Ratu Singkawang terbangun. Ia menemukan dirinya tergeletak di lantai di dekat pintu bilik mandi, tanpa pakaian. "Saking capeknya sampai ketiduran di lantai." Ratu Singkawang tersenyum. Matanya bergulir ke samping, tampak seorang ksatria sangat tampan tertidur pulas. Pasti kecapean juga. Energinya sangat terkuras untuk bertarung dengan Tapak Mega, menolong Mahameru, dan bertempur dengannya. Ksatria itu telah menyuguhkan kenikmatan tiada tara. Ia mampu menciptakan malam terindah dari yang pernah dilewatinya. Ratu Singkawang mengecup pipinya dengan lembut, Cakra balas mengecup bibirnya. Sekali lagi ia mengecupnya, sekali lagi ksatria itu membalasnya. "Buka dulu matamu," senyum Ratu Singkawang mesra. "Nanti salah lagi nge-kiss lantai." Cakra menindih body goal itu dengan mata terpejam. "Bangun dulu...!" Ratu Singkawang mengecup bibirnya, Cakra balas mengulum. Kemudian mereka berciuman dengan mesra. Ratu Singkawang jadi curiga kalau pemuda itu tengah bermimpi. "Bangun...!" Ratu S
Ratu Singkawang terlambat bangun. Mereka cukup lama menunggu di ruang makan, namun ratu ketiga belum kelihatan juga. "Nampaknya beliau sangat kelelahan dengan pertarungan kemarin," kata Mahameru. "Entah bagaimana nasibku kalau beliau tidak turun tangan." Mereka tidak curiga energi Ratu Singkawang terkuras bukan karena pertarungan kemarin, ia sulit berhenti dalam pertempuran semalam karena kelihaian sang pangeran dalam memanjakan dirinya. "Kesalahanmu adalah melayani pukulan Tapak Mega," ujar Iblis Cinta. "Padahal kita tidak punya penangkal pukulan beracun dari alam roh." "Aku salah perhitungan karena informasi tidak akurat dari istana. Kiranya benar Tapak Mega berguru kepada ketua lama." Kekuatan pemberontak di luar prediksi istana. Tapak Mega dan wakilnya sulit dibasmi tanpa bantuan leluhur. Baginda ratu sendiri belum tentu dapat menandingi. "Bukankah pangeran sudah mengingatkan demikian? Kau terlalu percaya kepada sri ratu, tapi kemudian kau ditolong pangeran yang tidak kau per
"Barangkali takdirku sulit terlepas dari perempuan." Cakra mengeluh sambil berjalan lewat darat bersama Iblis Cinta, Melati mengikuti beberapa hasta di belakang, ia terlarang berjalan bersisian, kecuali pangeran berjalan sendirian. "Lepas dari ratu bidadari, datang pelayan pribadi." "Kau sudah membeli Melati dua ribu keping emas, meski tujuanmu adalah membantu usaha ibunya. Ia menjadi pelayan tidak tertebus karena keinginannya sendiri. Kewajibannya menemani pengembaraan dirimu." Iblis Cinta tahu apa sebabnya Cakra keberatan membawa pelayan pribadi ke markas pemberontak. Ia ingin mencari kesempatan di gerbang transisi untuk pulang ke negerinya. Padahal keberadaan Melati tidak menggangu rencana mereka. Justru dapat memuluskan jalan menuju ke gerbang transisi. Melati dapat menjadi saksi mereka memasuki gerbang transisi dan pergi ke alam roh, padahal menyelinap secara diam-diam ke gerbang labirin di kerajaan Bunian. "Untuk menyelinap itu perlu aksi tipu-tipu," kata Cakra. "Aku belu
Mereka tiba di areal kastil saat matahari tegak di atas kepala. Kastil itu sangat besar dan megah, hanya kalah megah dari istana Nusa Kencana, mempunyai halaman sangat luas, mampu menampung puluhan ribu prajurit. Keindahan kastil tidak terlihat dari luar, terhalang benteng tinggi dari kayu gelondongan tersusun rapat, hanya pendekar dengan chi sempurna sanggup melewati benteng itu. "Seperti kota mati," komentar Cakra sambil mengedarkan pandang ke sekitar. "Suasana sepi sekali." Di dalam benteng terdapat beberapa bangunan memanjang seperti barak penjaga. Reksajiwa dan kawan-kawan kelihatannya sudah menyapu bersih pemberontak, tak satu pun makhluk terlihat. Kesalahan terbesar Ratu Nusa Kencana adalah membiarkan gerbang transisi dikuasai pemberontak sehingga terjalin komunikasi di antara mereka dan beberapa makhluk roh terbujuk untuk menjadi pemberontak. Kekuatan mereka sulit teratasi kalau mengandalkan prajurit Kotaraja. "Sepertinya gerbang transisi berada di kastil utama," kata Ca
"Aku harus mengambil risiko." Cakra memutuskan untuk menjebol labirin transisi sebelum tiga wakil Tapak Mega kabur ke alam roh. Tongkat Petir muncul secara tiba-tiba di tangan Cakra. Sinar keemasan terpancar terang di udara temaram. "Kita terlambat kalau menunggu purnama." Perkiraan Cakra gerbang transisi terbuka menjelang purnama muncul. Mereka memiliki sedikit waktu untuk menangkap tiga makhluk roh. Cakra menyentuhkan ujung tongkat ke dinding kristal bening yang tidak terlihat secara kasat mata, dan mengalirkan energi inti. Dinding kristal mengalami pergeseran struktur dan tampaklah lubang menyerupai pintu, dari dalam lubang memancar cahaya yang terlihat secara kasat mata. "Lekaslah kalian masuk," perintah Cakra. Iblis Cinta dan Melati segera masuk. Setelah Cakra masuk, dinding kembali mengalami perubahan struktur dan lubang tertutup. Mereka terkurung di sebuah ruangan berdinding kristal bening memancarkan sinar kemilau sehingga ruangan bertaburan cahaya. Mereka mengerahka
"Jangan ke mana-mana sampai aku datang." Cakra berpesan kepada mereka setelah tiba di inti labirin. Ruangan itu sangat besar, komposisi dinding terbuat dari kristal yang memancarkan sinar kebiruan, di tengah ruangan terdapat altar berbentuk bundar dengan bagian atap terbuka pada malam purnama. Altar itu tempat keluar masuknya makhluk dari dua alam. "Kalian bersembunyi di ceruk dinding. Aku segera kembali." Cakra berkeyakinan jika makhluk roh dapat menembus dinding, maka ia pun bisa, karena ia mempunyai ilmu roh. Cakra merangkapkan tangan di dada, matanya terpejam merapal mantra, kemudian sosoknya berubah menjadi seberkas sinar berekor. Sinar itu melesat menembus dinding menuju ke ruangan di mana tiga makhluk berjubah hitam berada. "Aku biasa main kucing-kucingan di kampungku," kata Cakra. "Strategi kalian ketinggalan jaman." Sementara itu tiga makhluk roh tertawa-tawa di sayap labirin. Mereka senang telah berhasil mengecoh para pengejarnya. "Pendekar Lembah Cemara boleh berja
"Apa yang terjadi dengan pangeran?" Melati tampak resah menunggu di inti labirin. Ia dan Iblis Cinta bersembunyi di ceruk dinding kristal biru. Melati keluar dari ceruk dan tidak terlihat ada makhluk muncul dari dinding di mana Cakra pergi tadi. "Kok lama sekali?" "Kau begitu mengkhawatirkan dirinya. Apakah kau jatuh cinta pada tuanmu?" "Pelayan pribadi terlarang untuk jatuh cinta kepada siapapun, ia adalah milik tuannya." "Kau beruntung mempunyai tuan yang tidak berselera terhadap pelayan body goal." "Ia sudah mendapatkan segalanya dari permaisuri, apa lagi yang diharapkan dari perempuan lain?" "Kenikmatan. Cita rasanya pasti berbeda." Iblis Cinta heran ucapan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Ia jadi teringat perkataan Ratu Singkawang, mata keranjang pangeran menular. Bullshit. "Apa kau tidak kuatir dengan kepergian pangeran sehingga sempat untuk berhandai-handai seperti itu?" "Aku justru mengkhawatirkan keselamatan dirimu. Sebentar lagi purnama muncul. Ketua baru p
"Kau bisa memperdaya mereka, tapi tidak denganku!" Cakra muncul dengan pedang kencana di tangan. Matanya memandang tajam ke arah kakek bersyal biru. "Jadi kau dalang dari semua kekacauan di Bukit Penamburan? Mengapa kau begitu dendam pada Nyi Ageng Kencana, padahal ia terpilih karena takdir?" Iblis Cinta menoleh dengan terkejut, ia bertanya, "Kau mengenalnya pangeran?" "Aku hampir gila melihat perempuan secantik bidadari menampakkan wujud dalam sosok kakek buruk rupa. Apakah ia ingin menyembunyikan niat busuknya?" Kakek bersyal biru kaget bukan kepalang. Bagaimana Cakra dapat melihat sosok aslinya, padahal tiada ilmu yang dapat meneropong dirinya? "Apakah kau hanya menebak-nebak, anak muda? Seperti yang kau lakukan kepada dua pelayanku?" "Bagaimana aku berani menduga-duga untuk perempuan secantik Nyi Ageng Permata?" Cakra melihat di balik wujud kakek buruk rupa itu terdapat sosok perempuan bersanggul tinggi dengan tusuk konde permata biru, ciri khas Nyi Ageng Permata yang pern