Share

BAB 6 | A Video

Penulis: skynnsa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-13 19:18:37

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang, Alexa kini tengah sibuk membersihkan apartemennya. Ia membersihkan bagian karpet dan sofa menggunakan pembersih debu. Sesekali ia bersenandung kemudian mendadak tersenyum kecil mengingat pertemuan kemarin malam yang membuatnya senang. Martha yang menyambutnya dengan hangat dan merestui hubungan dirinya dengan Dave sangat membekas di hatinya.  

Senyumannya memudar ketika mendengar suara bel yang ditekan berulang-ulang seperti tergesa-gesa. Alexa melihat siapa tamu yang datang melalui monitor di samping pintu. Keningnya berkerut samar melihat Dave berdiri di depan pintu apartemennya. Alexa membukakan pintu untuk Dave.

“Dave? Ada apa ke sini?” tanya Alexa, kemudian menyuruh kekasihnya itu untuk masuk ke apartemennya. 

“Alexa jelaskan maksud dari perbuatan papa kamu!” pinta Dave, kilatan matanya terlihat serius dan itu membuat Alexa bingung.

“Jelaskan? Jelaskan apa, Dave?” Alexa bertanya untuk meminta sebuah kejelasan atas perkataan Dave barusan. Namun, intonasi suara Dave yang meninggi membuatnya semakin tidak mengerti.

“Apa yang telah papa kamu lakukan?!” tanya Dave, matanya menatap tajam Alexa dengan rahang yang ikut mengeras.

“Aku tidak mengerti, coba jelaskan maksud dari perkataanmu dan apa yang telah papaku lakukan,” tutur Alexa.

Dave tidak kunjung menjawab, Alexa yang sadar dengan kilatan kemarahan di raut wajah Dave hendak mengusap lengannya untuk meredakan amarah pemuda di hadapannya. Namun, belum sempat menyentuhnya Dave menangkis tangan Alexa seolah tak ingin disentuh.

Ponsel Alexa berdering panjang menandakan panggilan masuk. Ia mengambil ponselnya di dekat televisi ternyata Elena yang menelepon. Alexa menggeser dial merah memilih tidak menjawab panggilan Elena karena Alexa merasa situasi sekarang sedang serius. Ia kembali menatap Dave yang juga tengah menatapnya.

“Papamu ... membunuh orang tuaku, Alexa!” bentak Dave, mencengkeram kedua bahu Alexa.

Deg. Bola matanya membulat, Alexa menggeleng kepala tanpa sadar. Itu tidak mungkin, papanya tidak mungkin membunuh seseorang apalagi orang tua Dave. Alexa kenal betul sifat Alan seperti apa, tidak, itu tidak mungkin!

Plak. Alexa menampar Dave, ia kemudian berkata tegas, “Kamu keterlaluan Dave, papaku tidak mungkin membunuh orang tuamu. Jaga bicaramu!”

Dave mengeluarkan ponsel dari saku celananya, kemudian memperlihatkan sebuah video kepada Alexa. Dalam video itu terdapat dua mobil, satu mobil yang tidak Alexa ketahui milik siapa dan satu lagi mobil milik Alan karena merek, warna dan plat nomornya sama seperti milik papanya itu. Alexa menoleh pada Dave meminta kejelasan.

“Ini mobil papamu, bukan?” tanya Dave.

“Ya,” jawab Alexa singkat.

“Dan yang putih adalah mobil orang tuaku. Lihat video itu hingga selesai, Alexa!” perintah Dave.

Alexa menurutinya, kini ia kembali menatap layar ponsel Dave yang menampilkan video tadi. Terlihat di video, mobil Alan terus menyerempet mobil orang tua Dave yang dikendarai oleh Dean. Mobil Alan menghantam keras mobil yang berisikan Dean dan Vega dari sisi kiri bagian belakang hingga mobil Dean hilang kendali dan menabrak pembatas jalan lalu terguling beberapa kali setelahnya karena kontur tanah yang menurun. Mobil Alan terlihat berhenti sebentar setelah melihat apa yang dilakukannya, kemudian pergi meninggalkan tempat kejadian.

Alexa menutup mulut tidak percaya, apa yang dilihatnya tidaklah mungkin. Alan tidak mungkin melakukan hal sekeji itu. Alexa mendongak menatap Dave yang lebih tinggi darinya.

“Sudah jelas bukan?! Papamu yang menyebabkan kedua orang tuaku meninggal!” Dave kembali berbicara masih dengan emosi yang sama.

“Itu tidak mungkin, Dave. Papaku tidak mungkin melakukan itu.” Alexa dengan pendiriannya bahwa Alan tidak bersalah membuat Dave semakin murka.

“Bukankah sudah terbukti kalau mobilnya persis dengan milik papamu?!” bentak Dave.

“Ya, tapi itu belum tentu mobil papaku, Dave,” sahutnya.

“Apanya yang belum tentu?! Aku melihat sendiri dengan mataku Alexa, saat datang ke rumahmu aku melihat plat mobil papamu dan di video ini plat mobilnya sama dengan milik papamu!” kesal Dave yang hilang kendali.

Dave tidak pernah semarah ini, jika Alexa membuat kesalahan pun Dave tidak pernah sampai membentaknya. Alexa akan menelepon Alan karena ia tiba-tiba merasa khawatir dengan papanya. Namun ternyata, ada satu nomor tidak dikenal mengirimkannya pesan yang berisi video. Video yang sama seperti yang Dave perlihatkan pada Alexa, sekarang Alexa tahu dari mana Dave mendapatkan video itu.

Alexa segera menelepon Alan, namun papanya itu tidak menjawab. Hatinya semakin khawatir, satu yang harus ia lakukan sekarang terlintas di pikirannya. Alexa harus ke Andover, ke rumah Alan.

Kunci mobil yang berada di atas meja diambilnya. Ia menatap Dave sebentar lalu mengatakan, “Aku akan ke rumah papa.”

“Aku ikut!” ucap Dave.

Alexa menggelengkan kepala, “Tidak, Dave biar aku sendiri saja.”

“Aku ikut, Alexa! Semua ini bersangkutan dengan kedua orang tuaku!” seru Dave.

“Ya, aku tahu! Tapi tolong, biar aku saja sendiri yang menemui papa. Please ... ”

Alexa harus segera pergi, alasan Alexa tidak ingin Dave ikut karena ia takut Alan dan Dave membuat keributan di sana. Terutama masalah video itu, Dave pasti akan meminta penjelasan dari Alan. Alexa yakin Alan tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa mengenai video itu dan jika Dave bertanya tentu saja Alan menolak menjawab dan mengelak karena Alan tidak bersalah. Tapi bagaimana dengan video itu yang bisa saja jadi bukti yang membuat Dave yakin Alan bersalah.

Dengan beberapa kali perdebatan akhirnya Alexa berhasil pergi sendiri. Ia melajukan mobilnya secepat yang ia bisa, namun jalanan tidak berpihak padanya. Alexa harus beberapa kali mencari jalan yang sepi agar mobilnya tidak terjebak macet.

Alexa sampai di Andover lebih lama, jarak yang seharusnya dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih satu setengah jam kini menjadi dua jam. Mobilnya berhenti perlahan-lahan, ia bingung melihat beberapa orang berada di pekarangan rumahnya. Matanya membulat, Alexa segera keluar dari mobil ketika ia melihat mobil polisi di pekarangan rumah.

Ia berlari cepat saat melihat papanya digiring oleh dua polisi dengan kedua tangan yang diborgol. Apa maksudnya semua ini?

“Papa!” teriak Alexa membuat langkah Alan terhenti. “What does this mean? (Apa maksudnya ini?)”

Alexa menatap wajah Alan yang tidak menunjukkan reaksi untuk berbicara. Ini pasti masalah video itu, yang Alexa pikiran sekarang kemungkinan besar seseorang telah menuntut Alan mengenai video kecelakaan satu tahun lalu.

“Nona, Mr. Smith dituntut atas penyebab kecelakaan mobil Mr. Edwards dan istrinya. Ini surat penangkapan Mr. Smith.” Salah satu polisi menunjukkan surat penangkapan Alan.

“Tidak, papaku tidak bersalah!” cegah Alexa karena kedua polisi tersebut akan menggiring Alan masuk ke dalam mobil polisi.

“Tolong kerja samanya, Nona. Kami harus membawa Mr. Smith,” tutur polisi.

“Pa?” ucap Alexa lirih.

Alan tersenyum hangat, “Jangan sampai sakit ya, Sayang.” Ia menganggukkan kepala sekali bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“Alexa akan mencari bukti kalau papa tidak bersalah!” serunya sebelum Alan benar-benar masuk mobil.

Mobil polisi melaju menjauh pekarangan rumah. Beberapa orang yang tinggal di dekat rumah Alan menatap Alexa iba. Mereka berangsur-angsur menjauh dari kediaman keluarga Smith.

Alexa berjongkok kemudian menundukkan kepala melepas tangisannya. Ia harus melakukan sesuatu!

***

Pria dengan setelan rapi melempar ipad di tangannya ke meja setelah menyaksikan sebuah video yang dikirim dari orang tidak dikenal. Ia menggeram kesal, membalikkan badan menghadap sekretarisnya yang berdiri satu setengah meter darinya.

“Kamu bilang tidak ada cctv di tempat itu! Lalu video ini kenapa bisa ada?!” bentaknya pada sang sekretaris, orang yang ia percayakan selama ini.

“Maaf, Tuan,” ucapnya lirih.

“Lacak lokasi nomor yang mengirimkan video itu!” perintahnya.

“Baik, Tuan,” imbuh sang sekretaris membungkuk hormat.

“Dan satu lagi, awasi Alexa Smith. Laporkan padaku setiap pergerakannya,” nada suaranya kembali normal, ia menyunggingkan senyuman smirk. Berbagai rencana mulai tersusun di benaknya.

•To Be Continued•

Bab terkait

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 7 | That Day

    FLASHBACK ON Satu tahun lalu. Seorang pria paruh baya tengah berdiri menghadap jendela dengan ponsel yang di dekatkan ke telinga kanan. Aroma roti dari dalam etalase kaca memenuhi ruangan sebuah toko roti. Ujung matanya berkerut seiring senyuman yang semakin mengembang. Dia adalah Alan Smith, seorang pria sekaligus seorang ayah yang memiliki sifat hangat dan penyayang. Ia tertawa pelan mendengar lelucon putrinya di telepon. “Apakah tidak masalah jika Papa tidak menjenguk oma?” tanya Alan sedikit khawatir. Saat ini putrinya, Alexa Smith sedang pergi ke kota lain untuk menjenguk sang nenek. Lebih tepatnya, nenek Alexa yang ingin dijenguk oleh cucu satu-satunya itu. Alexa yang selama ini disibukkan dengan kegiatan kuliah tidak ada waktu untuk menemui neneknya. Dan kini ia sedang libur kuliah membuat Alexa tidak dapat menolak permintaan neneknya. “Ha ha ha, tentu saja tidak. Bahkan, oma berkata pada Alexa kalau dia bosan dijenguk oleh Papa terus,”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 8 | Complicated

    Alexa mengusap air matanya kemudian menatap bangunan bergaya klasik victorian yang menjadi tempat tinggal paling nyaman di hidupnya. Ia melangkah masuk untuk mematikan seluruh lampu di setiap ruangan, mematikan tungku perapian juga, entah sampai kapan rumah ini akan merasakan dingin. Setelah itu, Alexa pergi menuju toko roti yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Tulisan Smith's Bakery yang tertera di jendela bangunan dilihatnya sekilas sebelum memasuki toko roti. Alexa mendekati lemari kayu yang berada di pojok ruangan lalu membukanya. Masih ada beberapa syal yang terlipat rapi di dalam lemari, Alexa mengambilnya satu. Air matanya kembali luruh, bukan karena perihal Alan melainkan rasa rindunya pada sang mama. Ia telah ditinggalkan oleh Xania untuk selamanya, kabar duka itu datang saat Alexa tengah berkunjung ke kota lain untuk menjenguk omanya. Setelah kematian Xania, satu bulan kemudian omanya juga menyusul. Alexa tersenyum getir, pada akhirnya ia hanya dapat bergan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 9 | Trying To Help

    Alexa kembali ke apartemen dengan keadaan yang memprihatinkan. Tubuhnya terlihat lemas karena seharian ini ia belum sempat makan sesuatu. Alexa terduduk di sofa memandangi foto dirinya dan kedua orang tuanya yang menggantung di dinding. Kepalanya mendadak berat mengingat kejadian hari ini belum lagi matanya yang sembap karena banyak menangis. Suara bel apartemen terdengar memecah suasana hening di ruang tamunya. Alexa bangkit untuk membukakan pintu setelah sebelumnya melihat siapa tamu yang datang melalui monitor. Sahabatnya, Elena White dan pacarnya, Edgar Wilson datang menemui Alexa. Ia mempersilakan keduanya masuk. “Alexa, what happened? (Alexa, apa yang terjadi?)” tanya Elena yang menyadari raut wajah sahabatnya ini. “You don't look fine. (Kamu tidak terlihat baik-baik saja)” Edgar yang mendengar perkataan kekasihnya langsung memandang Alexa yang terduduk di sebelah Elena. Edgar juga mendadak penasaran dengan apa yang terjadi pada Alexa. Ia da

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 10 | Find It!

    Dua jam yang lalu. Rumah dua lantai bergaya Eropa klasik berdiri kokoh di halaman yang luas. Fasad batu alam menjadi material utama untuk mempercantik tampilan bangunan. Di atap sebelah kiri terdapat cerobong asap yang mengeluarkan asap sisa pembakaran kayu di perapian. Walau hanya dua lantai desain rumah ini terlihat tampak megah karena memiliki langit-langit atap yang tinggi dan jendela-jendela besar dengan jenis double-hung yang berguna sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Seorang pemuda memarkirkan mobilnya tepat di pekarangan rumah. Dirinya berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama. Di samping tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua terdapat pintu kayu yang menjadi tujuannya. Pemuda itu adalah Edgar yang sekarang tengah sibuk menggerakkan knop pintu untuk membukanya, namun tidak membuahkan hasil, pintunya terkunci. Edgar menggaruk tengkuknya melihat sebuah wadah anyaman yang berisi kunci-kunci di atas meja samping pintu. Entah ada berapa ku

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-27
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 11 | At That Time

    FLASHBACK ON Alan tersenyum, “Papa juga bangga padamu, Sayang.” “Sudah dulu ya, Pa, oma memanggilku. Oma ingin aku menemaninya minum teh,” tutur Alexa. “Baiklah, sampaikan salam Papa pada oma. Katakan padanya jangan terlalu banyak menambahkan gula ke dalam teh,” sahut Alan. “Aku akan menyampaikan pesanmu padanya, Tuan Smith,” canda Alexa dengan memanggil nama Alan dengan formal. Alan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Alexa. Ia berencana mengunjungi wanita yang telah melahirkannya besok, Alan juga akan mengajak Xania untuk ikut bersamanya. Ibunya, Xania dan Alexa entah mengapa sangat cocok jika disatukan, mereka seperti teman seumuran yang membicarakan banyak hal saat bertemu. Tetapi hal itulah yang membuatnya bahagia. Suasana hangat dan tenang di toko rotinya membuat Alan teringat pada kedua anak yang baru ia temui beberapa saat lalu. Mike dan Mary, mereka berdua tengah melahap roti pemberiannya. Mereka ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 12 | Apology

    Pagi ini, suhu di kota London menunjukkan angka tujuh derajat celcius. Seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel agar lebih hangat. Sebuah tas hitam tersampir di kedua bahunya yang lebar. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat mobil yang ia kenali terparkir di basemen apartemen. Mendekati mobil tersebut lalu mengetuk kaca mobil sebelah kiri. “Edgar?” gumam pemuda pemilik mobil yang terduduk di kursi kemudi. Ia menurunkan jendela mobil, menampakkan wajah pada Edgar yang berdiri di luar mobilnya. “Dave, sedang apa kamu di sini?” tanya Edgar pada pemuda seusianya. “Sorry, maksudku, mengapa di sini dan tidak ke unit Alexa?” Edgar mundur beberapa langkah karena Dave akan keluar dari mobil. Mereka kini saling berhadapan, Edgar mengernyitkan dahi melihat air muka Dave yang terlihat kurang tidur. Tidak aneh sebenarnya, ini pasti karena kejadian kemarin. Keadaan Alexa ataupun Dave sama-sama terlihat me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-01
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 13 | Find Something

    “ALEXA!” suara Elena yang berteriak membuat Alexa dan Dave saling tatap. “Kita ke dalam,” ujar Alexa diangguki Dave. Mereka berdua menghampiri Elena dan Edgar di ruang tengah. Beberapa koran berserakan di atas meja. Alexa mengambil duduk di sebelah Elena kemudian bertanya mengenai teriakan Elena tadi, “Ada apa?” “Lihat ini!” Elena memperlihatkan salah satu berita di koran pada Alexa. Perempuan berambut pirang yang duduk di sebelah Alexa ini melebarkan senyumannya. “Ternyata di pusat perbelanjaan Victorious ada satu toko yang menjual berbagai aksesoris wanita dari seluruh dunia. Aku sudah beberapa kali pergi ke pusat perbelanjaan itu tapi aku tidak pernah tahu ada hal seperti itu,” sambungnya dengan raut wajah berubah cemberut. Elena ini sangat fanatik dengan hal berbau fashion, make-up, aksesoris dan hal lainnya yang berhubungan dengan wanita. Alexa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Elena, aku pikir kamu berteriak tadi k

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 14 | Meet Alan

    Alexa mengendarai mobilnya keluar dari basemen apartemen. Hari ini, ia akan ke Andover menjenguk papanya di kantor polisi Hampshire. Ia harus memastikan kondisi Alan baik-baik saja. Perempuan berusia 22 tahun itu memfokuskan pandangannya ke depan, Alexa mengendarai mobilnya hati-hati karena jalanan hari ini lumayan licin akibat salju yang turun semalam. Matanya melirik panggilan telepon di head unit mobil yang sudah tersambung dengan ponsel pintarnya. Ia menjawab panggilan dari Elena tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap ke depan. “Ada apa, Elena?” tanya Alexa setelah panggilan tersambung. “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengajakmu ke kafe biasa. Mau, kan?” sahut Elena suaranya terdengar memelas. “Tentu. Tapi, setelah aku menjenguk papa,” jawab Alexa menyetujui. “Ah, kamu sedang menjenguk paman Alan?” Kali ini nada suara Elena terdengar merasa bersalah. Mungkin Elena berpikir kalau dirinya telah mengganggu Alexa yang tengah berbincan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08

Bab terbaru

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 19 | Dove Keychain

    “Kamu ingat kejadian tahun lalu?”Mata Alexa menatap Mike dengan harapan anak laki-laki itu tahu sesuatu. Uraian kejadian tahun lalu mungkin terjadi di hadapan Mike dan Mary. Alexa percaya kalau anak kecil memiliki daya ingat yang kuat, mereka bisa menangkap memori yang mereka alami.Beberapa saat kemudian Mike menganggukkan kepala, “Aku ingat.”Napas Alexa yang terasa tercekat karena menunggu jawaban anak laki-laki di hadapannya kini berangsur lega. Ia meminta Mike menceritakan sesuatu yang terjadi di musim dingin tahun lalu.“Apakah kamu bisa menceritakannya?” tanya Alexa.Mike kembali mengangguk, “Waktu itu, aku dan Mary ada di sana.” Jari telunjuk Mike menunjuk ke arah bangku panjang yang berada di depan Moore’s Boutique.“Paman pemilik toko roti—”Alexa menghentikan ucapan Mike, “Kamu bisa memanggilnya paman Alan.”“Baiklah,” sa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 18 | Mike & Mary

    Alexa memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah, seperti permintaan Alan agar Alexa mengunjungi rumah sesekali. Jadi, di sinilah ia sekarang, tengah membuka pintu utama menggunakan kunci yang ia punya. Hawa dingin menyerbunya saat pintu terbuka. Alexa mendekati tungku perapian untuk menyalakan kembali api yang sempat ia padamkan sebelum pergi dari rumah.Ia memakai sarung tangan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya, Alexa membersihkan abu yang berada di tungku perapian sebelum meletakan kayu bakar di sana. Api mulai merambat pada kayu yang diletakkan menyilang. Alexa memastikan kobaran api ditungku tidak terlalu besar setelah itu menyimpan kembali sarung tangan yang telah ia lepaskan.Alexa memandang pigura besar berisi potret Alan, Xania dan dirinya. Ia sangat bersyukur lahir di keluarga dengan orang tua yang menyayanginya begitu tulus. Mereka merawat Alexa penuh kasih sayang, mengajarkan Alexa tentang dunia. Seketika Alexa merasa merindukan kebersa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 17 | Chrysanthemum Flower

    “Kalau begitu, aku akan mengunjungi apartemenmu setiap hari.” Mata Alexa melebar mendengar perkataan yang dilontarkan Willy. Pemuda dengan gaya rambut spike itu melebarkan senyuman di wajah hingga terlihat deretan gigi putihnya. Satu pertanyaan yang muncul di pikiran Alexa, apakah Willy tidak memiliki kegiatan lain selain mengurusi hidup Alexa? “Tidak per—” ucapan Alexa terpotong oleh Grace yang tiba-tiba berbicara. “Ya, itu bagus, Alexa,” ujar Grace menghadap Alexa sepenuhnya. “Willy akan memastikan kamu aman setiap harinya.” Grace tertawa cekikikan, Alexa membalasnya dengan suara tawa yang terdengar dipaksakan. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dan bergumam dalam hati. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini, mengapa mereka begitu overprotective terhadap dirinya? “Alexa, karena kamu ada di sini, Tante ingin mengajakmu melihat taman hias yang Tante rawat. Kamu mau, kan, Sayang?” tanya Grace. “Ah, tentu saja aku mau, Tante.” Alex

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 16 | News Of Death

    FLASHBACK ON Alan memeluk Xania begitu erat, ia tidak bisa berhenti menangis. Senyuman Xania tadi pagi teringat di benaknya. Alan tidak pernah menyangka kalau itu menjadi senyuman terakhir wanita yang dicintainya. Bahunya bergetar, sesuatu seperti mengimpit dadanya, terasa begitu sesak. Siapa yang tega melakukan hal sekejam ini pada istrinya. Xania bukanlah orang yang senang mencari musuh, justru ia lebih sering mengalah untuk menghindari pertengkaran. Suara rintihan kesakitan beberapa saat lalu masih terekam jelas di indra pendengarannya. Jika menukar nyawa itu bisa, Alan akan menukar nyawanya dengan Xania. Ia yang akan menanggung semua rasa sakit istrinya. Alan menatap wajah Xania, terlihat menenangkan. Xania terlihat sedang tertidur dan Alan harap Xania hanya tertidur. Alan ingin bangun, ia ingin bangun dari mimpi buruk ini. “Di sini!” seorang petugas polisi berteriak memberitahu pada anggota yang lain keberadaan orang yang mereka cari. Ala

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 15 | Anderson Family

    “Willy?” panggil Alexa. Pemuda jangkung bernama lengkap Willy Anderson itu menoleh kemudian berdiri tegap. Ia tersenyum memesona dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana jeans. Pemuda dengan lensa mata biru itu menatap lekat Alexa yang berhenti di hadapannya. “Alexa ... ” ucapannya menggantung, kedua tangannya yang hangat menangkup pipi Alexa secara tiba-tiba. “Kamu sakit?” Alexa menjauhkan tangan Willy dari pipinya. Ia kurang nyaman dengan tindakan yang dilakukan Willy barusan. Alexa tersenyum kaku kemudian membalas ucapan Willy, “Aku baik-baik saja.” “Ada keperluan apa kamu ke apartemenku?” tanya Alexa. “Papa ingin bertemu denganmu, Alexa,” imbuh Willy tatapan matanya tidak beralih sedetik pun dari Alexa. “Mengapa tidak menelepon saja? Jadi, kamu tidak perlu repot ke sini.” Alexa sudah salah bertanya, karena setelah ini Willy pasti memberikan jawaban yang membuatnya semakin tidak nyaman. “Tidak masalah. Memangnya salah

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 14 | Meet Alan

    Alexa mengendarai mobilnya keluar dari basemen apartemen. Hari ini, ia akan ke Andover menjenguk papanya di kantor polisi Hampshire. Ia harus memastikan kondisi Alan baik-baik saja. Perempuan berusia 22 tahun itu memfokuskan pandangannya ke depan, Alexa mengendarai mobilnya hati-hati karena jalanan hari ini lumayan licin akibat salju yang turun semalam. Matanya melirik panggilan telepon di head unit mobil yang sudah tersambung dengan ponsel pintarnya. Ia menjawab panggilan dari Elena tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap ke depan. “Ada apa, Elena?” tanya Alexa setelah panggilan tersambung. “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengajakmu ke kafe biasa. Mau, kan?” sahut Elena suaranya terdengar memelas. “Tentu. Tapi, setelah aku menjenguk papa,” jawab Alexa menyetujui. “Ah, kamu sedang menjenguk paman Alan?” Kali ini nada suara Elena terdengar merasa bersalah. Mungkin Elena berpikir kalau dirinya telah mengganggu Alexa yang tengah berbincan

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 13 | Find Something

    “ALEXA!” suara Elena yang berteriak membuat Alexa dan Dave saling tatap. “Kita ke dalam,” ujar Alexa diangguki Dave. Mereka berdua menghampiri Elena dan Edgar di ruang tengah. Beberapa koran berserakan di atas meja. Alexa mengambil duduk di sebelah Elena kemudian bertanya mengenai teriakan Elena tadi, “Ada apa?” “Lihat ini!” Elena memperlihatkan salah satu berita di koran pada Alexa. Perempuan berambut pirang yang duduk di sebelah Alexa ini melebarkan senyumannya. “Ternyata di pusat perbelanjaan Victorious ada satu toko yang menjual berbagai aksesoris wanita dari seluruh dunia. Aku sudah beberapa kali pergi ke pusat perbelanjaan itu tapi aku tidak pernah tahu ada hal seperti itu,” sambungnya dengan raut wajah berubah cemberut. Elena ini sangat fanatik dengan hal berbau fashion, make-up, aksesoris dan hal lainnya yang berhubungan dengan wanita. Alexa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Elena, aku pikir kamu berteriak tadi k

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 12 | Apology

    Pagi ini, suhu di kota London menunjukkan angka tujuh derajat celcius. Seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel agar lebih hangat. Sebuah tas hitam tersampir di kedua bahunya yang lebar. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat mobil yang ia kenali terparkir di basemen apartemen. Mendekati mobil tersebut lalu mengetuk kaca mobil sebelah kiri. “Edgar?” gumam pemuda pemilik mobil yang terduduk di kursi kemudi. Ia menurunkan jendela mobil, menampakkan wajah pada Edgar yang berdiri di luar mobilnya. “Dave, sedang apa kamu di sini?” tanya Edgar pada pemuda seusianya. “Sorry, maksudku, mengapa di sini dan tidak ke unit Alexa?” Edgar mundur beberapa langkah karena Dave akan keluar dari mobil. Mereka kini saling berhadapan, Edgar mengernyitkan dahi melihat air muka Dave yang terlihat kurang tidur. Tidak aneh sebenarnya, ini pasti karena kejadian kemarin. Keadaan Alexa ataupun Dave sama-sama terlihat me

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 11 | At That Time

    FLASHBACK ON Alan tersenyum, “Papa juga bangga padamu, Sayang.” “Sudah dulu ya, Pa, oma memanggilku. Oma ingin aku menemaninya minum teh,” tutur Alexa. “Baiklah, sampaikan salam Papa pada oma. Katakan padanya jangan terlalu banyak menambahkan gula ke dalam teh,” sahut Alan. “Aku akan menyampaikan pesanmu padanya, Tuan Smith,” canda Alexa dengan memanggil nama Alan dengan formal. Alan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Alexa. Ia berencana mengunjungi wanita yang telah melahirkannya besok, Alan juga akan mengajak Xania untuk ikut bersamanya. Ibunya, Xania dan Alexa entah mengapa sangat cocok jika disatukan, mereka seperti teman seumuran yang membicarakan banyak hal saat bertemu. Tetapi hal itulah yang membuatnya bahagia. Suasana hangat dan tenang di toko rotinya membuat Alan teringat pada kedua anak yang baru ia temui beberapa saat lalu. Mike dan Mary, mereka berdua tengah melahap roti pemberiannya. Mereka ter

DMCA.com Protection Status