Home / Romansa / Perjuangan Cinta Kita / BAB 2 | Disapprove!

Share

BAB 2 | Disapprove!

Author: skynnsa
last update Last Updated: 2022-02-03 21:55:22

“Ya, kenapa memangnya?” tanya Alexa memandang wajah Dave penasaran.

“Aku rasa, aku pernah melihat mobil ini,” kata Dave ragu, matanya belum teralihkan dari mobil milik papa Alexa.

Dahi Alexa berkerut samar seperdetik kemudian ia tertawa sembari berkata, “Ya ampun, Dave, ini bukan mobil limited edition, siapa pun bisa memilikinya. Dan papaku adalah satu dari sekian banyak orang yang memilih mobil ini sebagai alat transportasinya.”

Yang dikatakan Alexa benar kalau siapa pun bisa memiliki mobil ini namun selain mobil, plat nomor yang dilihatnya saat ini seperti pernah ia lihat sebelumnya. Dave menggelengkan kepala pelan tidak ingin memikirkan lebih jauh sekarang, mungkin saja nanti ia mendadak ingat.

“Ayo masuk!” ajak Alexa meraih tangan Dave lalu menggenggamnya. Mereka berdua melangkah beriringan menuju pintu utama.

Pintu terbuka sebelum Alexa mengetuknya, seorang pria paruh baya keluar dia adalah Alan Smith, papa Alexa. Alan menyambut Alexa dengan senyuman hangat. Pria bertubuh tegap yang Alexa panggil dengan sebutan papa itu merengkuh tubuh putrinya, memeluk sang putri kemudian mengecup keningnya singkat.

“Putri Papa sudah dewasa ya, sekarang?” Alan melontarkan kalimat saat melihat Dave yang berdiri gugup di sebelah Alexa. Bola matanya bergerak menatap Dave dari ujung rambut hingga ujung kaki lalu tersenyum hangat, Alan rasa Dave sangat cocok dengan Alexa.

“Malam, Om, saya Dave,” sapa Dave tersenyum ramah. Ini tidak seburuk yang ia pikirkan papa Alexa begitu hangat menyambut dirinya.

“Saya Alan, Papa Alexa,” sahutnya, Alan memicingkan mata menatap Dave dengan serius membuat yang ditatap merasa bingung. “Shh, kamu samar-samar mirip seseorang.”

Dave mengerutkan kening semakin bingung, apakah wajahnya pasaran?

“Lupakan, Dave. Saya hanya asal bicara. Ayo masuk, kita makan malam bersama!” ajak Alan menghentikan kebingungan Dave karena perkataannya.

Alan mengajak putrinya dan Dave masuk, tak kalah dengan tampilan luar rumah Dave berdecak kagum melihat interior dan ornamen-ornamen indah di setiap sudut ruangan. Dirinya yang hampir larut memandang isi rumah keluarga Smith harus dikejutkan dengan pekikan Alexa.

“Ini semua Papa yang masak?” tanya Alexa dengan mata berbinar melihat banyak hidangan kesukaannya di meja makan.

“Of course,” ucap Alan tersenyum bangga. Sebagai pemilik dari Smith Food and Beverage Department atau disingkat Smith F&B Department yang tugasnya mengelola penyediaan serta penyajian makanan dan minuman bagi tamu hotel maupun pemesanan di luar hotel, tentu saja Alan bisa memasak. Namun, tidak banyak orang yang tahu kalau papa Alexa ini pemilik Smith F&B Department karena kepribadian Alan yang sederhana. Orang-orang di sekitar rumah mereka tahunya Alan hanya seorang pemilik toko roti yang ramah dan baik hati.

Alan, Alexa dan Dave menikmati makan malam mereka dengan tenang. Seperti orang tua pada umumnya, Alan menanyakan banyak hal pada Dave yang dijawab dengan jujur oleh Dave. Menurutnya, pertanyaan Alan tidak membuatnya terbebani untuk menjawab.

“Jadi selama setahun ini bagaimana sikap Alexa terhadapmu, Dave?” tanya Alan setelah meneguk setengah air di gelas.

“Em, Alexa orangnya cukup jahil, Om,” aku Dave pada Alan mengenai sikap Alexa. Pemuda itu menatap Alexa yang duduk di hadapannya dan mendapati raut wajah biasa saja.

Alan yang mendengar hal itu tertawa pelan ternyata bukan hanya ia dan mendiang mamanya saja yang sering terkena jahilan Alexa.

“Orang tuamu kerja apa, Dave?” tanya Alan merubah topik pembicaraan menjadi lebih serius. Tidak salah bukan jika orang tua ingin tahu bibit bebet bobot keluarga dari kekasih putrinya?

“Kedua orang tua saya sudah meninggal, Om. Sebelumnya, orang tua saya mengelola bisnis properti yang kini bisnis itu diambil alih oleh paman saya,” jawab Dave tenang, ia membeberkan fakta sebenarnya mengenai keluarganya.

Alan memicingkan mata merasa ada yang mengganjal di hatinya saat pertama kali melihat Dave dan kini mendengar jawaban mengenai keluarganya. Dave ini ... mirip seseorang yang sangat ia kenal.

“Siapa nama lengkap kedua orang tuamu?” tanya Alan lagi, pertanyaan kali ini memiliki maksud untuk memastikan apakah dugaannya benar atau salah.

“Dean Edwards dan Vega Edwards,” ungkap Dave.

Jawaban Dave sontak membuat bola mata Alan membulat. Dugaannya ternyata benar kalau Dave anak dari Dean dan Vega terlihat saat pertama kali Alan melihat Dave ada banyak kemiripan di wajah Dave dengan orang tuanya. Itu bukan hal baik, Alan menatap tajam Dave dengan rahang mengeras, sekelebat kejadian yang menewaskan Xania—istrinya yang tidak lain adalah mama Alexa membuat amarahnya memuncak.

“Mulai sekarang jangan pernah dekati anak saya lagi!” suara Alan naik beberapa oktaf. Pernyataannya barusan tentu mengundang kebingungan bagi Alexa dan Dave.

“Pa, are you okay?” tanya Alexa, menatap papanya yang terlihat menahan amarah.

“SAYA TIDAK AKAN MERESTUI HUBUNGAN KALIAN!!!” Amarahnya meledak, Alan bangkit dari duduknya meninggalkan Dave yang diam mematung. Sedangkan Alexa dengan cepat menyusul papanya yang menjauh dari ruang makan.

“Pa, Papa! What’s the problem? Why suddenly mad at Dave? (Ada masalah apa? Kenapa tiba-tiba marah pada Dave?)” Alexa yang berhasil menghentikan langkah Alan mencerca papanya dengan pertanyaan.

“Tell him to go! (Suruh dia pergi!)” Setelah mengatakan itu Alan masuk ke kamar dan mengunci pintunya membuat Alexa tidak bisa bertanya lebih lanjut mengapa papanya bersikap seperti tadi.

Pada akhirnya, Alexa kembali ke ruang makan dan mendapati Dave yang berdiri menunggunya. Dave tersenyum tipis mengisyaratkan dia baik-baik saja. Namun Alexa yakin suasana hati Dave sama seperti dirinya merasa takut hubungan mereka berakhir.

“Alexa, lebih baik aku pulang sekarang,” ucap Dave lembut.

Alexa mengangguk mengiyakan karena tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain membuat Dave pulang terlebih dahulu kemudian bertanya pada Alan mengenai sikapnya malam ini. Alexa mengantar Dave sampai pintu utama, ia memeluk pemuda jangkung yang kini berdiri di hadapannya.

“Dave, aku minta maaf atas sikap papa malam ini,” kata Alexa setelah melepaskan pelukannya.

“It's okay. Mungkin ada sesuatu yang membuat papamu belum bisa merestui hubungan kita.” Dave menyematkan anak rambut Alexa ke belakang telinga membuat wajah kekasihnya terlihat jelas.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf, Dave.” Alexa menundukkan kepala merasa tidak enak hati pada Dave.

“Ya, tidak masalah, Sayang. Ah ya, aku rasa pertemuan dengan keluargaku besok ditunda saja bagaimana? Agar kamu bisa menenangkan diri dulu,” saran Dave, ia tidak ingin membebani Alexa yang sedang kurang baik.

“No. Besok aku akan tetap bertemu keluargamu, Dave.” Alexa menggelengkan kepala tidak setuju dengan saran Dave. Bagaimanapun mereka sudah merencanakan pertemuan keluarga ini dan Alexa tidak ingin mengacaukannya.

“Kalau begitu, besok aku jemput kamu. Hari ini kamu menginap di sini, kan?” tanya Dave.

“Aku menginap. Tapi kamu tidak perlu ke sini untuk menjemput. Besok kita bertemu di apartemenku saja,” kata Alexa, ia tidak ingin kejadian malam ini terulang besok jika papanya melihat Dave.

“Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang.” Dave mengusap pucuk kepala Alexa sekilas kemudian melangkah menjauh.

Alexa memperhatikan Dave yang masuk mobil, kemudian mengemudikan mobil itu hingga hilang dari penglihatan Alexa. Helaan napasnya terdengar berat, ia kembali masuk rumah. Langkahnya mendekat pada pintu kamar Alan dan berhenti di depannya.

“Pa, buka pintunya.” Pintu kayu itu diketuk Alexa beberapa kali hingga suara kunci terdengar menandakan kini pintu tidak lagi terkunci.

Alexa masuk ke kamar Alan, suasananya tidak berubah. Setiap benda milik Xania yang berada di kamar ini masih tetap sama. Alexa melihat Alan yang berdiri menghadap jendela.

“Jauhi dia!” ucap Alan tegas.

Alexa bertanya, “But why?”

“Orang tuanya yang telah membunuh mama kamu.”

•To Be Continued•

Related chapters

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 3 | Reveal Secrets

    “Orang tuanya yang telah membunuh mama kamu.” Alan berkata tenang namun pembuluh darah yang terlihat tegang di lehernya menandakan amarah yang tertahankan. Pada akhirnya, Alan telah membeberkan fakta kematian Xania pada Alexa. Alexa tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, karena apa yang dikatakan Alan tidak pernah terpikirkan olehnya. Mamanya dibunuh? Dan pembunuhnya orang tua kekasihnya? Tapi ... saat itu Alan memberitahunya kalau Xania— “Mama kamu bukan meninggal akibat kecelakaan. Maafkan Papa yang telah merahasiakan hal ini,” tutur Alan seakan sadar arah pikiran Alexa saat ini. Alan membalikkan badan, melangkah mendekati putri satu-satunya yang berdiri mematung dengan tatapan tidak percaya. Mata Alan menatap lekat manik mata cokelat Alexa yang sama persis seperti milik Xania dan sekarang Alan merasa menyesal telah memberitahu Alexa tentang kematian Xania. Salah satu pesan yang dikatakan Xania sebelum pergi untuk selamanya ialah jangan pernah memberit

    Last Updated : 2022-02-03
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 4 | Journey

    Pukul tiga sore Alexa pergi dari Andover untuk kembali ke London. Sekarang ia sedang berada di apartemennya mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan nanti malam untuk bertemu keluarga Dave. Ia yang sibuk mencari pakaian yang cocok dari dalam lemarinya terus diganggu dengan ocehan Dave ditelepon. “Alexa, kalau masalah kemarin masih mengganggu pikiranmu tidak apa jika pertemuan hari ini ditunda dulu. Aku akan bilang pada oma dan paman—“ ucapan Dave terpotong oleh Alexa. “I'm fine, Dave. Aku sudah menunggu hari ini untuk bertemu keluargamu. Sudah ya, telepon aku lagi kalau kamu sudah sampai apartemen, bye!” Ponselnya dilempar asal ke atas kasur. Alexa memutuskan panggilan sepihak, kalau tidak segera diakhiri bisa-bisa Dave tidak akan berhenti berbicara. Pengertian sih boleh tapi jangan berlebihan, contohnya Dave. Dave itu tipikal laki-laki yang bicara sepentingnya saja saat banyak orang namun ketika berdua dengan Alexa, Dave akan membicarakan banyak hal. Tanpa

    Last Updated : 2022-03-06
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 5 | Approve?

    “Oma, Paman ini Alexa. Alexa, ini Oma dan Pamanku,” tutur Dave mengenalkan siapa kedua orang yang berdiri di hadapannya kini pada Alexa. “Cantik,” gumam Alexa tanpa sadar melihat wajah wanita tua di depannya. Walaupun sudah berumur tidak dapat dipungkiri kalau wanita tua yang Dave kenalkan sebagai Omanya sangatlah cantik dan elegan. “Hm? Kamu bilang apa Alexa?” tanya Oma yang menyadari kalau Alexa sempat mengatakan sesuatu namun terdengar samar olehnya. “Ah, bukan apa-apa. Kenalkan namaku Alexa, Oma,” sapa Alexa melebarkan senyumnya. Kini ia beralih menatap pria di samping Oma Dave. “Paman, aku Alexa.” Martha Edwards itulah nama wanita tua pemilik mansion mewah ini. Senyumannya begitu tulus sejak ia melihat Alexa yang jalan beriringan bersama cucunya, Dave. Saat pertama kali mendengar kalau cucunya itu memiliki kekasih, Martha sangat senang. Tentu kesenangannya bertambah ketika Dave mengatakan akan mengenalkan kekasihnya itu pada Martha. Dan mal

    Last Updated : 2022-03-07
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 6 | A Video

    Waktu menunjukkan pukul sebelas siang, Alexa kini tengah sibuk membersihkan apartemennya. Ia membersihkan bagian karpet dan sofa menggunakan pembersih debu. Sesekali ia bersenandung kemudian mendadak tersenyum kecil mengingat pertemuan kemarin malam yang membuatnya senang. Martha yang menyambutnya dengan hangat dan merestui hubungan dirinya dengan Dave sangat membekas di hatinya. Senyumannya memudar ketika mendengar suara bel yang ditekan berulang-ulang seperti tergesa-gesa. Alexa melihat siapa tamu yang datang melalui monitor di samping pintu. Keningnya berkerut samar melihat Dave berdiri di depan pintu apartemennya. Alexa membukakan pintu untuk Dave. “Dave? Ada apa ke sini?” tanya Alexa, kemudian menyuruh kekasihnya itu untuk masuk ke apartemennya. “Alexa jelaskan maksud dari perbuatan papa kamu!” pinta Dave, kilatan matanya terlihat serius dan itu membuat Alexa bingung. “Jelaskan? Jelaskan apa, Dave?” Alexa bertanya untuk meminta

    Last Updated : 2022-03-13
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 7 | That Day

    FLASHBACK ON Satu tahun lalu. Seorang pria paruh baya tengah berdiri menghadap jendela dengan ponsel yang di dekatkan ke telinga kanan. Aroma roti dari dalam etalase kaca memenuhi ruangan sebuah toko roti. Ujung matanya berkerut seiring senyuman yang semakin mengembang. Dia adalah Alan Smith, seorang pria sekaligus seorang ayah yang memiliki sifat hangat dan penyayang. Ia tertawa pelan mendengar lelucon putrinya di telepon. “Apakah tidak masalah jika Papa tidak menjenguk oma?” tanya Alan sedikit khawatir. Saat ini putrinya, Alexa Smith sedang pergi ke kota lain untuk menjenguk sang nenek. Lebih tepatnya, nenek Alexa yang ingin dijenguk oleh cucu satu-satunya itu. Alexa yang selama ini disibukkan dengan kegiatan kuliah tidak ada waktu untuk menemui neneknya. Dan kini ia sedang libur kuliah membuat Alexa tidak dapat menolak permintaan neneknya. “Ha ha ha, tentu saja tidak. Bahkan, oma berkata pada Alexa kalau dia bosan dijenguk oleh Papa terus,”

    Last Updated : 2022-03-16
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 8 | Complicated

    Alexa mengusap air matanya kemudian menatap bangunan bergaya klasik victorian yang menjadi tempat tinggal paling nyaman di hidupnya. Ia melangkah masuk untuk mematikan seluruh lampu di setiap ruangan, mematikan tungku perapian juga, entah sampai kapan rumah ini akan merasakan dingin. Setelah itu, Alexa pergi menuju toko roti yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Tulisan Smith's Bakery yang tertera di jendela bangunan dilihatnya sekilas sebelum memasuki toko roti. Alexa mendekati lemari kayu yang berada di pojok ruangan lalu membukanya. Masih ada beberapa syal yang terlipat rapi di dalam lemari, Alexa mengambilnya satu. Air matanya kembali luruh, bukan karena perihal Alan melainkan rasa rindunya pada sang mama. Ia telah ditinggalkan oleh Xania untuk selamanya, kabar duka itu datang saat Alexa tengah berkunjung ke kota lain untuk menjenguk omanya. Setelah kematian Xania, satu bulan kemudian omanya juga menyusul. Alexa tersenyum getir, pada akhirnya ia hanya dapat bergan

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 9 | Trying To Help

    Alexa kembali ke apartemen dengan keadaan yang memprihatinkan. Tubuhnya terlihat lemas karena seharian ini ia belum sempat makan sesuatu. Alexa terduduk di sofa memandangi foto dirinya dan kedua orang tuanya yang menggantung di dinding. Kepalanya mendadak berat mengingat kejadian hari ini belum lagi matanya yang sembap karena banyak menangis. Suara bel apartemen terdengar memecah suasana hening di ruang tamunya. Alexa bangkit untuk membukakan pintu setelah sebelumnya melihat siapa tamu yang datang melalui monitor. Sahabatnya, Elena White dan pacarnya, Edgar Wilson datang menemui Alexa. Ia mempersilakan keduanya masuk. “Alexa, what happened? (Alexa, apa yang terjadi?)” tanya Elena yang menyadari raut wajah sahabatnya ini. “You don't look fine. (Kamu tidak terlihat baik-baik saja)” Edgar yang mendengar perkataan kekasihnya langsung memandang Alexa yang terduduk di sebelah Elena. Edgar juga mendadak penasaran dengan apa yang terjadi pada Alexa. Ia da

    Last Updated : 2022-03-24
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 10 | Find It!

    Dua jam yang lalu. Rumah dua lantai bergaya Eropa klasik berdiri kokoh di halaman yang luas. Fasad batu alam menjadi material utama untuk mempercantik tampilan bangunan. Di atap sebelah kiri terdapat cerobong asap yang mengeluarkan asap sisa pembakaran kayu di perapian. Walau hanya dua lantai desain rumah ini terlihat tampak megah karena memiliki langit-langit atap yang tinggi dan jendela-jendela besar dengan jenis double-hung yang berguna sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Seorang pemuda memarkirkan mobilnya tepat di pekarangan rumah. Dirinya berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama. Di samping tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua terdapat pintu kayu yang menjadi tujuannya. Pemuda itu adalah Edgar yang sekarang tengah sibuk menggerakkan knop pintu untuk membukanya, namun tidak membuahkan hasil, pintunya terkunci. Edgar menggaruk tengkuknya melihat sebuah wadah anyaman yang berisi kunci-kunci di atas meja samping pintu. Entah ada berapa ku

    Last Updated : 2022-03-27

Latest chapter

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 19 | Dove Keychain

    “Kamu ingat kejadian tahun lalu?”Mata Alexa menatap Mike dengan harapan anak laki-laki itu tahu sesuatu. Uraian kejadian tahun lalu mungkin terjadi di hadapan Mike dan Mary. Alexa percaya kalau anak kecil memiliki daya ingat yang kuat, mereka bisa menangkap memori yang mereka alami.Beberapa saat kemudian Mike menganggukkan kepala, “Aku ingat.”Napas Alexa yang terasa tercekat karena menunggu jawaban anak laki-laki di hadapannya kini berangsur lega. Ia meminta Mike menceritakan sesuatu yang terjadi di musim dingin tahun lalu.“Apakah kamu bisa menceritakannya?” tanya Alexa.Mike kembali mengangguk, “Waktu itu, aku dan Mary ada di sana.” Jari telunjuk Mike menunjuk ke arah bangku panjang yang berada di depan Moore’s Boutique.“Paman pemilik toko roti—”Alexa menghentikan ucapan Mike, “Kamu bisa memanggilnya paman Alan.”“Baiklah,” sa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 18 | Mike & Mary

    Alexa memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah, seperti permintaan Alan agar Alexa mengunjungi rumah sesekali. Jadi, di sinilah ia sekarang, tengah membuka pintu utama menggunakan kunci yang ia punya. Hawa dingin menyerbunya saat pintu terbuka. Alexa mendekati tungku perapian untuk menyalakan kembali api yang sempat ia padamkan sebelum pergi dari rumah.Ia memakai sarung tangan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya, Alexa membersihkan abu yang berada di tungku perapian sebelum meletakan kayu bakar di sana. Api mulai merambat pada kayu yang diletakkan menyilang. Alexa memastikan kobaran api ditungku tidak terlalu besar setelah itu menyimpan kembali sarung tangan yang telah ia lepaskan.Alexa memandang pigura besar berisi potret Alan, Xania dan dirinya. Ia sangat bersyukur lahir di keluarga dengan orang tua yang menyayanginya begitu tulus. Mereka merawat Alexa penuh kasih sayang, mengajarkan Alexa tentang dunia. Seketika Alexa merasa merindukan kebersa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 17 | Chrysanthemum Flower

    “Kalau begitu, aku akan mengunjungi apartemenmu setiap hari.” Mata Alexa melebar mendengar perkataan yang dilontarkan Willy. Pemuda dengan gaya rambut spike itu melebarkan senyuman di wajah hingga terlihat deretan gigi putihnya. Satu pertanyaan yang muncul di pikiran Alexa, apakah Willy tidak memiliki kegiatan lain selain mengurusi hidup Alexa? “Tidak per—” ucapan Alexa terpotong oleh Grace yang tiba-tiba berbicara. “Ya, itu bagus, Alexa,” ujar Grace menghadap Alexa sepenuhnya. “Willy akan memastikan kamu aman setiap harinya.” Grace tertawa cekikikan, Alexa membalasnya dengan suara tawa yang terdengar dipaksakan. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dan bergumam dalam hati. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini, mengapa mereka begitu overprotective terhadap dirinya? “Alexa, karena kamu ada di sini, Tante ingin mengajakmu melihat taman hias yang Tante rawat. Kamu mau, kan, Sayang?” tanya Grace. “Ah, tentu saja aku mau, Tante.” Alex

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 16 | News Of Death

    FLASHBACK ON Alan memeluk Xania begitu erat, ia tidak bisa berhenti menangis. Senyuman Xania tadi pagi teringat di benaknya. Alan tidak pernah menyangka kalau itu menjadi senyuman terakhir wanita yang dicintainya. Bahunya bergetar, sesuatu seperti mengimpit dadanya, terasa begitu sesak. Siapa yang tega melakukan hal sekejam ini pada istrinya. Xania bukanlah orang yang senang mencari musuh, justru ia lebih sering mengalah untuk menghindari pertengkaran. Suara rintihan kesakitan beberapa saat lalu masih terekam jelas di indra pendengarannya. Jika menukar nyawa itu bisa, Alan akan menukar nyawanya dengan Xania. Ia yang akan menanggung semua rasa sakit istrinya. Alan menatap wajah Xania, terlihat menenangkan. Xania terlihat sedang tertidur dan Alan harap Xania hanya tertidur. Alan ingin bangun, ia ingin bangun dari mimpi buruk ini. “Di sini!” seorang petugas polisi berteriak memberitahu pada anggota yang lain keberadaan orang yang mereka cari. Ala

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 15 | Anderson Family

    “Willy?” panggil Alexa. Pemuda jangkung bernama lengkap Willy Anderson itu menoleh kemudian berdiri tegap. Ia tersenyum memesona dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana jeans. Pemuda dengan lensa mata biru itu menatap lekat Alexa yang berhenti di hadapannya. “Alexa ... ” ucapannya menggantung, kedua tangannya yang hangat menangkup pipi Alexa secara tiba-tiba. “Kamu sakit?” Alexa menjauhkan tangan Willy dari pipinya. Ia kurang nyaman dengan tindakan yang dilakukan Willy barusan. Alexa tersenyum kaku kemudian membalas ucapan Willy, “Aku baik-baik saja.” “Ada keperluan apa kamu ke apartemenku?” tanya Alexa. “Papa ingin bertemu denganmu, Alexa,” imbuh Willy tatapan matanya tidak beralih sedetik pun dari Alexa. “Mengapa tidak menelepon saja? Jadi, kamu tidak perlu repot ke sini.” Alexa sudah salah bertanya, karena setelah ini Willy pasti memberikan jawaban yang membuatnya semakin tidak nyaman. “Tidak masalah. Memangnya salah

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 14 | Meet Alan

    Alexa mengendarai mobilnya keluar dari basemen apartemen. Hari ini, ia akan ke Andover menjenguk papanya di kantor polisi Hampshire. Ia harus memastikan kondisi Alan baik-baik saja. Perempuan berusia 22 tahun itu memfokuskan pandangannya ke depan, Alexa mengendarai mobilnya hati-hati karena jalanan hari ini lumayan licin akibat salju yang turun semalam. Matanya melirik panggilan telepon di head unit mobil yang sudah tersambung dengan ponsel pintarnya. Ia menjawab panggilan dari Elena tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap ke depan. “Ada apa, Elena?” tanya Alexa setelah panggilan tersambung. “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengajakmu ke kafe biasa. Mau, kan?” sahut Elena suaranya terdengar memelas. “Tentu. Tapi, setelah aku menjenguk papa,” jawab Alexa menyetujui. “Ah, kamu sedang menjenguk paman Alan?” Kali ini nada suara Elena terdengar merasa bersalah. Mungkin Elena berpikir kalau dirinya telah mengganggu Alexa yang tengah berbincan

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 13 | Find Something

    “ALEXA!” suara Elena yang berteriak membuat Alexa dan Dave saling tatap. “Kita ke dalam,” ujar Alexa diangguki Dave. Mereka berdua menghampiri Elena dan Edgar di ruang tengah. Beberapa koran berserakan di atas meja. Alexa mengambil duduk di sebelah Elena kemudian bertanya mengenai teriakan Elena tadi, “Ada apa?” “Lihat ini!” Elena memperlihatkan salah satu berita di koran pada Alexa. Perempuan berambut pirang yang duduk di sebelah Alexa ini melebarkan senyumannya. “Ternyata di pusat perbelanjaan Victorious ada satu toko yang menjual berbagai aksesoris wanita dari seluruh dunia. Aku sudah beberapa kali pergi ke pusat perbelanjaan itu tapi aku tidak pernah tahu ada hal seperti itu,” sambungnya dengan raut wajah berubah cemberut. Elena ini sangat fanatik dengan hal berbau fashion, make-up, aksesoris dan hal lainnya yang berhubungan dengan wanita. Alexa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Elena, aku pikir kamu berteriak tadi k

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 12 | Apology

    Pagi ini, suhu di kota London menunjukkan angka tujuh derajat celcius. Seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel agar lebih hangat. Sebuah tas hitam tersampir di kedua bahunya yang lebar. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat mobil yang ia kenali terparkir di basemen apartemen. Mendekati mobil tersebut lalu mengetuk kaca mobil sebelah kiri. “Edgar?” gumam pemuda pemilik mobil yang terduduk di kursi kemudi. Ia menurunkan jendela mobil, menampakkan wajah pada Edgar yang berdiri di luar mobilnya. “Dave, sedang apa kamu di sini?” tanya Edgar pada pemuda seusianya. “Sorry, maksudku, mengapa di sini dan tidak ke unit Alexa?” Edgar mundur beberapa langkah karena Dave akan keluar dari mobil. Mereka kini saling berhadapan, Edgar mengernyitkan dahi melihat air muka Dave yang terlihat kurang tidur. Tidak aneh sebenarnya, ini pasti karena kejadian kemarin. Keadaan Alexa ataupun Dave sama-sama terlihat me

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 11 | At That Time

    FLASHBACK ON Alan tersenyum, “Papa juga bangga padamu, Sayang.” “Sudah dulu ya, Pa, oma memanggilku. Oma ingin aku menemaninya minum teh,” tutur Alexa. “Baiklah, sampaikan salam Papa pada oma. Katakan padanya jangan terlalu banyak menambahkan gula ke dalam teh,” sahut Alan. “Aku akan menyampaikan pesanmu padanya, Tuan Smith,” canda Alexa dengan memanggil nama Alan dengan formal. Alan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Alexa. Ia berencana mengunjungi wanita yang telah melahirkannya besok, Alan juga akan mengajak Xania untuk ikut bersamanya. Ibunya, Xania dan Alexa entah mengapa sangat cocok jika disatukan, mereka seperti teman seumuran yang membicarakan banyak hal saat bertemu. Tetapi hal itulah yang membuatnya bahagia. Suasana hangat dan tenang di toko rotinya membuat Alan teringat pada kedua anak yang baru ia temui beberapa saat lalu. Mike dan Mary, mereka berdua tengah melahap roti pemberiannya. Mereka ter

DMCA.com Protection Status