Home / Romansa / Perjuangan Cinta Kita / BAB 5 | Approve?

Share

BAB 5 | Approve?

Author: skynnsa
last update Last Updated: 2022-03-07 17:36:23

“Oma, Paman ini Alexa. Alexa, ini Oma dan Pamanku,” tutur Dave mengenalkan siapa kedua orang yang berdiri di hadapannya kini pada Alexa.

“Cantik,” gumam Alexa tanpa sadar melihat wajah wanita tua di depannya. Walaupun sudah berumur tidak dapat dipungkiri kalau wanita tua yang Dave kenalkan sebagai Omanya sangatlah cantik dan elegan.

“Hm? Kamu bilang apa Alexa?” tanya Oma yang menyadari kalau Alexa sempat mengatakan sesuatu namun terdengar samar olehnya. 

“Ah, bukan apa-apa. Kenalkan namaku Alexa, Oma,” sapa Alexa melebarkan senyumnya. Kini ia beralih menatap pria di samping Oma Dave. “Paman, aku Alexa.”

Martha Edwards itulah nama wanita tua pemilik mansion mewah ini. Senyumannya begitu tulus sejak ia melihat Alexa yang jalan beriringan bersama cucunya, Dave. Saat pertama kali mendengar kalau cucunya itu memiliki kekasih, Martha sangat senang. Tentu kesenangannya bertambah ketika Dave mengatakan akan mengenalkan kekasihnya itu pada Martha. Dan malam ini, hatinya kembali menghangat setelah sebelumnya sempat dingin karena kepergian Dean dan Vega.

“Saya Samuel Edwards.” Paman Dave mengenalkan dirinya pada Alexa.

“Makan malam telah siap, Nyonya,” ucap ketua pelayan wanita memberitahu pada Martha. Wenny Brown seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun yang diberikan kepercayaan oleh Martha sebagai ketua pelayan. Di mana tugasnya mengkoordinir segala sesuatu di mansion keluarga Edwards.

“Alexa, ayo kita makan malam!” ajak Martha pada Alexa.

Alexa mengikuti langkah Martha menuju ruang makan, diam-diam ia memperhatikan sekeliling ruangan yang membuat rasa kagumnya bertambah pada mansion ini. Setiap ornamen dibuat begitu detail, pemilihan furniture cenderung simple dan sederhana namun tampilannya terlihat mewah dengan tambahan aksesoris ruangan seperti porselen, patung, guci dan sebagainya.

“Adakah makanan kesukaanmu, Alexa?” tanya Martha setelah ia, Samuel, Dave dan Alexa duduk di tempatnya.

Alexa melihat satu persatu hidangan yang tersaji. Ia tersenyum pada Martha. “Ada Oma, ini!” tunjuknya pada sepiring hidangan scotch egg, yakni sajian telur rebus yang dibungkus dalam daging berlapis tepung panir yang kemudian telurnya akan di deep fry hingga crispy.

“Makanan kesukaanmu ternyata sama seperti Vega, ya,” ujar Martha yang ingat dengan makanan kesukaan mamanya Dave itu.

Mereka berempat menikmati makan malam dengan tenang. Sesekali Alexa mendapatkan pertanyaan dari Martha ataupun Samuel yang ia jawab apa adanya tanpa melebih-lebihkan bahkan jawaban Alexa kelewat sederhana. Seperti sekarang, Martha bertanya mengenai pekerjaan orang tua Alexa yang ia jawab dengan sederhana kalau papanya pemilik toko roti.

“Jadi, papamu memiliki toko roti?” tanya Martha sedikit terkejut.

“Iya, Oma,” jawabnya dengan senyuman. Entah kenapa Alexa hanya ingin Martha tahu kalau papanya seorang pemilik toko roti, yang bahkan sebenarnya lebih dari itu. Papanya pemilik Smith F&B Department lalu mamanya meninggalkan bisnis properti yang kini pengelolanya sahabat Alan yang tentunya atas persetujuan dari Alan.

Alexa ingin tahu setulus apa keluarga Dave terhadap dirinya yang hanya seorang anak pemilik toko roti. Ia boleh saja mencintai Dave dan Dave juga mencintainya namun, ketulusan keluarga lebih penting menurutnya karena keluarga yang tulus menerima ia apa adanya akan berdampak baik pada hubungan mereka.

“Berapa toko roti yang dimiliki papamu, Alexa?” tanya Martha lagi.

“Hanya satu, Oma. Papa membangun toko roti tidak jauh dari rumah kami,” Alexa menjawab tenang, ia siap jika keluarga Dave akan menentangnya. Dengan begitu, Alexa akan berusaha mempertahankan hubungannya dengan Dave. “Apakah ... Oma tidak merestui hubungan Alexa dengan Dave?” tanya Alexa, karena Martha tidak merespons ucapan sebelumnya.

Martha tersenyum penuh arti lalu berkata, “Mengapa berpikir begitu?”

“Alexa, kamu sangat rendah hati. Saya tahu siapa kamu sebenarnya,” kata Samuel ikut tersenyum.

Alexa terdiam untuk beberapa saat, ia melupakan fakta bahwa orang dari keluarga terpandang selalu memiliki koneksi dimana-mana. Samuel bisa saja mencari tahu asal usul dirinya sebelum Alexa menginjakkan kaki di rumah ini. Diam-diam ia mengedikkan bahu tidak begitu mempermasalahkan hal ini.

Makan malam dilanjutkan hingga selesai. Setelah istirahat beberapa menit, Martha mengajak Alexa untuk berkeliling. Martha membahas banyak hal dengan Alexa mulai dari tanaman kesukaannya, seperti apa kegiatan sehari-harinya dan bagaimana kondisinya pasca kepergian Dean dan Vega.

“Hidup Oma benar-benar terpuruk pada saat itu, Alexa,” ucapnya lirih mengingat kejadian satu tahun lalu.

“Kalau Alexa boleh tahu, apa penyebab orang tua Dave meninggal, Oma?” tanya Alexa, ia berusaha menggali informasi apa pun dari siapa pun mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan kejadian di masa lalu hingga menemukan titik terangnya.

“Bisnis. Mereka membangun perusahaan dari nol hingga satu tahun lalu adalah puncak di mana perusahaan mereka berhasil mengalahkan pesaing-pesaingnya,” ungkapnya, Martha diam sejenak, tatapannya menatap hampa langit malam yang menaungi mereka. “Oma sudah mengatakan pada Dean untuk mengelola bisnis milik keluarga Edwards saja. Tetapi, Dean menolak, katanya dia ingin merasakan buah hasil kerja kerasnya.”

“Oma, Alexa ingin bertanya, apakah Oma mengenal wanita bernama Xania?” tanya Alexa, ia ingin tahu sejauh apa keluarga Edwards mengenal mamanya.

“Tentu saja. Dean, Vega dan Xania adalah teman sejak mereka kecil. Oma sering bertemu dengan Xania namun, saat dia berumur dua puluh tahun Oma tidak pernah melihatnya lagi. Dan tahun lalu untuk pertama kalinya Oma mendapatkan kabar tentang Xania, itu kabar buruk.” Martha mengusap matanya yang berair menggunakan sapu tangan. “Tapi mengapa kamu bertanya tentang Xania, Alexa. Apakah kamu mengenalnya?” tanya Martha.

Alexa menganggukkan kepala lalu menjawab, “She is my mother.”

“Benarkah? Oma turut berduka cita dan maaf pada saat itu Oma tidak bisa hadir di pemakaman Xania,” ujar Martha penuh penyesalan, ia tidak bisa hadir karena dirinya sendiri mempersiapkan pemakaman Dean dan Vega.

“Tidak apa, Oma. Alexa hanya ingin tahu apakah Oma mengenal mamaku, karena selama ini Alexa tidak tahu kalau ternyata mama berteman dengan orang tua Dave,” sahut Alexa.

Martha tersenyum lembut, ia mengusap pundak Alexa pelan. Martha mengatakan sesuatu yang tulus pada Alexa, “Xania adalah orang baik, dia cantik sama seperti kamu. Menatap mata kamu mengingatkan Oma kalau kalian memiliki mata yang sama persis. Terima kasih Alexa sudah datang di keluarga Edwards.”

“Alexa boleh memeluk Oma?” tanya Alexa, ia merasakan kehangatan dalam diri Martha. Walaupun berpenampilan layaknya wanita kalangan atas, Martha tidak lebih dari seorang ibu dan nenek dari cucu-cucunya.

“Tentu saja, kemari!” Martha membuka lebar kedua tangannya, siap menyambut Alexa ke dalam pelukannya.

Seperti seorang ibu yang memendam rindu pada anaknya, Martha memeluk Alexa erat untuk melepaskan kerinduan tersebut. Kepergian seseorang dalam kehidupan seorang perempuan akan selalu membekas di hatinya. Setiap momen tidak mudah untuk dilupakan begitu saja.

“Ekhem!” Seseorang berdeham membuat pelukan Martha dan Alexa terlepas. “Oma, Alexa kenapa mengobrol di luar? Ayo masuk, udara semakin dingin.”

Dia adalah Dave, Dave mencari keberadaan oma dan kekasihnya yang pergi berdua selepas makan malam. Ia mendapati Martha dan Alexa tengah berada di balkon lantai dua, melihat Martha memeluk Alexa membuat hati Dave senang sebab itu tandanya Alexa diterima baik dalam keluarga Edwards.

Mereka bertiga kembali masuk, Martha jalan di depan Dave dan Alexa.

“Tadi membicarakan apa saja dengan Oma?” tanya Dave penasaran.

“Em, tidak ada yang spesial. Hanya pembicaraan antar perempuan,” jawab Alexa tersenyum penuh arti. Untuk saat ini Dave tidak perlu tahu masalahnya, biarlah Alexa mencari tahu hingga tiba saatnya ia bercerita pada Dave.

•To Be Continued•

Related chapters

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 6 | A Video

    Waktu menunjukkan pukul sebelas siang, Alexa kini tengah sibuk membersihkan apartemennya. Ia membersihkan bagian karpet dan sofa menggunakan pembersih debu. Sesekali ia bersenandung kemudian mendadak tersenyum kecil mengingat pertemuan kemarin malam yang membuatnya senang. Martha yang menyambutnya dengan hangat dan merestui hubungan dirinya dengan Dave sangat membekas di hatinya. Senyumannya memudar ketika mendengar suara bel yang ditekan berulang-ulang seperti tergesa-gesa. Alexa melihat siapa tamu yang datang melalui monitor di samping pintu. Keningnya berkerut samar melihat Dave berdiri di depan pintu apartemennya. Alexa membukakan pintu untuk Dave. “Dave? Ada apa ke sini?” tanya Alexa, kemudian menyuruh kekasihnya itu untuk masuk ke apartemennya. “Alexa jelaskan maksud dari perbuatan papa kamu!” pinta Dave, kilatan matanya terlihat serius dan itu membuat Alexa bingung. “Jelaskan? Jelaskan apa, Dave?” Alexa bertanya untuk meminta

    Last Updated : 2022-03-13
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 7 | That Day

    FLASHBACK ON Satu tahun lalu. Seorang pria paruh baya tengah berdiri menghadap jendela dengan ponsel yang di dekatkan ke telinga kanan. Aroma roti dari dalam etalase kaca memenuhi ruangan sebuah toko roti. Ujung matanya berkerut seiring senyuman yang semakin mengembang. Dia adalah Alan Smith, seorang pria sekaligus seorang ayah yang memiliki sifat hangat dan penyayang. Ia tertawa pelan mendengar lelucon putrinya di telepon. “Apakah tidak masalah jika Papa tidak menjenguk oma?” tanya Alan sedikit khawatir. Saat ini putrinya, Alexa Smith sedang pergi ke kota lain untuk menjenguk sang nenek. Lebih tepatnya, nenek Alexa yang ingin dijenguk oleh cucu satu-satunya itu. Alexa yang selama ini disibukkan dengan kegiatan kuliah tidak ada waktu untuk menemui neneknya. Dan kini ia sedang libur kuliah membuat Alexa tidak dapat menolak permintaan neneknya. “Ha ha ha, tentu saja tidak. Bahkan, oma berkata pada Alexa kalau dia bosan dijenguk oleh Papa terus,”

    Last Updated : 2022-03-16
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 8 | Complicated

    Alexa mengusap air matanya kemudian menatap bangunan bergaya klasik victorian yang menjadi tempat tinggal paling nyaman di hidupnya. Ia melangkah masuk untuk mematikan seluruh lampu di setiap ruangan, mematikan tungku perapian juga, entah sampai kapan rumah ini akan merasakan dingin. Setelah itu, Alexa pergi menuju toko roti yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Tulisan Smith's Bakery yang tertera di jendela bangunan dilihatnya sekilas sebelum memasuki toko roti. Alexa mendekati lemari kayu yang berada di pojok ruangan lalu membukanya. Masih ada beberapa syal yang terlipat rapi di dalam lemari, Alexa mengambilnya satu. Air matanya kembali luruh, bukan karena perihal Alan melainkan rasa rindunya pada sang mama. Ia telah ditinggalkan oleh Xania untuk selamanya, kabar duka itu datang saat Alexa tengah berkunjung ke kota lain untuk menjenguk omanya. Setelah kematian Xania, satu bulan kemudian omanya juga menyusul. Alexa tersenyum getir, pada akhirnya ia hanya dapat bergan

    Last Updated : 2022-03-18
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 9 | Trying To Help

    Alexa kembali ke apartemen dengan keadaan yang memprihatinkan. Tubuhnya terlihat lemas karena seharian ini ia belum sempat makan sesuatu. Alexa terduduk di sofa memandangi foto dirinya dan kedua orang tuanya yang menggantung di dinding. Kepalanya mendadak berat mengingat kejadian hari ini belum lagi matanya yang sembap karena banyak menangis. Suara bel apartemen terdengar memecah suasana hening di ruang tamunya. Alexa bangkit untuk membukakan pintu setelah sebelumnya melihat siapa tamu yang datang melalui monitor. Sahabatnya, Elena White dan pacarnya, Edgar Wilson datang menemui Alexa. Ia mempersilakan keduanya masuk. “Alexa, what happened? (Alexa, apa yang terjadi?)” tanya Elena yang menyadari raut wajah sahabatnya ini. “You don't look fine. (Kamu tidak terlihat baik-baik saja)” Edgar yang mendengar perkataan kekasihnya langsung memandang Alexa yang terduduk di sebelah Elena. Edgar juga mendadak penasaran dengan apa yang terjadi pada Alexa. Ia da

    Last Updated : 2022-03-24
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 10 | Find It!

    Dua jam yang lalu. Rumah dua lantai bergaya Eropa klasik berdiri kokoh di halaman yang luas. Fasad batu alam menjadi material utama untuk mempercantik tampilan bangunan. Di atap sebelah kiri terdapat cerobong asap yang mengeluarkan asap sisa pembakaran kayu di perapian. Walau hanya dua lantai desain rumah ini terlihat tampak megah karena memiliki langit-langit atap yang tinggi dan jendela-jendela besar dengan jenis double-hung yang berguna sebagai sirkulasi udara dan cahaya. Seorang pemuda memarkirkan mobilnya tepat di pekarangan rumah. Dirinya berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama. Di samping tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua terdapat pintu kayu yang menjadi tujuannya. Pemuda itu adalah Edgar yang sekarang tengah sibuk menggerakkan knop pintu untuk membukanya, namun tidak membuahkan hasil, pintunya terkunci. Edgar menggaruk tengkuknya melihat sebuah wadah anyaman yang berisi kunci-kunci di atas meja samping pintu. Entah ada berapa ku

    Last Updated : 2022-03-27
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 11 | At That Time

    FLASHBACK ON Alan tersenyum, “Papa juga bangga padamu, Sayang.” “Sudah dulu ya, Pa, oma memanggilku. Oma ingin aku menemaninya minum teh,” tutur Alexa. “Baiklah, sampaikan salam Papa pada oma. Katakan padanya jangan terlalu banyak menambahkan gula ke dalam teh,” sahut Alan. “Aku akan menyampaikan pesanmu padanya, Tuan Smith,” canda Alexa dengan memanggil nama Alan dengan formal. Alan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Alexa. Ia berencana mengunjungi wanita yang telah melahirkannya besok, Alan juga akan mengajak Xania untuk ikut bersamanya. Ibunya, Xania dan Alexa entah mengapa sangat cocok jika disatukan, mereka seperti teman seumuran yang membicarakan banyak hal saat bertemu. Tetapi hal itulah yang membuatnya bahagia. Suasana hangat dan tenang di toko rotinya membuat Alan teringat pada kedua anak yang baru ia temui beberapa saat lalu. Mike dan Mary, mereka berdua tengah melahap roti pemberiannya. Mereka ter

    Last Updated : 2022-03-30
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 12 | Apology

    Pagi ini, suhu di kota London menunjukkan angka tujuh derajat celcius. Seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel agar lebih hangat. Sebuah tas hitam tersampir di kedua bahunya yang lebar. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat mobil yang ia kenali terparkir di basemen apartemen. Mendekati mobil tersebut lalu mengetuk kaca mobil sebelah kiri. “Edgar?” gumam pemuda pemilik mobil yang terduduk di kursi kemudi. Ia menurunkan jendela mobil, menampakkan wajah pada Edgar yang berdiri di luar mobilnya. “Dave, sedang apa kamu di sini?” tanya Edgar pada pemuda seusianya. “Sorry, maksudku, mengapa di sini dan tidak ke unit Alexa?” Edgar mundur beberapa langkah karena Dave akan keluar dari mobil. Mereka kini saling berhadapan, Edgar mengernyitkan dahi melihat air muka Dave yang terlihat kurang tidur. Tidak aneh sebenarnya, ini pasti karena kejadian kemarin. Keadaan Alexa ataupun Dave sama-sama terlihat me

    Last Updated : 2022-04-01
  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 13 | Find Something

    “ALEXA!” suara Elena yang berteriak membuat Alexa dan Dave saling tatap. “Kita ke dalam,” ujar Alexa diangguki Dave. Mereka berdua menghampiri Elena dan Edgar di ruang tengah. Beberapa koran berserakan di atas meja. Alexa mengambil duduk di sebelah Elena kemudian bertanya mengenai teriakan Elena tadi, “Ada apa?” “Lihat ini!” Elena memperlihatkan salah satu berita di koran pada Alexa. Perempuan berambut pirang yang duduk di sebelah Alexa ini melebarkan senyumannya. “Ternyata di pusat perbelanjaan Victorious ada satu toko yang menjual berbagai aksesoris wanita dari seluruh dunia. Aku sudah beberapa kali pergi ke pusat perbelanjaan itu tapi aku tidak pernah tahu ada hal seperti itu,” sambungnya dengan raut wajah berubah cemberut. Elena ini sangat fanatik dengan hal berbau fashion, make-up, aksesoris dan hal lainnya yang berhubungan dengan wanita. Alexa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Elena, aku pikir kamu berteriak tadi k

    Last Updated : 2022-04-04

Latest chapter

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 19 | Dove Keychain

    “Kamu ingat kejadian tahun lalu?”Mata Alexa menatap Mike dengan harapan anak laki-laki itu tahu sesuatu. Uraian kejadian tahun lalu mungkin terjadi di hadapan Mike dan Mary. Alexa percaya kalau anak kecil memiliki daya ingat yang kuat, mereka bisa menangkap memori yang mereka alami.Beberapa saat kemudian Mike menganggukkan kepala, “Aku ingat.”Napas Alexa yang terasa tercekat karena menunggu jawaban anak laki-laki di hadapannya kini berangsur lega. Ia meminta Mike menceritakan sesuatu yang terjadi di musim dingin tahun lalu.“Apakah kamu bisa menceritakannya?” tanya Alexa.Mike kembali mengangguk, “Waktu itu, aku dan Mary ada di sana.” Jari telunjuk Mike menunjuk ke arah bangku panjang yang berada di depan Moore’s Boutique.“Paman pemilik toko roti—”Alexa menghentikan ucapan Mike, “Kamu bisa memanggilnya paman Alan.”“Baiklah,” sa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 18 | Mike & Mary

    Alexa memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah, seperti permintaan Alan agar Alexa mengunjungi rumah sesekali. Jadi, di sinilah ia sekarang, tengah membuka pintu utama menggunakan kunci yang ia punya. Hawa dingin menyerbunya saat pintu terbuka. Alexa mendekati tungku perapian untuk menyalakan kembali api yang sempat ia padamkan sebelum pergi dari rumah.Ia memakai sarung tangan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya, Alexa membersihkan abu yang berada di tungku perapian sebelum meletakan kayu bakar di sana. Api mulai merambat pada kayu yang diletakkan menyilang. Alexa memastikan kobaran api ditungku tidak terlalu besar setelah itu menyimpan kembali sarung tangan yang telah ia lepaskan.Alexa memandang pigura besar berisi potret Alan, Xania dan dirinya. Ia sangat bersyukur lahir di keluarga dengan orang tua yang menyayanginya begitu tulus. Mereka merawat Alexa penuh kasih sayang, mengajarkan Alexa tentang dunia. Seketika Alexa merasa merindukan kebersa

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 17 | Chrysanthemum Flower

    “Kalau begitu, aku akan mengunjungi apartemenmu setiap hari.” Mata Alexa melebar mendengar perkataan yang dilontarkan Willy. Pemuda dengan gaya rambut spike itu melebarkan senyuman di wajah hingga terlihat deretan gigi putihnya. Satu pertanyaan yang muncul di pikiran Alexa, apakah Willy tidak memiliki kegiatan lain selain mengurusi hidup Alexa? “Tidak per—” ucapan Alexa terpotong oleh Grace yang tiba-tiba berbicara. “Ya, itu bagus, Alexa,” ujar Grace menghadap Alexa sepenuhnya. “Willy akan memastikan kamu aman setiap harinya.” Grace tertawa cekikikan, Alexa membalasnya dengan suara tawa yang terdengar dipaksakan. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dan bergumam dalam hati. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini, mengapa mereka begitu overprotective terhadap dirinya? “Alexa, karena kamu ada di sini, Tante ingin mengajakmu melihat taman hias yang Tante rawat. Kamu mau, kan, Sayang?” tanya Grace. “Ah, tentu saja aku mau, Tante.” Alex

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 16 | News Of Death

    FLASHBACK ON Alan memeluk Xania begitu erat, ia tidak bisa berhenti menangis. Senyuman Xania tadi pagi teringat di benaknya. Alan tidak pernah menyangka kalau itu menjadi senyuman terakhir wanita yang dicintainya. Bahunya bergetar, sesuatu seperti mengimpit dadanya, terasa begitu sesak. Siapa yang tega melakukan hal sekejam ini pada istrinya. Xania bukanlah orang yang senang mencari musuh, justru ia lebih sering mengalah untuk menghindari pertengkaran. Suara rintihan kesakitan beberapa saat lalu masih terekam jelas di indra pendengarannya. Jika menukar nyawa itu bisa, Alan akan menukar nyawanya dengan Xania. Ia yang akan menanggung semua rasa sakit istrinya. Alan menatap wajah Xania, terlihat menenangkan. Xania terlihat sedang tertidur dan Alan harap Xania hanya tertidur. Alan ingin bangun, ia ingin bangun dari mimpi buruk ini. “Di sini!” seorang petugas polisi berteriak memberitahu pada anggota yang lain keberadaan orang yang mereka cari. Ala

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 15 | Anderson Family

    “Willy?” panggil Alexa. Pemuda jangkung bernama lengkap Willy Anderson itu menoleh kemudian berdiri tegap. Ia tersenyum memesona dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana jeans. Pemuda dengan lensa mata biru itu menatap lekat Alexa yang berhenti di hadapannya. “Alexa ... ” ucapannya menggantung, kedua tangannya yang hangat menangkup pipi Alexa secara tiba-tiba. “Kamu sakit?” Alexa menjauhkan tangan Willy dari pipinya. Ia kurang nyaman dengan tindakan yang dilakukan Willy barusan. Alexa tersenyum kaku kemudian membalas ucapan Willy, “Aku baik-baik saja.” “Ada keperluan apa kamu ke apartemenku?” tanya Alexa. “Papa ingin bertemu denganmu, Alexa,” imbuh Willy tatapan matanya tidak beralih sedetik pun dari Alexa. “Mengapa tidak menelepon saja? Jadi, kamu tidak perlu repot ke sini.” Alexa sudah salah bertanya, karena setelah ini Willy pasti memberikan jawaban yang membuatnya semakin tidak nyaman. “Tidak masalah. Memangnya salah

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 14 | Meet Alan

    Alexa mengendarai mobilnya keluar dari basemen apartemen. Hari ini, ia akan ke Andover menjenguk papanya di kantor polisi Hampshire. Ia harus memastikan kondisi Alan baik-baik saja. Perempuan berusia 22 tahun itu memfokuskan pandangannya ke depan, Alexa mengendarai mobilnya hati-hati karena jalanan hari ini lumayan licin akibat salju yang turun semalam. Matanya melirik panggilan telepon di head unit mobil yang sudah tersambung dengan ponsel pintarnya. Ia menjawab panggilan dari Elena tanpa mengalihkan pandangannya yang menatap ke depan. “Ada apa, Elena?” tanya Alexa setelah panggilan tersambung. “Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mengajakmu ke kafe biasa. Mau, kan?” sahut Elena suaranya terdengar memelas. “Tentu. Tapi, setelah aku menjenguk papa,” jawab Alexa menyetujui. “Ah, kamu sedang menjenguk paman Alan?” Kali ini nada suara Elena terdengar merasa bersalah. Mungkin Elena berpikir kalau dirinya telah mengganggu Alexa yang tengah berbincan

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 13 | Find Something

    “ALEXA!” suara Elena yang berteriak membuat Alexa dan Dave saling tatap. “Kita ke dalam,” ujar Alexa diangguki Dave. Mereka berdua menghampiri Elena dan Edgar di ruang tengah. Beberapa koran berserakan di atas meja. Alexa mengambil duduk di sebelah Elena kemudian bertanya mengenai teriakan Elena tadi, “Ada apa?” “Lihat ini!” Elena memperlihatkan salah satu berita di koran pada Alexa. Perempuan berambut pirang yang duduk di sebelah Alexa ini melebarkan senyumannya. “Ternyata di pusat perbelanjaan Victorious ada satu toko yang menjual berbagai aksesoris wanita dari seluruh dunia. Aku sudah beberapa kali pergi ke pusat perbelanjaan itu tapi aku tidak pernah tahu ada hal seperti itu,” sambungnya dengan raut wajah berubah cemberut. Elena ini sangat fanatik dengan hal berbau fashion, make-up, aksesoris dan hal lainnya yang berhubungan dengan wanita. Alexa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya, “Elena, aku pikir kamu berteriak tadi k

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 12 | Apology

    Pagi ini, suhu di kota London menunjukkan angka tujuh derajat celcius. Seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobilnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel agar lebih hangat. Sebuah tas hitam tersampir di kedua bahunya yang lebar. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat melihat mobil yang ia kenali terparkir di basemen apartemen. Mendekati mobil tersebut lalu mengetuk kaca mobil sebelah kiri. “Edgar?” gumam pemuda pemilik mobil yang terduduk di kursi kemudi. Ia menurunkan jendela mobil, menampakkan wajah pada Edgar yang berdiri di luar mobilnya. “Dave, sedang apa kamu di sini?” tanya Edgar pada pemuda seusianya. “Sorry, maksudku, mengapa di sini dan tidak ke unit Alexa?” Edgar mundur beberapa langkah karena Dave akan keluar dari mobil. Mereka kini saling berhadapan, Edgar mengernyitkan dahi melihat air muka Dave yang terlihat kurang tidur. Tidak aneh sebenarnya, ini pasti karena kejadian kemarin. Keadaan Alexa ataupun Dave sama-sama terlihat me

  • Perjuangan Cinta Kita   BAB 11 | At That Time

    FLASHBACK ON Alan tersenyum, “Papa juga bangga padamu, Sayang.” “Sudah dulu ya, Pa, oma memanggilku. Oma ingin aku menemaninya minum teh,” tutur Alexa. “Baiklah, sampaikan salam Papa pada oma. Katakan padanya jangan terlalu banyak menambahkan gula ke dalam teh,” sahut Alan. “Aku akan menyampaikan pesanmu padanya, Tuan Smith,” canda Alexa dengan memanggil nama Alan dengan formal. Alan mengakhiri panggilan teleponnya dengan Alexa. Ia berencana mengunjungi wanita yang telah melahirkannya besok, Alan juga akan mengajak Xania untuk ikut bersamanya. Ibunya, Xania dan Alexa entah mengapa sangat cocok jika disatukan, mereka seperti teman seumuran yang membicarakan banyak hal saat bertemu. Tetapi hal itulah yang membuatnya bahagia. Suasana hangat dan tenang di toko rotinya membuat Alan teringat pada kedua anak yang baru ia temui beberapa saat lalu. Mike dan Mary, mereka berdua tengah melahap roti pemberiannya. Mereka ter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status