"Jangan ke mana-mana sampai aku datang." Cakra berpesan kepada mereka setelah tiba di inti labirin. Ruangan itu sangat besar, komposisi dinding terbuat dari kristal yang memancarkan sinar kebiruan, di tengah ruangan terdapat altar berbentuk bundar dengan bagian atap terbuka pada malam purnama. Altar itu tempat keluar masuknya makhluk dari dua alam. "Kalian bersembunyi di ceruk dinding. Aku segera kembali." Cakra berkeyakinan jika makhluk roh dapat menembus dinding, maka ia pun bisa, karena ia mempunyai ilmu roh. Cakra merangkapkan tangan di dada, matanya terpejam merapal mantra, kemudian sosoknya berubah menjadi seberkas sinar berekor. Sinar itu melesat menembus dinding menuju ke ruangan di mana tiga makhluk berjubah hitam berada. "Aku biasa main kucing-kucingan di kampungku," kata Cakra. "Strategi kalian ketinggalan jaman." Sementara itu tiga makhluk roh tertawa-tawa di sayap labirin. Mereka senang telah berhasil mengecoh para pengejarnya. "Pendekar Lembah Cemara boleh berja
"Apa yang terjadi dengan pangeran?" Melati tampak resah menunggu di inti labirin. Ia dan Iblis Cinta bersembunyi di ceruk dinding kristal biru. Melati keluar dari ceruk dan tidak terlihat ada makhluk muncul dari dinding di mana Cakra pergi tadi. "Kok lama sekali?" "Kau begitu mengkhawatirkan dirinya. Apakah kau jatuh cinta pada tuanmu?" "Pelayan pribadi terlarang untuk jatuh cinta kepada siapapun, ia adalah milik tuannya." "Kau beruntung mempunyai tuan yang tidak berselera terhadap pelayan body goal." "Ia sudah mendapatkan segalanya dari permaisuri, apa lagi yang diharapkan dari perempuan lain?" "Kenikmatan. Cita rasanya pasti berbeda." Iblis Cinta heran ucapan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Ia jadi teringat perkataan Ratu Singkawang, mata keranjang pangeran menular. Bullshit. "Apa kau tidak kuatir dengan kepergian pangeran sehingga sempat untuk berhandai-handai seperti itu?" "Aku justru mengkhawatirkan keselamatan dirimu. Sebentar lagi purnama muncul. Ketua baru p
"Kau bisa memperdaya mereka, tapi tidak denganku!" Cakra muncul dengan pedang kencana di tangan. Matanya memandang tajam ke arah kakek bersyal biru. "Jadi kau dalang dari semua kekacauan di Bukit Penamburan? Mengapa kau begitu dendam pada Nyi Ageng Kencana, padahal ia terpilih karena takdir?" Iblis Cinta menoleh dengan terkejut, ia bertanya, "Kau mengenalnya pangeran?" "Aku hampir gila melihat perempuan secantik bidadari menampakkan wujud dalam sosok kakek buruk rupa. Apakah ia ingin menyembunyikan niat busuknya?" Kakek bersyal biru kaget bukan kepalang. Bagaimana Cakra dapat melihat sosok aslinya, padahal tiada ilmu yang dapat meneropong dirinya? "Apakah kau hanya menebak-nebak, anak muda? Seperti yang kau lakukan kepada dua pelayanku?" "Bagaimana aku berani menduga-duga untuk perempuan secantik Nyi Ageng Permata?" Cakra melihat di balik wujud kakek buruk rupa itu terdapat sosok perempuan bersanggul tinggi dengan tusuk konde permata biru, ciri khas Nyi Ageng Permata yang pern
"Aku terpaksa kembali ke alam roh." Nyi Ageng Permata tampak muram, matanya memandang Cakra dengan sinar mata luruh. "Tiada pesanggrahan untukku di alam nyata." "Kau bisa bersemayam di pesanggrahan leluhur Nusa Kencana sampai situasi di alam roh membaik." Setiap klan hanya mempunyai satu pesanggrahan untuk disambangi. Jadi Nyi Ageng Permata merasa tidak ada tempat bersemayam karena persengketaan masa lalu. "Ibundaku pasti tidak mau menerima kehadiranku. Kesalahanku sangat besar dan mengakibatkan perpecahan hingga sekarang." "Perpecahan di alam nyata adalah tugasku untuk menyelesaikan. Kau datangi ibundamu kalau benar sudah mengakui bahwa Pangeran Restusanga adalah takdir adikmu. Setiap ibu pasti memaafkan kesalahan anaknya meski sebanyak air di lautan." "Sebentar lagi purnama muncul, aku pasti akan tersusul oleh para pemburu langit." "Kau tidak mempunyai ilmu Pindah Raga?" "Ibundaku memusnahkan saat aku pergi dari istana Pasir Galih." "Tapi ilmu Salin Raga yang kau miliki ti
Pertarungan sengit terjadi antara Cakra dan ketua baru. Tapi hanya berlangsung beberapa jurus. Duk! Cakra terlempar jatuh terkena hantaman telapak tangan ketua baru. "Keluarkanlah seluruh jurus tidak berguna mu, kid slebew!" Ketua baru tertawa mengejek. Pendekar Lembah Cemara bangkit dan memasang kuda-kuda, lalu membuka jurus Beruk Di Ranting Cemara. Kemudian ia maju menerjang disertai teriakan yang memekakkan telinga, memukul dan menendang dengan sebat. Ketua baru menangkis tanpa bergeser posisi. Bunyi bentrokan pukulan dan tendangan terdengar nyaring. "Aku sudah mempelajari semua ilmu Ki Gendeng Sejagat! Kau cukup lumayan memainkannya!" "Aku tahu ilmu yang kau gunakan bukan dari pemiliknya! Kau curi dari kitab di perpustakaan ilmu! Patutkah aku kalah dari pencuri?" Cakra meningkatkan serangan. Gerakannya sangat cepat laksana titiran kincir. Ketua baru menangkis dengan gesit. Kadang kepala dan kaki menghindar dari pukulan dan sapuan, tanpa bergeser selangkah pun. Iblis Cin
Cakra menggunakan energi roh dan ilmu Selubung Khayali untuk menguasai jurus paling legendaris dari kuil Shaolin itu. Cakra memberi isyarat dengan telunjuknya agar ketua baru maju menyerang. Kakek sakti berwujud ksatria tampan itu tampak sangat melecehkan jurus yang dimainkan Pendekar Lembah Cemara. "Aku juga ingin bermain-main denganmu." Ketua baru mengeluarkan jurus musang bulan mabuk kecubung. Jurus itu adalah jurus legenda klannya yang paling ditakuti para ketua, dengan kelemahan dihapus dari kitab terkunci. "Keluarkan semua jurus tidak berguna mu, kakek jelek!" ejek Cakra. "Jurus mabuk kecubung adalah jurus paling hina di negeri manusia!" Ketua baru terpancing emosinya. Pemuda kurang ajar itu mesti merasakan kehebatan jurus warisan leluhurnya. Ia terkejut saat serangannya dapat dipatahkan dengan mudah. Kemudian sebuah tinju menghantam dadanya, tubuhnya terpental dan menabrak dinding labirin, lalu jatuh berdebam menghantam lantai. Ketua baru bangkit berdiri, darah meleleh
Matahari memancarkan sinarnya lewat sela dedaunan. Burung berkicau meramaikan pagi, namun tak mengurangi kemistisan hutan itu. Tiga benda dari angkasa meluncur deras ke bumi, menerabas dedaunan dan jatuh berdebam ke tanah berumput. Kemudian terdengar erangan kesakitan Iblis Cinta karena bokongnya menghantam akar, "Aduh...! Bokongku rasanya remuk...!" "Setidaknya masih terdengar suaramu," kata Cakra yang jatuh terlentang di dekatnya, tertindih Melati yang memeluk erat dirinya. Cakra membangunkan perempuan itu dengan menepuk pipinya. "Jangan kelamaan pingsannya, kita sudah mendarat di bumi." Mereka sulit menggunakan ilmu peringan tubuh karena meluncur tanpa terkendali dari awan tersedot gaya gravitasi. "Bangun...!" Cakra memijit hidung bangir itu dengan lembut. Melati membuka mata dan tersenyum ceria melihat Cakra dalam keadaan segar bugar. "Aku senang sekali tuan selamat." Mereka bangkit duduk, pakaian mereka tampak lusuh sekali, sebagian robek. "Berada di mana kita?" tanya M
Cakra menjalankan mobil cukup kencang. Ia sudah berdandan rapi ala eksekutif muda. Tuan Richard sudah memolesnya di salon dengan fashion bermerek dari butik. Uang satu koper dan mobil mewah melengkapi kesuksesannya merantau di negeri orang. Ia ingin mengangkat orang tuanya dari kemiskinan, mengembalikan mereka sebagai keluarga bangsawan klan Bimantara. "Kau perlu adaptasi jika belum pernah hidup susah," kata Cakra.. "Rumahku lebih jelek dari yang kamu bayangkan." Melati tersenyum. "Aku belum pernah hidup susah, tapi tidak perlu beradaptasi karena sudah kewajiban ku menjalani kehidupan tuan." Melati sudah di make over dengan penampilan sangat modis ala sekretaris pribadi. "Makanan favorit keluargaku adalah jengkol, pete, lalapan, sambel dadak, pepes ikan paray, dan sayur ayam. Jika merasa keberatan, kita mampir di restoran untuk membeli tenderloin steak atau foie gras." "Aku belum pernah mencoba makanan favorit keluarga tuan, tapi aku pasti menyukainya." "Jangan paksakan kalau t