Home / Romansa / Perjanjian Leluhur / 149. Jenggot Singa

Share

149. Jenggot Singa

Cakra mendelik. "Kau bilang aku ada di dalam kamar puteri mahkota?"

"Benar, Yang Mulia," jawab dayang senior.

Ranggaslawi dan Ranggaslawe pasti sekarang sedang tertawa terbahak-bahak. Dikiranya ia mengambil kesempatan dalam kesempitan. Padahal boro-boro, meski ada kesempatan mencoba lorong kesempitan!

"Pangeran marah pada saya?" tanya dayang senior takut-takut. "Saya melaporkan apa adanya, tidak kurang tidak lebih."

"Tapi aku tidak berbuat apa-apa di dalam!"

"Saya kan tidak tahu, Yang Mulia."

"Maka itu aku tidak marah!"

"Tapi Yang Mulia teriak-teriak."

Cakra terdiam. Ia sadar suaranya terlalu keras untuk dayang berperasaan lembut.

Kelebihan perempuan Bunian adalah serba lembut. Menggebuk lalat pun pelan-pelan hingga keburu kabur. Maka tidak aneh pemberontak ketagihan menculiknya, barangkali goyangannya lembut.

Edan! Ia tidak pernah berpikir kotor sebelumnya! Memandang perempuan sebagai sebuah maha karya sempurna! Sejak memiliki ilmu Tembus Pandang Paripurna, matanya sulit men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status