusir kita sih? Toh kita tinggal di rumah orang tua aku sendiri. Nggak minta makan sama mereka," ujar Olip yang t

  • Permintaan Gila Adikku   97. Tamparan Untuk Olip Dari Noval

    Ridwan langsung menatap istrinya. "Apa ini karena perbuatanmu?" tanyanya dengan menunjuk ke arah kening Mika yang terluka. Dia menunggu jawaban sang istri.Sedangkan Olip yang mendengar pertanyaan dari suaminya merasa bingung. Kenapa sekarang dia dojokkan lagi?"Jawab, Olip!" bentak Ridwan."Ya," balas Olip."Memangnya kenapa? tanya Olip kemudian."Lagian aku juga tidak sengaja," lanjutnya."Heh! Mana ada tidak sengaja? Kau mendorongnya. Itu yang katanya tidak sengaja?" Sinta yang tidak terima dengan perkataan Olip pun ikut memaki.Dia sudah tak tahan denga sifat perempuan itu. "Dasar perempuan gila. Sekolahnya aja pakai seragam, tapi kelakuannya kayak setan," lanjut Sinta yang tak tanggung-tanggung dalam mengolok Olip. Dia tidak peduli kalau ada orang tua Olip di sana."Jaga mulut kamu Sinta." Bu Tuti yang melihat anaknya diolok tidak terima. Dia pun menatap sahabat Mika itu dengan tajam."Emang iya, Kok." Sinta tentu tak mau kalah.Berkacak pinggang, dia menatap Olip dengan dagu ter

  • Permintaan Gila Adikku   96. Tuduhan

    "Cie yang baru aja pulang dari bulan madu." Baru saja sampai di toko, Mika sudah mendapat ejekan dari sahabatnya.Detik kemudian Sinta memasang wajah kasihan. Dia berdecak sembari menggeleng pelan. "Tapi sayang. Kasihan sekali kamu. Baru juga pulang dari bulan madu, udah masuk rumah sakit aja," ujarnya kemudian.Mika tak suka itu. Dia meletakkan tasnya di atas meja. "Apaan sih? Itu Noval aja yang berlebihan. Masa kepala kepentok meja aja sampai diinap rawat segala. Kan ngabisin duit," ujar Mika dengan menyentuh kepalanya yang masih diplester karena luka."Namanya juga perhatian sama istri, Mik." Sinta pun menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda sang sahabat."Jangan mulai." Mika menatap Sinta dengan penuh peringatan.Mika terkekeh. Beberapa saat kemudian Sinta mengingat sesuatu. "Lagian adek kamu itu gila banget. Berani-beraninya celakain kamu. Sekarang, viral dah tuh vidio panasnya sama Ridwan," ujar Sinta dengan rasa gemas yang tak bisa ditutupi. Kita bisa lihat juga rasa puas da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status