Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 306. Istana Terasing

Share

306. Istana Terasing

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2024-06-26 21:05:26
Cakra menunggu di dalam kereta kencana yang parkir di depan restoran.

Ia tidak perlu minta izin kepada pengawal yang berjaga di sekitar kereta.

Mereka tidak tahu kalau di dalam ada ksatria pekon menunggu puteri mahkota keluar dari penginapan.

"Janji suci macam apa yang terjalin di antara mereka," gumam Cakra. "Jayanti sibuk dengan kesenangan sendiri, Indrajaya bermain-main dengan kimcil."

Mereka mengikat janji suci bukan berdasarkan cinta, tapi berdasarkan kepentingan.

Indrajaya jatuh hati kepada Dyah Citraningrum, sementara Jayanti mempunyai kekasih pangeran dari kerajaan Tandem.

Mereka dipertemukan untuk mempertahankan dinasti yang mulai kencang dihembus angin perubahan. Jayanti adalah puteri mahapatih.

"Sementara Pratiwi dijodohkan dengan putera panglima perang," nyinyir Cakra. "Itulah alasan puteri mahkota minggat, ia menolak mempunyai garwa sesama obesitas."

Padahal Pratiwi diam-diam jatuh cinta kepada Pangeran Woles, pamannya yang kurus kering.

Hal terlarang di kerajaan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjanjian Leluhur   307. Tidak Ada Kenikmatan

    "Seharusnya elang raksasa sudah tiba." Jayanti mondar-mandir dengan gelisah di graha tamu. Ia sudah mencoba menghubungi keempat sahabatnya lewat sambung kalbu, tapi mereka menutup mata batin, seperti tidak mau diganggu. Padahal Cakra mengisolasi istana terasing dengan tabir misteri sehingga terputus komunikasi dengan dunia luar. "Apakah terjadi sesuatu dengan elang raksasa?" Jayanti tak habis pikir. "Tapi mereka pasti menghubungi kalau elang itu belum muncul." Jayanti makin gelisah. Biasanya mereka pergi bersama-sama naik kereta, sebab mangsa sudah disiapkan pengawal kepercayaan. Mereka berburu ke pelosok untuk menangkap ksatria pekon, kadang pesta baru berakhir setelah korban mati lemas. Sekarang Jayanti berangkat duluan karena kuatir ksatria pekon sadar apa yang terjadi. Ia berharap pemuda itu tidak mati melayani mereka sampai pagi. "Makan sore sudah siap gusti puteri." Pelayan perempuan datang memberi tahu. "Aku menunggu circle bestie ku," sahut Jayanti. "Apakah ksatria itu

    Last Updated : 2024-06-26
  • Perjanjian Leluhur   308. Ladang Pembantaian

    "Bagaimana aku menikmatinya kalau kau menyiksaku?" Jayanti mengeluarkan sumpah serapah saat Cakra mengikat tangan dan kakinya dengan rantai di besi silang vertikal di bilik pesta. "Yang penting aku menikmatinya," sahut Cakra masa bodoh. "Bukankah setiap kali pesta kau rudapaksa laki-laki sampai mati?" Cakra menarik rok Jayanti dengan kasar sehingga robek besar. Jayanti meneteskan air mata diperlakukan secara bengis begitu. Ia meratap, "Aku ingin bercinta denganmu, sungguh, tidak dapatkah kau berlaku sedikit romantis?" "Mereka juga ingin bercinta denganmu, tapi kau perlakukan secara biadab." Cakra melumuri kemaluan Jayanti dengan cairan beraroma ikan asin, kemudian melumuri payudara dengan jus kental. "Sekarang cobalah kau renungkan perbuatanmu. Mengapa kau membunuh ksatria pekon hanya untuk cinta?" "Aku mohon lepaskan aku." "Semoga tidak ada kucing dan semut." Tiba-tiba terdengar suara kucing seraya mendatangi bau ikan asin, "Meong...! Meong...!" "Sayang sekali...!" Cakra

    Last Updated : 2024-06-28
  • Perjanjian Leluhur   309. Bau Ikan Asin

    "Kurang ajar!" Perampok berkumis mengepalkan tangan dengan marah sampai bergemeretak. "Lemes betul mulutmu!" Dyah Citraningrum berteriak dari dalam kereta, "Tabrak saja kalau tidak mau minggir, Pak Tua!" Sais menarik tali kekang kuda, kereta melaju dengan kencang. Empat Setan Alas berjumpalitan di udara menghindar. Perampok berkumis hinggap di atap kereta. "Hey, Seruling Sakti!" bentak lelaki berwajah codet itu. "Kau hentikan kereta atau kuhancurkan batok kepalamu!" "Apa maumu sebenarnya Setan Gimbal?" tanya Seruling Sakti. "Aku tidak membawa perhiasan berharga." "Perempuan di dalam kereta lebih berharga dari perhiasan! Aku tahu kau membawa empat puteri bangsawan!" "Kau mau apa kalau aku membawa empat puteri bangsawan?" "Aku menginginkan puteri tercantik di antara mereka! Dyah Citraningrum! Sisanya untuk temanku!" "Hentikan, Pak Tua!" perintah Dyah Citraningrum. "Aku mau melihat tampang setan yang menginginkan diriku!" Perempuan secantik bidadari itu melompat

    Last Updated : 2024-06-29
  • Perjanjian Leluhur   310. Wangi Gardenia

    "Jangan asal!" Dyah Citraningrum dongkol disebut bau ikan asin. "Aku bukan Jayanti!" "Tapi satu bangsa, aromanya pasti sama," kata Cakra kurang ajar. "Bau ikan asin." "Sok tahu!" Cakra pergi meninggalkan mereka. "Kau mau ke mana?" tanya Dyah Citraningrum. "Cari wangi gardenia." "Aku wangi gardenia." "Bullshit! Aku tidak mau kena prank dua kali!" Dyah Citraningrum melompat ke udara dan bersalto lalu mendarat di hadapan Cakra. "Kau tidak bisa pergi dariku! Kau harus menemaniku pesta!" "Bunuh saja aku, ketimbang menjilat bau ikan asin!" "Ibuku bangsa Incubus! Ayahku bangsa Lucis? Bagiamana aku beraroma ikan asin?" "Bukankah kau ingin menjadi selir pangeran Nusa Kencana?" "Aku berubah pikiran setelah melihat dirimu. Berat bagiku untuk menjadi selir pangeran tertampan itu." "Maka itu jangan mencampuradukkan urusan pribadi dengan kepentingan kerajaan." "Aku mendahulukan kepentingan kerajaan." "Perempuan bodoh. Tapi percuma juga, pangeran Nusa Kencana tidak suka bau ikan asi

    Last Updated : 2024-06-29
  • Perjanjian Leluhur   311. Siap Perang Terbuka

    Dyah Citraningrum lega. Ksatria pekon lolos dari pemeriksaan, kereta meluncur menuju kastil di sektor barat istana. Ada beberapa kastil dan terlihat suram dengan langit berawan. Benteng kokoh dan tinggi memisahkan kompleks istana dengan kehidupan luar. Kereta berhenti di halaman batu pualam, beberapa pelayan menyambut kedatangan sang puteri. "Bawa peti pakaian ke kamarku," kata Dyah Citraningrum. Mereka heran. Sejak kapan peti pakaian disimpan di kamar? Biasanya peti itu langsung dibawa ke bilik cuci. Pelayan separuh baya bertanya untuk memastikan, "Di bawa ke kamar raden ayu?" "Ya." Mereka menggotong peti dari kayu langka itu ke kamar raden ayu, dan diletakkan di dekat pembaringan berlapis emas. "Aku curiga raden ayu terganggu ingatan karena kelamaan traveling," kata pelayan separuh baya. "Buat apa ia menyimpan pakaian kotor di dalam kamar?" "Sudahlah, jangan menggosip," potong pelayan lain. "Raden ayu paling benci kepada pelayan suka menggosip, padahal ia sendiri ratu gos

    Last Updated : 2024-06-30
  • Perjanjian Leluhur   312. Juru Cicip

    "Aku sangat berminat menjadi juru cicip istana." Keesokan harinya Cakra bangun sangat pagi, lebih pagi dari Dyah Citraningrum yang tidur kelelahan tanpa sempat berpakaian. Ia benar-benar terkalahkan oleh ksatria pekon. Puteri bangsawan itu bangun kesiangan. "Apa saja persyaratan untuk menjadi juru cicip?" Padahal Cakra sekedar ingin tahu saja. Ia lagi mencari peluang untuk masuk ke istana Selatan. Cakra ingin segera menyelesaikan misi untuk melenyapkan Ratu Selatan, meski sangat betah tinggal di kastil. "Kau serius ingin menjadi juru cicip?" tanya Dyah Citraningrum dengan sinar mata berawan. "Sebaiknya kau kubur keinginan itu." "Kenapa?" pandang Cakra heran. "Apakah perempuan saja yang boleh menjadi juru cicip?" Puteri bangsawan itu menghela nafas seolah ada hal yang perlu dipertimbangkan. "Aku kira kau cukup menjadi juru cicip ku," kata Dyah Citraningrum. "Apakah belum cukup kenikmatan yang kau peroleh?" "Aku menjadi juru jilat mu, bukan juru cicip!" "Seperti itulah profes

    Last Updated : 2024-07-01
  • Perjanjian Leluhur   313. Gelisah

    Seperti biasa Dyah Citraningrum pergi ke dapur istana memeriksa kesiapan makan pagi untuk maharatu. Ia bersama tiga juru cicip mencoba masakan yang akan dihidangkan, untuk merasakan cita rasa, suhu, dan kadar racun. "Apakah Tuan Lu Qiu Khan ada di istana pagi ini?" tanya Dyah Citraningrum. "Aku lihat porsinya bertambah." "Tuan Lu Qiu Khan pulang kemarin senja," jawab juru saji. "Jadi ada tambahan porsi." Ratu Selatan biasanya makan terlambat jika Lu Qiu Khan berada di istana. Mereka bangun sedikit siang. Malam tadi adalah jadwal Lu Qiu Khan menyambangi Ratu Selatan. Ia pulang atas perintah sri baginda. Lu Qiu Khan pergi lagi nanti selesai makan pagi, banyak urusan yang mesti diselesaikan. "Tuan Lu Qiu Khan pulang mendadak karena ada urusan sangat penting," kata pengawal istana. "Khong Jie Na membelot bersama tujuh puluh ribu prajurit." Dyah Citraningrum sudah mendengar kabar itu dari penjaga di depan. Pengkhianatan wakil panglima perang adalah pukulan telak bagi istana. Ratu

    Last Updated : 2024-07-03
  • Perjanjian Leluhur   314. Cindera Mata

    Lu Qiu Khan bangun kesiangan. Ratu Selatan sudah tidak ada di sampingnya. Barangkali menunggu di graha makan. Lu Qiu Khan pergi ke bilik mandi untuk membersihkan badan. Pertarungan semalam sangat menguras stamina. "Pantas ketua lama sering mengeluh kecapean," kata Lu Qiu Khan seraya berendam di bak mandi. "Ratu Selatan sungguh tiada duanya." Lu Qiu Khan hampir kewalahan melayani nafsunya yang besar. Ratu Selatan baru minta untuk mengakhiri menjelang fajar. Selesai mandi, Lu Qiu Khan pergi ke graha makan. Ia heran tidak melihat Ratu Selatan. Ia bertanya, "Gusti ratu belum datang?" "Belum tuan," jawab kepala istana. "Apakah ada tamu?" "Tidak ada tuan." "Lalu pergi ke mana gusti ratu?" Kepala istana dan pelayan bingung. Mereka kira baginda ratu masih di pesanggrahan. Lu Qiu Khan memusatkan pikiran untuk melacak keberadaan Ratu Selatan. Ia terhenyak melihat Ratu Selatan tergeletak di rerumputan di sebuah hutan belantara. "Celaka! Baginda ratu ada yang menculik!" Lu Qiu Khan m

    Last Updated : 2024-07-04

Latest chapter

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status