“Kau mengejekku?” tanya Samuel. “Orang tuaku diam-diam memasang cctv agar bisa memantauku.” Gio mengangguk. “Kalau begitu cari cctv itu dan berikan padaku. aku akan mencari rekamannya sendiri.” “Kau yakin?” tanya Samuel. Gio mengangguk. “Ya.” “Baiklah, aku akan mencarinya. mungkin itu menjadi bukti satu-satunya yang membuktikan segalanya.” Samuel memandang Gio. “Sekarang aku tanya. Kau bisa lega jika cctv itu bisa membuktikan kau tidak tidur dengannya. tapi bagaimana jika kau memang benar tidur dengannya?” Gio menatap lurus ke depannya. Iya, ia juga harus memikirkan kemungkinan terburuknya. “Aku akan memberitahu istriku. Apapun semuanya, aku tidak akan menyembunyikannya.” “Dan aku akan meminta maaf pada Julie atas kesalahan itu.” Gio menghela napas. “Aku akan memberikan sesuatu untuk menebus kesalahan itu. hartaku.. atau apapun itu..” Samuel menepuk pelan bahu Gio. “Kau pria yang bertanggung jawab…” “Tapi bagaimana dengan istrimu. Bagaimana kalau dia tidak mau me
Gio masuk ke dalam rumah. Hampir tengah malam. Gio langsung menuju kamar. Ia melihat Agahta yang sudah terbaring di atas ranjang. Mungkin sudah tidur…. Gio melepaskan jas dan sepatunya. Setelah itu ikut berbaring dengan istrinya. Perlahan memeluk tubuh Agatha dari belakang. “Kamu bau..” ucap Agatha yang ternyata masih terjaga. “Kamu dari mana?” tanya Agatha. tanpa memutar tubuhnya. ia mencium aroma yang campur pada tubuh suaminya itu. “Aku dari Bar. Aku bersama temanku, Samuel,” jelas Gio. Agatha membuka matanya. “Aku tahu kamu gak mabuk. Tapi bau tubuh kamu alkohol. dan bau parfum wanita.” “Selain dengan Samuel. Kamu dengan siapa lagi?” tanya Agatha. Gio terdiam—ia mengecup bahu Agatha. “Aku hanya dengan Samuel. Tapi aku sempat berpapasan dengan wanita. Itulah mungkin kenapa bauku bercampur dengan bau wanita itu.” Agatha mengusap tangan Gio yang berada di perutnya. “Kamu tidak berbohong kan?” tanya Agatha. Gio menggeleng. ia menenggelamkan wajahnya di tengku
“Apa jadwalku hari ini?” tanya Gio pada Cika. Cika mengikut jalannya Gio doari belakang. “Hari ini ada acara makan malam bersama bagian Winston fashion. Penjualan bagian Wisnton fashion meningkat drastis. Sehingga untuk perayaan, mereka mengundang anda untuk makan malam bersama.” Gio mengangguk. “Aku juga sudah membaca laporannya.” Gio berhenti. “Bulan ini pendapatan mereka lebih 3 kali lipat dari kemarin kan?” Cika mengangguk. “Iya, Sir. Untuk itu mereka mengagendakan acara perayaan.” “Baiklah aku akan ke sana.” Gio mengangguk. Gio berhenti lagi. “Aku tidak sendiri. kalian ikut denganku.” Zidan dan Cika mengangguk. Di sebuah restoran. Nampak para karyawan sudah hadir dan duduk di bangku masing-masing. Ketika Gio datang, semuanya serentak berdiri dan memberi salam dengan hormat. Gio mengangguk pelan dan mengambil duduk. “Terima kasih sudah datang ke acara tim kita, Sir.” Ucap seorang laki-laki sebagai kepala. Gio mengangguk. “Selamat atas keberhasilan kalian.” menatap sem
Julie langsung masuk ke dalam lift yang digunakan oleh Gio. “Kau akan ke bar-nya Samuel kan?” tanya Julie. Gio mengangguk. Lalu menekan tombol. Kebetulan sekali restoran yang digunakan tempat perayaan tim adalah restoran yang berada di dalam hotel milik Samuel. Untuk itu, sekalian saja Gio datang ke bar Samuel untuk bertemu dengan temannya satu itu. Gio menatap Julie sekilas. “Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” tanya Julie memandang Gio. “aku minta maaf.” Gio menatakannya meski ia sendiri juga belum yakin. Julie tersenyum dan mengangguk. “Aku akan memaafkanmu asal kau bersikap baik padaku.” Julie bersindekap. “Bagaimana dengan istrimu? Apa dia sudah tahu?” tanyanya. Gio menggeleng. “Tidak.” Kemudian menatap Julie. “Aku minta padamu. jangan memberitahu Agatha. Itu masa lalu dan aku tidak ingin karena masalah itu, rumah tanggaku terganggu.” Julie tersenyum miring. Kemudian mendekat. ia berjinjit dan mendongak. “Beritahu atau tidak. Itu tergantung padamu.
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Julie sembari minum. “Kalian terlihat sangat serius,” imbuhnya. Gio mengedikkan pelan. “Tidak ada urusannya denganmu.” Julie tertawa pelan. “Kau sedari dulu memang seperti ini. jika kau sudah komitmen dengan satu wanita maka kau akan beriskap sangat cuek pada wanita lain.” Gio mengangguk. “Kau tahu.” Julie tersenyum. “Aku ingin kau bersikap baik padaku. anggap saja aku temanmu. Kita bisa berteman. Seperti kau dan Samuel.” Gio bersindekap. “Itu sulit.” Julie bersandar—matanya lurus menatap Gio. “Tidak mustahil ketika mantan kembali berteman. Tapi itu memang sangat jarang.” Julie menatap satu anak kecil yang digandeng oleh orang tuanya. “Ah..” menunjuk anak perempuan dengan dagunya. “Jika anak kita masih hidup seharusnya anak kita seusianya.” Julie mengernyit. “Bukankah seperti itu? aku menghitung mungkin usianya sekarang 12 atau 13 tahun…” Gio mengangkat gelas yang terisi oleh air putih. Sedangkan Julie mengangkat gelas y
“Aku membencimu!” Julie memukul dada Gio. Tenaganya tidak seberapa. Hanya seperti pukulan ringan baginya. “Apa kau tahu saat aku harus pergi tiba-tiba?” tanya Julie. “Aku hancur. Aku tidak mau meninggalkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan lain.” Julie menangis. Meraung.. Mengungkapkan emosinya yang selama ini ia pendam. Gio melihat orang-orang yang sedang menatap mereka. Agar tidak menjadi bahan tontonan dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan juga. Gio menarik Julie keluar dari Restoran. Di lorong yang sepi ini… Gio akan membiarkan Julie berbicara… juga mengumpatinya. “Kau malu?” tanya Julie. Gio berkacak pinggang. “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. aku maupun kau dulu juga hancur. Tapi itu bagian dari masa lalu. aku hidup di masa depan dan tidak akan terpengaruh oleh masa lalu.” “Aku harap kau juga begitu.” Julie menggeleng. “Aku terus dihantui rasa bersalah karena membunuh anak kita. apa yang akan kau lakukan?” tanya Julie den
“Kenapa meminta maaf? Apa kamu melakukan kesalahan?” tanya Agatha. Gio menggeleng. ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya itu. “Aku lupa, aku ada sesuatu untuk kamu.” Gio menjauh sebentar. Ia mengambil paper bag yang berada di atas meja. Ia merasa bersalah pada istrinya. Sehingga ia membeli sesuatu… Gio mengambil duduk di samping Agatha. Kemudian membuka paper bag itu. Yang berisi sebuah jam tangan cantik berwarna pink. “Ini keluaran terbaru, katanya..” Gio meringis pelan. “Karena cantik. jadi aku membelinya.” Mencoba memasangkan jam tangan itu di tangan Agatha. Agatha melihat jam tangan pink itu yang sudah terpasang di pergelangan tangannya. “Cantik.” Agatha mengangguk. Gio tersenyum—tangannya mengusap puncak kepala Agatha. “Aku akan membeli banyak kalau kamu suka.” “Kamu tidak pernah belanja.” Gio mencubit pelan pipi Agatha. “Gunakan uangku sayang..” Agatha mengangguk. “Iya nanti.” “Sekarang makan dulu.” Agatha mengambil piring. Diisinya dengan
21++“Aku tahu.” Gio mengangguk. Tahu apa yang akan dilakukan istrinya itu ketika dirinya berselingkuh. “Kamu akan kabur dan meninggalkanku.” Gio mendekat—mengecup singkat bibir istrinya itu. Agatha menggeleng. “Tidak.” “Yang akan aku lakukan adalah memotong milikmu!” menatap ke bawah sebentar. “Lalu aku akan membunuhmu.” Gio mengerjap. kemudian terkekeh. “Jangan bercanda..” Merinding juga dengan ancaman istrinya. “Bagaimana bisa kamu memotong milikku..” Agatha menatap Gio. Menepuk pelan bahu suaminya itu. “Maka jangan pernah berselingkuh.” Memperagakan bagaimana saat memotong… Gio mengerjap—menadadak semua bulut kuduknya merinding. Lalu terkekeh dan berusaha tersenyum. “Mana mungkin aku berselingkuh. Aku hanya menyukaimu..” Agatha turun dari pangkuan Gio. “Tidak ada yang tahu ke depannya. tapi kamu harus mengingatnya ketika ingin berselingkuh.” Agatha menunduk. “Aku akan memotong milikmu itu!” Setelah itu Agatha berjalan menjauh. Berjalan ke atas pergi ke kamar. “Tungg
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada
“Puas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?” tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. “Bagaimana rasanya?” tanya Aiden sembari tersenyum. “Kalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya juga…” “Bagaimana rasanya?” tanyanya. “Aiden!” Gio memijit keningnya yang terasa pusing. “Kami melakukannya karena ada alasannya.” “Aku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.” Aiden memutar tubuhnya. berjalan—sampai Gio memanggilnya lagi. “Acara balapan yang kamu maksud?” tanyanya. “Balapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.” “Aiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..” Agatha menatap putranya. “Mom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.” “Kalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir
Di sinilah… Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. Lantas… Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di sini… Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. “Jadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..” Raini tersenyum pelan. “Maklum orang kampung…” Raini menggeleng pelan. “Ternyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b
Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantap—kemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digerai… Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpah… Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b
“Dia di mana?” Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulang… Gio menggenggam tangan Agatha. “Kali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..” “Tunggu sebentar. dia pasti pulang.” Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. “Ayo kita berangkat..” nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. “Bagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..” Agatha mendongak. “Aku yakin dia akan segera pulang.” Gio menatap jam tangannya. “Kalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.” Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.
Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. “Cepat ambil,” lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. “Cepat ambil, aku tidak akan melihatmu,” ucap Raini. “Lantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?” Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalik—namun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasil… Braak! Raini memejamkan mata—bersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mata—wajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. Kenapa… Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dada… “Bu-bu buahnya jatuh!” Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. “Aku tidak makan buah yang sudah jatuh.” Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut
“Apa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?” tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. “Belum.” Aiden menggeleng. “Sekarang akan tahu.” Raini mendekati Aiden. “Bukankah bahaya?” tanyanya. “Kau belum memiliki sim juga.” “Bukan urusanmu.” Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. “Kamu sudah pulang..” Agatha mendekat. “Di luar itu motor kamu?” tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. “Mom marah?” tanya Aiden. Agahta menggeleng. “Itu hobi baru kamu kan?” Agatha mengusap pelan bahu Aiden. “Asalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.” “Mom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..” Agatha terkekeh pelan. “Mom bisa?” Agatha men