Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 238. Perempuan Terlupakan

Share

238. Perempuan Terlupakan

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-26 21:36:12
"Apa yang terjadi dengan pangeran?"

Melati tampak resah menunggu di inti labirin. Ia dan Iblis Cinta bersembunyi di ceruk dinding kristal biru.

Melati keluar dari ceruk dan tidak terlihat ada makhluk muncul dari dinding di mana Cakra pergi tadi.

"Kok lama sekali?"

"Kau begitu mengkhawatirkan dirinya. Apakah kau jatuh cinta pada tuanmu?"

"Pelayan pribadi terlarang untuk jatuh cinta kepada siapapun, ia adalah milik tuannya."

"Kau beruntung mempunyai tuan yang tidak berselera terhadap pelayan body goal."

"Ia sudah mendapatkan segalanya dari permaisuri, apa lagi yang diharapkan dari perempuan lain?"

"Kenikmatan. Cita rasanya pasti berbeda."

Iblis Cinta heran ucapan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Ia jadi teringat perkataan Ratu Singkawang, mata keranjang pangeran menular.

Bullshit.

"Apa kau tidak kuatir dengan kepergian pangeran sehingga sempat untuk berhandai-handai seperti itu?"

"Aku justru mengkhawatirkan keselamatan dirimu. Sebentar lagi purnama muncul. Ketua baru p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   239. Biang Kerok Kekacauan

    "Kau bisa memperdaya mereka, tapi tidak denganku!" Cakra muncul dengan pedang kencana di tangan. Matanya memandang tajam ke arah kakek bersyal biru. "Jadi kau dalang dari semua kekacauan di Bukit Penamburan? Mengapa kau begitu dendam pada Nyi Ageng Kencana, padahal ia terpilih karena takdir?" Iblis Cinta menoleh dengan terkejut, ia bertanya, "Kau mengenalnya pangeran?" "Aku hampir gila melihat perempuan secantik bidadari menampakkan wujud dalam sosok kakek buruk rupa. Apakah ia ingin menyembunyikan niat busuknya?" Kakek bersyal biru kaget bukan kepalang. Bagaimana Cakra dapat melihat sosok aslinya, padahal tiada ilmu yang dapat meneropong dirinya? "Apakah kau hanya menebak-nebak, anak muda? Seperti yang kau lakukan kepada dua pelayanku?" "Bagaimana aku berani menduga-duga untuk perempuan secantik Nyi Ageng Permata?" Cakra melihat di balik wujud kakek buruk rupa itu terdapat sosok perempuan bersanggul tinggi dengan tusuk konde permata biru, ciri khas Nyi Ageng Permata yang pern

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Perjanjian Leluhur   240. Persengketaan Leluhur Telah Berakhir

    "Aku terpaksa kembali ke alam roh." Nyi Ageng Permata tampak muram, matanya memandang Cakra dengan sinar mata luruh. "Tiada pesanggrahan untukku di alam nyata." "Kau bisa bersemayam di pesanggrahan leluhur Nusa Kencana sampai situasi di alam roh membaik." Setiap klan hanya mempunyai satu pesanggrahan untuk disambangi. Jadi Nyi Ageng Permata merasa tidak ada tempat bersemayam karena persengketaan masa lalu. "Ibundaku pasti tidak mau menerima kehadiranku. Kesalahanku sangat besar dan mengakibatkan perpecahan hingga sekarang." "Perpecahan di alam nyata adalah tugasku untuk menyelesaikan. Kau datangi ibundamu kalau benar sudah mengakui bahwa Pangeran Restusanga adalah takdir adikmu. Setiap ibu pasti memaafkan kesalahan anaknya meski sebanyak air di lautan." "Sebentar lagi purnama muncul, aku pasti akan tersusul oleh para pemburu langit." "Kau tidak mempunyai ilmu Pindah Raga?" "Ibundaku memusnahkan saat aku pergi dari istana Pasir Galih." "Tapi ilmu Salin Raga yang kau miliki ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Perjanjian Leluhur   241. Ada Kesalahan Dengan Babad Kehidupan

    Pertarungan sengit terjadi antara Cakra dan ketua baru. Tapi hanya berlangsung beberapa jurus. Duk! Cakra terlempar jatuh terkena hantaman telapak tangan ketua baru. "Keluarkanlah seluruh jurus tidak berguna mu, kid slebew!" Ketua baru tertawa mengejek. Pendekar Lembah Cemara bangkit dan memasang kuda-kuda, lalu membuka jurus Beruk Di Ranting Cemara. Kemudian ia maju menerjang disertai teriakan yang memekakkan telinga, memukul dan menendang dengan sebat. Ketua baru menangkis tanpa bergeser posisi. Bunyi bentrokan pukulan dan tendangan terdengar nyaring. "Aku sudah mempelajari semua ilmu Ki Gendeng Sejagat! Kau cukup lumayan memainkannya!" "Aku tahu ilmu yang kau gunakan bukan dari pemiliknya! Kau curi dari kitab di perpustakaan ilmu! Patutkah aku kalah dari pencuri?" Cakra meningkatkan serangan. Gerakannya sangat cepat laksana titiran kincir. Ketua baru menangkis dengan gesit. Kadang kepala dan kaki menghindar dari pukulan dan sapuan, tanpa bergeser selangkah pun. Iblis Cin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Perjanjian Leluhur   242. Menyampaikan Kabar Buruk

    Cakra menggunakan energi roh dan ilmu Selubung Khayali untuk menguasai jurus paling legendaris dari kuil Shaolin itu. Cakra memberi isyarat dengan telunjuknya agar ketua baru maju menyerang. Kakek sakti berwujud ksatria tampan itu tampak sangat melecehkan jurus yang dimainkan Pendekar Lembah Cemara. "Aku juga ingin bermain-main denganmu." Ketua baru mengeluarkan jurus musang bulan mabuk kecubung. Jurus itu adalah jurus legenda klannya yang paling ditakuti para ketua, dengan kelemahan dihapus dari kitab terkunci. "Keluarkan semua jurus tidak berguna mu, kakek jelek!" ejek Cakra. "Jurus mabuk kecubung adalah jurus paling hina di negeri manusia!" Ketua baru terpancing emosinya. Pemuda kurang ajar itu mesti merasakan kehebatan jurus warisan leluhurnya. Ia terkejut saat serangannya dapat dipatahkan dengan mudah. Kemudian sebuah tinju menghantam dadanya, tubuhnya terpental dan menabrak dinding labirin, lalu jatuh berdebam menghantam lantai. Ketua baru bangkit berdiri, darah meleleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Perjanjian Leluhur   243. Karena Takdir

    Matahari memancarkan sinarnya lewat sela dedaunan. Burung berkicau meramaikan pagi, namun tak mengurangi kemistisan hutan itu. Tiga benda dari angkasa meluncur deras ke bumi, menerabas dedaunan dan jatuh berdebam ke tanah berumput. Kemudian terdengar erangan kesakitan Iblis Cinta karena bokongnya menghantam akar, "Aduh...! Bokongku rasanya remuk...!" "Setidaknya masih terdengar suaramu," kata Cakra yang jatuh terlentang di dekatnya, tertindih Melati yang memeluk erat dirinya. Cakra membangunkan perempuan itu dengan menepuk pipinya. "Jangan kelamaan pingsannya, kita sudah mendarat di bumi." Mereka sulit menggunakan ilmu peringan tubuh karena meluncur tanpa terkendali dari awan tersedot gaya gravitasi. "Bangun...!" Cakra memijit hidung bangir itu dengan lembut. Melati membuka mata dan tersenyum ceria melihat Cakra dalam keadaan segar bugar. "Aku senang sekali tuan selamat." Mereka bangkit duduk, pakaian mereka tampak lusuh sekali, sebagian robek. "Berada di mana kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Perjanjian Leluhur   244. Istana Impian

    Cakra menjalankan mobil cukup kencang. Ia sudah berdandan rapi ala eksekutif muda. Tuan Richard sudah memolesnya di salon dengan fashion bermerek dari butik. Uang satu koper dan mobil mewah melengkapi kesuksesannya merantau di negeri orang. Ia ingin mengangkat orang tuanya dari kemiskinan, mengembalikan mereka sebagai keluarga bangsawan klan Bimantara. "Kau perlu adaptasi jika belum pernah hidup susah," kata Cakra.. "Rumahku lebih jelek dari yang kamu bayangkan." Melati tersenyum. "Aku belum pernah hidup susah, tapi tidak perlu beradaptasi karena sudah kewajiban ku menjalani kehidupan tuan." Melati sudah di make over dengan penampilan sangat modis ala sekretaris pribadi. "Makanan favorit keluargaku adalah jengkol, pete, lalapan, sambel dadak, pepes ikan paray, dan sayur asam. Jika merasa keberatan, kita mampir di restoran untuk membeli tenderloin steak atau foie gras." "Aku belum pernah mencoba makanan favorit keluarga tuan, tapi aku pasti menyukainya." "Jangan paksakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Perjanjian Leluhur   245. Terbitnya Harapan

    "Delapan belas tahun?" Cakra seakan tak percaya dengan pendengarannya. "Hidupmu kelihatannya sangat enak!" gerutu Ambu. "Jadi lupa menghitung hari!" "Aku kira penyebabnya bukan itu." Cakra menutup kebingungannya. Barangkali ada perbedaan waktu antara bangsa manusia dengan bangsa Incubus. "Syukurlah kau sudah kembali," kata petani yang memanggul pacul. "Ibumu sangat terhibur dengan kepulanganmu." Mereka bubar untuk beristirahat. Kerja seharian sangat menguras tenaga. "Aku antarkan nanti oleh-olehnya ke rumah masing-masing." Mereka tampak senang. Kembalinya Cakra ke kampung menghadirkan harapan terbitnya kedamaian dari perbuatan yang meresahkan warga. Sejak kepergian Cakra bermunculan jagoan kampung yang menjadi tukang pukul para tengkulak dan rentenir. Cakra menutup pintu. Mereka duduk di kursi bambu. Cakra mulai bercerita, "Saat pulang dari pesta ulang tahun Priscillia, aku mengalami kecelakaan. Aku mengalami gegar otak dan lupa asal usulku. Ada bangsawan Timur Tengah meno

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Perjanjian Leluhur   246. Berita Terdahsyat

    "Abah mana?" Cakra tidak melihat ayahnya sejak kedatangannya. Ambu mendadak murung mendengar pertanyaan itu. Kepedihan melekat jelas di matanya. Pikiran buruk melintas di kepala Cakra. Ia memandang ibunya dengan buram. "Jangan katakan Abah sudah meninggal. Aku takkan pernah bisa memaafkan diriku." "Abah masuk bui." Cakra terkejut bukan kepalang. Kabar itu terlalu dahsyat untuk menyambut kepulangannya. "Abah divonis seumur hidup dengan dakwaan melakukan pembunuhan terencana kepada Erlangga dan istrinya untuk menguasai harta titipan." "Bagaimana kronologinya?" pandang Cakra tak percaya. "Saat kamu dinyatakan hilang oleh pihak kepolisian, Abah meminta harta yang dititipkan pada Erlangga, ia berkeyakinan kamu dijemput utusan kerajaan, jadi perjanjian secara otomatis batal." "Lalu Erlangga menolak karena putranya juga hilang?" "Ia bersedia mengembalikan separuh harta sesuai permintaan Abah, kemudian Abah diminta meracik kopi klan Bimantara yang sangat termasyhur itu untuk merayak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   397. Matinya Sang Pecundang

    Raden Manggala bersama beberapa pembantunya mengadakan perjamuan makan malam yang dihadiri puluhan istrinya. Perempuan-perempuan muda itu pergi ke Puri Abadi secara sukarela tanpa sepengetahuan suami atau orang tua sehingga dikabarkan diculik. Kebiasaan jelek warga kampung Luhan adalah menyebarkan berita tanpa menyaring dahulu kebenaran berita itu. "Perjuangan takkan pernah padam," kata Raden Manggala. "Kita tinggalkan para pecundang yang menginginkan imbalan semata. Aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik bagi kalian." Semua wanita yang menghadiri perjamuan tidak tahu kalau makanan dan minuman yang dihidangkan adalah hasil rampokan. Mereka mengira uang hasil usaha penginapan termewah di Butong, milik Manggala. Mereka juga baru mengetahui sosok Manggala secara jelas, dan mereka tidak menyesal menjadi istrinya. Manggala sangat gagah dan tampan. "Aku sebelumnya minta maaf, kalian ke depannya akan mengalami pengurangan fasilitas, sebab hartaku ludes diambil

  • Perjanjian Leluhur   396. Menolak Ampunan

    Cakra merasa banyak waktu senggang. Kelompok pergerakan bukan ancaman serius secara global, skalanya sangat kecil. Maka itu ia tidak keberatan ketika istana mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk janji suci mereka. "Pesta itu untuk rakyat," kata Nawangwulan. "Kita tidak perlu hadir sepanjang waktu." "Protokoler istana melarang rakyat untuk menyampaikan ucapan selamat secara langsung," keluh Cakra. "Jadi kita hadir sekedar seremonial saja." "Kau maunya seperti apa?" "Kita keliling Kotaraja untuk menyapa rakyat." "Perlu berapa hari kita mengelilingi Kotaraja?" "Tidak sampai tujuh hari tujuh malam kan? Apa salahnya kita mengadakan resepsi di setiap penginapan yang disinggahi supaya rakyat merasa lebih dekat?" "Sayang ... aku berarti harus merubah protokoler istana." "Ibunda ratu keberatan?" "Ia keberatan kalau kita merasa kecewa dengan perjamuan." "Kalau begitu kita rubah pesta sesuai keinginan kita!" Seluruh pegawai istana kelimpungan ada perubahan agenda

  • Perjanjian Leluhur   395. Setia Pada Uang

    Dengan bantuan intisari roh, Cakra berhasil memindahkan harta di kediaman adipati ke rumah Adinda yang kini kosong. "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut ke istana," gumam Cakra. "Warga kampung Luhan pasti curiga kalau aku sewa kereta barang. Apakah aku minta bantuan Nawangwulan saja?" Ratu Kencana muncul di kamar tirakat. Cakra tersenyum senang. "Kebetulan...!" seru Cakra. "Kebetulan apa?" sergah Ratu Kencana. "Kebetulan kau sedang mau digampar?" "Aku butuh kereta barang untuk mengangkut harta karun ke istana. Dapatkah kau menciptakan binatang penarik bertenaga super?" "Tidak ada ilmu yang bisa menciptakan makhluk hidup, tapi kau bisa menciptakan tiruannya." "Betul juga...! Lalu kau datang mau apa?" Plak! Plak! "Aku ingin menamparmu...!" geram Ratu Kencana. "Aku menjadi gunjingan di semua jazirah gara-gara kau!" Pasti soal bercinta lagi, batin Cakra kecut. Ratu itu sangat jengkel dibilang mentransfer ilmu lewat kemesraan. "Kau mestinya memberi klarifikasi! Ja

  • Perjanjian Leluhur   394. Generasi Nasi Bungkus

    Kampung Luhan gempar. Penggerebekan rumah Adinda oleh pasukan elit Kotaraja sangat mengejutkan. Gelombang protes muncul secara sporadis. Mereka menganggap penangkapan lima puluh wanita dan beberapa petugas keamanan sangat beraroma politis. Adipati Butong laksana kebakaran jenggot, padahal tidak berjenggot. Ia bukan meredam massa yang berdemo di depan kantor kadipaten, malah semakin membangkitkan amarah. "Tenang! Tenang! Beri saya kesempatan untuk berbicara!" Warga berusaha diam, kebanyakan orang tua perempuan yang ditangkap. "Saya tidak tahu apa-apa dalam peristiwa itu! Istana tidak berkoordinasi dengan saya! Saya akan melancarkan protes keras pada istana!" "Bukan protes! Bebaskan anak kami! Mereka tidak bersalah!" "Pasukan elit sudah berbuat sewenang-wenang! Mereka membawa anak kami ke Kotaraja untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak mereka lakukan!" "Bebaskan anak kami...!" "Bebaskan istri kami...!" "Tenang! Tenang! Beri saya waktu untuk menyelesaikan

  • Perjanjian Leluhur   393. Tuan Khong

    "Selamat pagi, Tuan Khong!" Seluruh pelayan di dapur mengangguk hormat menyambut kedatangan kepala koki di pintu masuk. "Ada yang sakit pagi ini?" "Tidak ada, Tuan Khong." "Bagus." Khong mendatangi Chan Xian yang tengah menyiapkan minuman hangat. "Bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Khong. "Pagi terindah bagiku," jawab Chan Xian. "Kau pasti mendapat gift universe lagi." Pelayanan kamar yang memuaskan akan menerima uang tip besar dari tamu. Chan Xian adalah primadona di penginapan termewah di Butong. Chan Xian terlihat sangat ceria, padahal hatinya menderita. "Aku dapat sepuluh gift universe pagi ini. Entah karena pelayanan yang memuaskan atau karena kecantikan diriku." "Perempuan cantik selalu memuaskan." Khong adalah kepala koki mata keranjang. Beberapa asisten koki sering tidur dengannya. Chan Xian pasti sudah jadi korban kalau bukan puteri mahkota. Semua pegawai menaruh hormat kepadanya. Chan Xian menjadi asisten koki secara sukarela. Ia tinggal di rumah mewah dengan

  • Perjanjian Leluhur   392. Bukan Hanya Milik Puteri Mahkota

    Hari sudah pagi. Cakra bangun dan pergi mandi, kemudian berpakaian. Jie masih tertidur pulas di pembaringan. Cakra menghubungi Nawangwulan lewat Sambung Kalbu. "Sayang...!" pekik puteri mahkota Segara gembira. "Ada apa menghubungi aku?" "Aku ada informasi penting," sahut Cakra. "Lima puluh istri Manggala akan mengadakan pertemuan rahasia di rumah Adinda, kepala front office kastil Mentari, dengan modus party dance." "Sayang ... kau berada di kampung Luhan?" "Ikan paus membawa diriku ke mari." "Ia ratu siluman. Ia sering menolong kesatria yang ingin berkunjung ke negeriku." "Tapi jutek banget." Nawangwulan tertawa lembut. "Ia biasanya minta upah ... barangkali ia sungkan karena kau adalah calon garwaku, ia jadi bete." "Dari mana ia tahu aku calon garwamu?" "Seluruh penghuni samudera sudah tahu kabar itu, dan Ratu Paus bukan sekedar tahu, ia mengenal sosokmu." Upah yang diminta pasti bercinta. Edan. Bagaimana ia bercinta dengan ikan paus? Siluman ikan biasanya hanya berubah

  • Perjanjian Leluhur   391. Badai Sudah Berlalu

    Sejak awal Cakra sudah curiga dengan Jie. Ia melihat sosok berbeda terbelenggu tabir misteri. Cakra ingin membebaskan sosok itu dari belenggu dengan mengalirkan energi intisari roh. "Aku adalah puteri mahkota dari kerajaan Terumbu," kata Jie. "Aku mendapat kutukan dari Raja Sihir karena menolak lamarannya." "Ada kerajaan sihir di jazirah tirta?" "Tidak ada. Ia pemilik Puri Abadi di wilayah tak bertuan." "Kalian kesulitan menangkap Raja Sihir untuk mencabut kutukan?" "Raja Sihir ditemukan tewas saat tokoh istana menyerbu ke Puri Abadi." "Siapa yang membunuhnya?" "Ia mati diracun murid tunggalnya, Raden Manggala." "Jadi kau datang ke kampung Luhan dalam rangka mencari Raden Manggala untuk mencabut kutukan?" "Ahli nujum istana mendapat wangsit; aku akan terbebas dari kutukan kalau ada kesatria gagah dan tampan bersedia bercinta denganku." "Kesatria di negerimu tidak ada yang bersedia?" "Lubangku mendadak hilang, ada bibir besar saja." "Lubangmu tertutup tabir sehingga ter

  • Perjanjian Leluhur   390. Ada Yang Lain

    Kehidupan di kampung Luhan tenteram dan damai, padahal menjadi markas pergerakan. Kelompok ini sulit diketahui keberadaannya. Mereka berbaur dengan masyarakat dan menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Pada saat dibutuhkan, mereka beroperasi secara masif, terstruktur, dan sistematis. Pergerakan seperti itu sangat berbahaya karena mereka akan memanfaatkan setiap peristiwa untuk menjatuhkan istana. "Kau tahu di mana kediaman Raden Manggala?" tanya Cakra. "Aku melihat tidak ada kekacauan di kampung ini. Gerakan mereka rapi sekali." "Bagaimana rupa Raden Manggala saja aku tidak tahu," sahut Jie. "Konon ia operasi plastik di negeri manusia sehingga sulit dikenali. Aku curiga anggota pergerakan telah menculik Chan Xian." "Apakah kakakmu pernah berurusan dengan kelompok Manggala?""Tidak." "Lalu ia diculik untuk apa? Untuk minta tebusan?" "Untuk jadi istri." "Jadi pemimpin pemberontak itu bujang lapuk?" "Istri keseribu." "Luar biasa...! Cukup untuk modal pemberont

  • Perjanjian Leluhur   389. Musuh Satu Kampung

    "Aku berasal dari bangsa Incubus." Cakra merasa jawaban itu adalah jawaban paling aman. Nama bangsa itu sudah termasyhur ke seantero jagat raya. Ia pasti menjadi binatang buruan jika mengaku bangsa manusia. Perempuan di negeri ini akan menjadikan dirinya gongli dengan penampilan sekeren ini. "Jangan keras-keras," tegur perempuan gembrot. "Kedengaran mereka hidupmu dijamin bakal susah." Cakra kaget. "Mereka tergila-gila pada bangsa Incubus. Mereka rela meninggalkan suami untuk mendapatkan pria Incubus, lebih-lebih pria segagah dan setampan dirimu." Cakra terbelalak. Celaka! "Kau bukan wanita kampung ini?" "Namaku Jiefan, panggil saja Jie, kayaknya kita seumuran. Aku dari negeri tetangga." "Oh, pantas...! Lagi pula, siapa yang tertarik kepada perempuan sebesar kerbau bunting? Ia pasti menjadi musuh lelaki satu bangsa! "Jadi aku aman jalan bersama dirimu?" "Kau aman kalau mengaku dari bangsa manusia dan berwajah jelek." "Waduh...!" "Kau akan jadi musuh per

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status