Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 316. Dasar Borokokok

Share

316. Dasar Borokokok

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 04:43:21
"Ratu Selatan takkan mampu keluar dari pulau terpencil itu kecuali ada nelayan menolongnya, ia sudah menjadi insan biasa."

Cakra menyampaikan kabar itu kepada pejabat yang berkumpul di graha tamu istana terasing.

"Ratu Selatan berharap mendapat pertolongan dari ketua lama, sebuah harapan yang menjadi mimpi untuk mengisi sisa hidup bersama seekor orang hutan."

Khong Jie Na bertanya, "Lalu bagaimana dengan prajurit?"

"Kalian tunggu kedatangan dua ratus tokoh istana Nusa Kencana dan dua ratus tokoh istana Timur. Kalian menjadi pasukan pendukung dan tidak terlibat secara langsung untuk meminimalkan korban."

Cakra memerintahkan tokoh sakti untuk menghadapi kekuatan istana Selatan, meski jumlahnya tidak berimbang.

Target utama mereka adalah melumpuhkan tokoh istana sehingga prajurit secara otomatis akan menyerah.

"Aku meminta pasukanmu berjaga di perbatasan Kotaraja di bawah komandomu untuk menghalau bala bantuan dari kadipaten terdekat."

"Titah pangeran patik laksanakan."

"Tokoh i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   317. Macan Betina

    Tiga bangsawan itu bangkit dan meninggalkan restoran. Mereka heran melihat kepala prajurit diam saja dengan mulut ternganga. "Apa yang terjadi dengannya?" tanya bangsawan berdasi hitam. "Anak buahnya juga bengong saja seperti ayam kena tetelo." Kepala prajurit dan personilnya baru sadar setelah tiga bangsawan itu keluar restoran. "Kenapa mereka dibiarkan lolos?" bentak kepala prajurit. "Cepat kejar!" Kepala prajurit dan anggotanya seakan lupa dengan Cakra. Ia sudah membuat mereka seperti maniken dengan ilmu Selubung Khayali. Tapi kemudian mereka muncul lagi dan mendatangi Cakra. "Kau ikut kami, anak muda," kata kepala prajurit. "Gara-gara dirimu tiga provokator itu berhasil kabur." Cakra memandang bingung. "Kok jadi menyalahkan aku? Kalian sendiri membiarkan mereka pergi!" "Tapi kau menyuruh mereka pergi!" "Lalu kenapa kalian biarkan? Maka itu kalau lagi bertugas mata jangan jelalatan! Baru melihat hutan liar segomplok saja sudah lupa diri" Kebiasaan perempuan di kadipaten

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Perjanjian Leluhur   318. Perempuan Bercadar

    "Kau ingin di mana, ksatria?" Bao Yu mulai kesal ketika Cakra meninggalkan kota dan memasuki sebuah hutan. Cakra menjawab, "Aku sudah bilang suka-suka aku mau di mana." "Kau tahu risikonya kalau menjebak aku!" gertak Bao Yu. "Untuk apa aku menjebak perempuan separuh baya, sementara ada tiga perempuan muda turut bersamamu?" "Jangan cari perkara denganku!" bentak Jiang Mi. "Seratus keping emas kemurahan untuk kami berempat!" Cakra tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Jadi kalian juga ingin lost virgin dengan cover boy tertampan di daratan ini! Berapa tarif kalian?" "Jaga mulutmu!" sergah Xian Lun. "Aku bisa membunuhmu sekarang juga!" "Ha ha ha! Aku bukan play boy mata keranjang yang bisa kau kalahkan dengan selangkangan! Aku adalah pencinta keindahan, dan selangkangan adalah kavling terindah!" "Kurang ajar!" geram Yihua. "Mulutmu kotor sekali!" Kemudian ia minta pendapat mereka, "Bagaimana kalau kita benamkan kepalanya ke lumpur hidup?" "Akur!" "Setuju!" Bao Yu berusaha menena

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Perjanjian Leluhur   319. Yang Penting Taste

    Empat Perawan Pemetik Teh tersipu malu. "Kenapa pangeran menyamar jadi bangsawan udik?" tanya Bao Yu. "Adipati menunggu-nunggu kedatangan pangeran." Perempuan bercadar memotong, "Oh, seperti itulah seharusnya, ia cocok jadi ksatria pekon." Bao Yu merasa kemunculan wanita bercadar terlalu cepat. Jika sedikit lambat, ia akan menjadi perempuan paling beruntung di kadipaten ini. "Aku dan ketiga sahabatku mohon pamit gusti ratu," kata Bao Yu. "Aku kira perkembangan terakhir di kerajaan Selatan sudah disampaikan lewat sambung kalbu." "Jangan pergi ke arah Timur, Pangeran Indrajaya sedang menuju ke pusat kota. Aku tidak mau kalian dicurigai." "Petuah gusti ratu aku ingat baik-baik." "Jangan lupa kembalikan uangku," kata Cakra. "Transaksi batal." "Oh, iya." "Sudah bawa saja," tukas perempuan bercadar. "Kalian pantas dapat bonus atas pengkondisian di kadipaten ini." Kemudian perempuan bercadar berkata kepada Cakra, "Aku ganti nanti." Keempat bangsawan itu pergi. Mereka berjalan meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Perjanjian Leluhur   320. Menolak Menjadi Selir

    "Oh, honey...!" Perempuan bercadar mencengkram rumput menerima hunjaman yang sangat ganas sampai bokongnya memantul-mantul di atas rerumputan. "Fuck me, honey...!" Perempuan bercadar mengatupkan mata, ia belum pernah bercinta selezat ini. Ada kebahagiaan tersendiri mendengar erangan ksatria itu merasakan nikmatnya sentuhan. Perempuan bercadar menyindir, "Kau bilang serabi ku tanpa taste dan becek...! Apakah demikian yang kau rasakan...?" Perempuan itu rupanya sakit hati dengan ucapan Cakra beberapa waktu lalu, padahal ia hanya bercanda supaya perempuan itu muak dan tidak mengikutinya. "Oh, honey...!" Perempuan bercadar merintih nikmat mendapat hunjaman bertubi-tubi. Bokongnya sampai melesak ke rerumputan. Cakra melihat di kejauhan putera mahkota kerajaan Selatan dan beberapa tokoh istana memacu kuda dengan kencang menuju ke arahnya. "Brengsek!" maki Cakra. "Ada saja gangguan!" "Cepatlah...!" "Belum apa-apa...!" Perempuan bercadar memandang kagum. Alangkah perkasa ksatria

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Perjanjian Leluhur   321. Terserah Padamu

    Tokoh sakti istana Selatan yang membantu Indrajaya bertumbangan dihantam perempuan bercadar. Perempuan itu seakan tak memberi ampun kepada para durjana. Maka itu ia jengkel melihat bagaimana Cakra bertarung. "Jangan main-main pangeran...!" "Tokoh istana ini sudah berbuat kerusakan kepada kaum perempuan, sudah seyogyanya kau yang menjatuhkan hukuman!" Cakra mencecar tokoh sakti yang menyerangnya. Sebuah tendangan melemparkan tokoh itu ke hadapan perempuan bercadar. "Ia sudah menyiksa lonte dengan cambuk untuk kepuasan seksualnya!" kata Cakra. "Terserah padamu hukuman apa yang pantas baginya!" Kemudian Cakra mengirim dua tokoh lagi ke hadapan perempuan bercadar. Padahal ia dapat membunuh mereka, tapi menurutnya terlalu enak kalau mati secara cepat. "Mereka bermain threesome sampai lonte tewas kecapean! Mereka menjadi buronan semua bangsa!" "Brengsek!" geram perempuan bercadar. "Mengapa bukan kau sendiri yang membunuhnya?" "Bukankah kau sangat menentang hukuman mati?" balik Cakra

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Perjanjian Leluhur   322. Sok Tahu

    "Kau mau ke mana?" Perempuan bercadar heran melihat Cakra menempuh jalan setapak menuju ke hutan hijau. "Bukankah jalan ke kota Telagasari belok kiri?" "Kau sudah dengar dari Bao Yu bahwa adipati menunggu kedatangan Pendekar Lembah Cemara." Adipati bahkan sudah menyiapkan penyambutan meriah untuk Cakra sebagai pahlawan pergerakan. Cakra enggan menyambangi, perjuangan masih panjang, belum saatnya berpesta. "Maka itu aku bertanya, kenapa kau pergi ke Utara?" "Aku kira di Kadipaten Telagasari tidak ada masalah, aku mau pergi ke kadipaten Selawangi, di keraton banyak pejabat busuk." "Kau mesti menyelesaikan kekacauan di istana Selatan. Mereka lagi heboh akibat perbuatanmu. Sungguh tidak pantas selaku putera mahkota meninggalkan tanggung jawab." Cakra kesal juga disebut tidak bertanggung jawab, padahal perempuan itu berotak cetek. Dinasti istana Selatan telah jatuh. Kekacauan timbul karena terjadi kekosongan kekuasaan. Mereka menunggu kedatangan Indrajaya yang takkan pernah muncu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Perjanjian Leluhur   323. Suatu Malam Di Bawah Sinar Rembulan

    "Pengorbanan mu sangat besar untuk ayahandamu." Cakra duduk bersandar ke tiang dangau sambil memperhatikan perempuan bercadar yang tidur tergeletak di bawah, karena balai bambu belum jadi. Cakra sulit mengabulkan permintaan perempuan bercadar, padahal ia sampai rela tidur di lantai. Cakra terenyuh juga melihatnya. "Aku tidak dapat memaksa Nyi Ratu Suri untuk pulang ke istana roh," kata Cakra. "Ibundamu siap mengambil pilihan terburuk jika dipaksa...bercerai." Nyi Ratu Suri sudah kehilangan makna cinta sejak dibiarkan berjuang sendiri untuk melawan ketua Dewan Agung. Kini setelah badai berlalu, garwanya datang dengan penyesalan. Terlambat. Sekarang puteri bungsunya mendesak Cakra untuk membantu. Ia bukan siapa-siapa meski pernah melewati hari-hari indah bersama. "Aku terpaksa mesti menjaga tidurmu," keluh Cakra. "Aku tidak mau kau viral karena tidur seperti gelandangan, pasti aku disalahkan." Semestinya perempuan secantik bidadari dan dimuliakan sepanjang masa merajut mimpi di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Perjanjian Leluhur   324. Mak Mampir

    "Barangkali karma kau menghantam aku di tanah!" Kejengkelan perempuan bercadar lenyap saat mengetahui siapa pendekar yang dikejar-kejar itu. "Sepasang Belalang Sakti. Mereka adalah telik sandi Nusa Kencana." "Berarti tidak sakti lagi kalau dikejar-kejar!" gerutu Cakra kesal. "Jadi belalang kupu-kupu!" Perempuan bercadar tersenyum melihat wajah kusut putera mahkota. "Aku juga jengkel berhenti sebelum finish. Jadi mukanya jangan dilipat begitu." "Kau sudah lima kali orgasme!" "Kau menghitungnya? Aku saja tidak tahu berapa kali. Perhatian banget kamu ya?" Cakra heran perempuan bercadar mendadak lembut, padahal Nyi Ageng Kencana dan Ratu Purbasari terkenal sebagai ratu jutek sepanjang masa. Cakra jadi berpikir Ratu Purbasari juga pasti berubah romantis kalau sudah merasakan peluru kendalinya! Tapi tidak mungkin! Ia tak dapat disogok dengan kemesraan! Cakra segera menghalau pikiran ngawur itu. "Aku akan menolong mereka...!" Perempuan bercadar melompat ke udara lalu berguling dua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

  • Perjanjian Leluhur   388. Alam Tirta

    "Aku tahu kau menyusul ke bukit karang bukan untuk menyampaikan kabar itu," kata Cakra. "Kau ingin mengajakku bercinta." "Aku adalah maharatu! Sungguh tidak pantas bercinta di sembarang tempat!" Akan tetapi, perempuan itu menjadi sangat liar saat Cakra menghantam di atas batu karang, sampai sang ratu mandi keringat dan pingsan saking capeknya. Padahal Cakra belum apa-apa. Ratu Sihir dan Ratu Ipritala muncul di bukit karang. "Nah, dua lagi datang," kata Cakra. "Bermain threesome kayaknya seru." Mereka tiba di dekat Cakra. Ratu Ipritala tersenyum nakal. "Kau luar biasa...! Purbasari sampai ketiduran, pasti kelelahan." "Ia pingsan." "What?!" "Padahal teganganku belum turun." "OMG!" "Jangan basa-basi. Aku tahu kedatangan kalian untuk apa." Tiga jam kemudian, mereka tergeletak pingsan di samping Ratu Purbasari saking lelahnya. Cakra belum apa-apa. Kemudian muncul Ratu Pagedongan, Roro Kidul, dan Blorong di angkasa samudera. "Kami datang untuk menjemput dirimu,

  • Perjanjian Leluhur   387. Antara Ada Dan Tiada

    Ratu Dublek dan panglima perang tiba di pantai berkarang yang menjadi lokasi pertemuan dengan utusan Raden Manggala. Debur ombak memecah pantai berkarang menjilat kaki mereka, berbuih-buih. Mereka terkejut melihat kesatria gagah dan tampan berdiri di batu besar seolah menunggu kedatangan mereka, di dekatnya dua utusan Raden Manggala tergeletak mati. "Kalian tak bisa lari dariku," kata Cakra. "Aku akan mengejar kalian ke dasar segara sekalipun." "Aku sudah meninggalkan istana secara sukarela," ucap Ratu Dublek. "Kau butuh singgasana untuk Romadara dan sudah didapatkan. Apa lagi yang kau inginkan?" Ratu Dublek mencoba untuk negosiasi. Kelihatannya tidak ada peluang untuk kabur. "Aku menginginkan jazirah bentala terbebas dari gangguan makhluk seperti kalian." "Aku akan pergi dari jazirah bentala untuk selamanya." "Dan berbuat kerusakan di jazirah lain. Perbuatanmu sudah melampaui batas. Perempuan seperti dirimu sudah sepantasnya berbaring bersama dua kutu kupret ini."

  • Perjanjian Leluhur   386. Bukan Minta Suaka

    "Terimalah hukuman atas kelancangan dirimu!" Ketua lama berubah menjadi Bintang Kehidupan dengan sinar kemerahan yang menyilaukan mata. Bintang itu berusaha menyambar Cakra yang bergerak menghindar dengan lincah. Semua pendekar yang berada di sekitar mereka berusaha menghalangi pandangan dari sinar yang membutakan mata itu. "Ketua lama mulai mengeluarkan ilmu dari kitab terkunci," keluh Ratu Purbasari. "Sampai kapan Cakra mampu bertahan?" "Ilmu warisan Wiraswara sangat dahsyat di tangannya, tapi tidak cukup untuk menandingi," kata Ratu Sihir. "Kita juga tidak bisa menolong, bahkan untuk diri sendiri." "Hei! Lihat...!" seru Ratu Ipritala. Cakra berubah menjadi Seberkas Sinar. Cahaya berekor berwarna keemasan itu menggulung Bintang Kehidupan meninggalkan siluet di angkasa. "Ratu Kencana kiranya sudah mewariskan ilmu roh kepada pangeran," ujar Ratu Purbasari. "Tapi belum cukup untuk memenangkan pertarungan." Padahal ilmu itu diperoleh dari Nyi Ratu Suri lewat kemesraan, dan men

  • Perjanjian Leluhur   385. Menanti Kedatangan Ratu Sejagat

    "Aku adalah Raja Agung yang akan menyeretmu pulang ke gerbang siksa." Sebilah pedang kencana muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra, pedang itu jelmaan Tongkat Petir. Ketua lama tertawa dengan congkak. "Ha ha ha! Jadi kau murid Ki Gendeng Sejagat?" Sebuah tongkat yang sama persis muncul dalam.genggaman ketua lama, kemudian tongkat itu berubah menjadi pedang serupa. Aku tidak pernah mendengar Tongkat Petir mempunyai kembaran, batin Cakra. Tapi guruku pernah menciptakan duplikatnya. Aku tidak tahu mana yang asli. "Ha ha ha! Gurumu benar-benar gendeng sudah mewariskan tongkat palsu kepada muridnya!""Aku yakin tongkatmu palsu, seperti tongkat di balik celanamu!" Ratu Dublek tersenyum mengejek, ia berkata, "Apakah kau sekarang masih cukup nyali untuk menantang garwaku setelah mengetahui tongkatmu palsu? Aku memberi kesempatan kepadamu untuk hidup dengan melanjutkan permainanku yang terganggu olehmu." "Kau bukan perempuan seleraku," kata Cakra sinis. "Kakek peot itu sudah me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status