"Kita harus segera sampai di Kadipaten Selatan!" Tapak Mega dan wakilnya berlari dengan sebat di antara pepohonan. Mereka sengaja menempuh jalan darat sehingga tidak mengundang kecurigaan tokoh sakti Nusa Kencana. "Ratu Singkawang pasti mengira kita kabur ke arah barat untuk meminta suaka ke kerajaan Barat." "Lalu kenapa kau berbelok ke arah selatan?" tanya lelaki kurus yang bergelar Raja Congcorang. "Apakah kau ada kenalan di Kadipaten Selatan?" "Tidak! Kau tahu siapa diriku, di mana ada kekacauan di situ aku berada! Aku akan bergabung dengan kelompok pergerakan untuk kemudian mengambil alih kendali!" "Kau sungguh cerdik, Tapak Mega! Kita hancur di Kadipaten Barat, tapi membangun kembali kekuatan di Kadipaten Selatan! Kau bisa memanfaatkan kaum terpelajar tapi dungu itu! Pergerakanmu akan lebih hebat lagi!" "Aku bisa membunuh mereka tadi kalau tidak ada Ratu Singkawang! Pukulan beracunku dapat dimentahkan ratu ketiga!" "Pergerakan kita berarti sangat diperhitungkan sampai leluh
"Gurumu sendiri tidak punya penangkal racun itu." Tapak Mega terkesiap melihat Raja Congcorang tewas oleh jurusnya sendiri. "Dari mana kau mendapatkannya?" "Dari pantatmu!" "Anak muda, aku adalah sepupu Purbasari dari garis Nyi Ageng Permata, seharusnya kau sopan sedikit." "Aku lupa cara berlaku sopan kepada lelaki yang dibutakan cinta." "Ada kenangan manis yang sulit dilupakan. Aku, Ipritala, dan Purbasari teman bermain sejak kecil, bahkan sampai remaja aku sering menginap di istana Nusa Kencana, hubungan kedua kerajaan saat itu mulai membaik, tapi Purbasari memanaskan kembali dengan merebut Wikudara dari Ipritala." "Dan kau memancing di air keruh, karena sakit hati cintamu ditolak Purbasari. Kau tahu apa komentarku? Kalian bertiga pekok, mengorbankan rakyat demi cinta kalian." "Ucapanmu sungguh pedas sekali. Ketegangan tidak perlu terjadi seandainya Purbasari tidak merebut Wikudara." "Wikudara adalah takdir Purbasari. Tanpa ada perseteruan pun, ia pasti jadi miliknya. Lalu k
"Brengsek!" Ratu Singkawang menyambut kedatangan Cakra di istana Curug Empat dengan sumpah serapah. Ia jengkel pemuda itu datang sangat terlambat. "Ditunggu-tunggu baru muncul sekarang! Kau lihat Mahameru sekarat di pesanggrahan!" Cakra menjawab dengan santai, "Kau tahu kalau puteri mahkota sudah bertemu denganku, ia tak mau berhenti bercinta." "Bagus! Kau enak-enakan bercinta, sementara aku berjuang mati-matian menumpas pemberontak!" Ratu Singkawang sangat gemas melihat Cakra begitu tenang, padahal Mahameru lagi kritis terkena pukulan beracun Tapak Mega. Kondisi Minarti juga cukup memprihatinkan karena bersikeras menyelamatkan nyawa suaminya, ia terkena racun balikan. Mahapatih berbaring tak berdaya di tempat tidur saat Cakra tiba di pesanggrahan. Sekujur tubuhnya berwarna kehitaman tinggal menunggu detik-detik kematian. "Keadaannya makin mengkhawatirkan," keluh Iblis Cinta. "Aku berusaha memperlambat aliran racun di tubuhnya." Iblis Cinta berjuang keras menyelamatkan mahap
Ratu Singkawang terbangun. Ia menemukan dirinya tergeletak di lantai di dekat pintu bilik mandi, tanpa pakaian. "Saking capeknya sampai ketiduran di lantai." Ratu Singkawang tersenyum. Matanya bergulir ke samping, tampak seorang ksatria sangat tampan tertidur pulas. Pasti kecapean juga. Energinya sangat terkuras untuk bertarung dengan Tapak Mega, menolong Mahameru, dan bertempur dengannya. Ksatria itu telah menyuguhkan kenikmatan tiada tara. Ia mampu menciptakan malam terindah dari yang pernah dilewatinya. Ratu Singkawang mengecup pipinya dengan lembut, Cakra balas mengecup bibirnya. Sekali lagi ia mengecupnya, sekali lagi ksatria itu membalasnya. "Buka dulu matamu," senyum Ratu Singkawang mesra. "Nanti salah lagi nge-kiss lantai." Cakra menindih body goal itu dengan mata terpejam. "Bangun dulu...!" Ratu Singkawang mengecup bibirnya, Cakra balas mengulum. Kemudian mereka berciuman dengan mesra. Ratu Singkawang jadi curiga kalau pemuda itu tengah bermimpi. "Bangun...!" Ratu S
Ratu Singkawang terlambat bangun. Mereka cukup lama menunggu di ruang makan, namun ratu ketiga belum kelihatan juga. "Nampaknya beliau sangat kelelahan dengan pertarungan kemarin," kata Mahameru. "Entah bagaimana nasibku kalau beliau tidak turun tangan." Mereka tidak curiga energi Ratu Singkawang terkuras bukan karena pertarungan kemarin, ia sulit berhenti dalam pertempuran semalam karena kelihaian sang pangeran dalam memanjakan dirinya. "Kesalahanmu adalah melayani pukulan Tapak Mega," ujar Iblis Cinta. "Padahal kita tidak punya penangkal pukulan beracun dari alam roh." "Aku salah perhitungan karena informasi tidak akurat dari istana. Kiranya benar Tapak Mega berguru kepada ketua lama." Kekuatan pemberontak di luar prediksi istana. Tapak Mega dan wakilnya sulit dibasmi tanpa bantuan leluhur. Baginda ratu sendiri belum tentu dapat menandingi. "Bukankah pangeran sudah mengingatkan demikian? Kau terlalu percaya kepada sri ratu, tapi kemudian kau ditolong pangeran yang tidak kau per
"Barangkali takdirku sulit terlepas dari perempuan." Cakra mengeluh sambil berjalan lewat darat bersama Iblis Cinta, Melati mengikuti beberapa hasta di belakang, ia terlarang berjalan bersisian, kecuali pangeran berjalan sendirian. "Lepas dari ratu bidadari, datang pelayan pribadi." "Kau sudah membeli Melati dua ribu keping emas, meski tujuanmu adalah membantu usaha ibunya. Ia menjadi pelayan tidak tertebus karena keinginannya sendiri. Kewajibannya menemani pengembaraan dirimu." Iblis Cinta tahu apa sebabnya Cakra keberatan membawa pelayan pribadi ke markas pemberontak. Ia ingin mencari kesempatan di gerbang transisi untuk pulang ke negerinya. Padahal keberadaan Melati tidak menggangu rencana mereka. Justru dapat memuluskan jalan menuju ke gerbang transisi. Melati dapat menjadi saksi mereka memasuki gerbang transisi dan pergi ke alam roh, padahal menyelinap secara diam-diam ke gerbang labirin di kerajaan Bunian. "Untuk menyelinap itu perlu aksi tipu-tipu," kata Cakra. "Aku belu
Mereka tiba di areal kastil saat matahari tegak di atas kepala. Kastil itu sangat besar dan megah, hanya kalah megah dari istana Nusa Kencana, mempunyai halaman sangat luas, mampu menampung puluhan ribu prajurit. Keindahan kastil tidak terlihat dari luar, terhalang benteng tinggi dari kayu gelondongan tersusun rapat, hanya pendekar dengan chi sempurna sanggup melewati benteng itu. "Seperti kota mati," komentar Cakra sambil mengedarkan pandang ke sekitar. "Suasana sepi sekali." Di dalam benteng terdapat beberapa bangunan memanjang seperti barak penjaga. Reksajiwa dan kawan-kawan kelihatannya sudah menyapu bersih pemberontak, tak satu pun makhluk terlihat. Kesalahan terbesar Ratu Nusa Kencana adalah membiarkan gerbang transisi dikuasai pemberontak sehingga terjalin komunikasi di antara mereka dan beberapa makhluk roh terbujuk untuk menjadi pemberontak. Kekuatan mereka sulit teratasi kalau mengandalkan prajurit Kotaraja. "Sepertinya gerbang transisi berada di kastil utama," kata Ca
"Aku harus mengambil risiko." Cakra memutuskan untuk menjebol labirin transisi sebelum tiga wakil Tapak Mega kabur ke alam roh. Tongkat Petir muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra. Sinar keemasan terpancar terang di udara temaram. "Kita terlambat kalau menunggu purnama." Perkiraan Cakra gerbang transisi terbuka menjelang purnama muncul. Mereka memiliki sedikit waktu untuk menangkap tiga makhluk roh. Cakra menyentuhkan ujung tongkat ke dinding kristal bening yang tidak terlihat secara kasat mata, dan mengalirkan energi inti. Dinding kristal mengalami pergeseran struktur dan tampaklah lubang menyerupai pintu, dari dalam lubang memancar cahaya yang terlihat secara kasat mata. "Lekaslah kalian masuk," perintah Cakra. Iblis Cinta dan Melati segera masuk. Setelah Cakra masuk, dinding kembali mengalami perubahan struktur dan lubang tertutup. Mereka terkurung di sebuah ruangan berdinding kristal bening memancarkan sinar kemilau sehingga ruangan bertaburan cahaya. Mereka mengerahka