Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 56. Menantang Maut

Share

56. Menantang Maut

"Bangunkan semua prajurit!" perintah Dewi Anjani pada kepala penjaga tenda induk. "Kita segera pergi dari tempat ini!"

"Kau begitu takutnya pada Pangeran Tengkorak," sindir Cakra santai. "Apa takut ketahuan lagi berduaan denganku?"

Dewi Anjani menjawab dengan tegas, "Pangeran Tengkorak bukan untuk main-main, kanda. Ia raja dari kerajaan Timur yang sangat sakti. Kata kanda ada tiga pemuda mendatangi kita, berarti ia membawa pengawal utama. Kita berada dalam bahaya besar."

"Ia berarti takut untuk pergi sendiri kalau bawa pengawal," kata Cakra seolah meremehkan. "Jangan-jangan takut ketemu roh Hutan Gerimis."

Dewi Anjani berusaha menahan sabar. "Kanda, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bergurau."

Prajurit sudah berkumpul, Brajaseta datang menghadap.

"Pasukan sudah siap berangkat, Tuan Puteri," lapornya. "Kalau boleh patik tahu, ada apa gerangan sehingga kita pergi dengan terburu-buru?"

"Pangeran Tengkorak dan dua pengawalnya sedang menuju ke mari."

Wajah Brajaseta pucat seketi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status