Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 150. Bukan Rumput Laut

Share

150. Bukan Rumput Laut

"Roman-romannya kau mulai jatuh cinta," kata Ki Gendeng Sejagat. "Kau mulai perhatian pada puteri mahkota."

"Perhatian bukan sekedar gambaran cinta," sahut Cakra. "Perhatian adalah bentuk tanggung jawab laki-laki yang sudah menanam benih."

"Berarti lelaki di rumah pohon pantas dicopot cangkulnya, bercocok tanam seenaknya."

"Sudah ada yang selesai."

Cakra melompat ke atas dahan dengan sebat, lalu menerobos masuk dan memelintir leher pria yang tengah berteriak nikmat dengan mulut celangap.

Perempuan yang melayani pria itu tak sempat menjerit karena sudah keburu ditotok syaraf suaranya.

"Aku akan melepaskan totokan kalau kau diam," kata Cakra.

Perempuan itu mengangguk seraya menutupi tubuh dengan kain kebaya.

"Kau boleh ambil kantong uang pria ini dan pergilah ke penginapan di kaki bukit," ujar Cakra setelah membebaskan totokan.

Perempuan itu mengenakan kain lalu mengambil kantong uang yang terbuat dari bulu binatang.

"Rumput lautnya lebat sekali," komentar Cakra.

"Kantong ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status