Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 113. Hanya Maut Yang Mendahului Dirimu

Share

113. Hanya Maut Yang Mendahului Dirimu

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-27 21:01:40
"Apa aku tidak salah lihat?"

Maharini terkejut begitu mengetahui ada tanda hitam di dahi sahabatnya.

"Jadi Rinjani memakai topi lebar untuk menyembunyikan kalau dirinya sudah lost virgin?"

Puteri Rinjani tampak percaya diri berdansa. Padahal kehilangan keremajaan sebelum ritual resmi bagi puteri mahkota adalah aib besar.

"Aku berharap laki-laki yang berbuat adalah Cakra. Mereka pernah menginap bareng di kerajaan Timur."

Maharini tersenyum ketika menoleh ke sampingnya Dewi Anjani tampak syok seakan langit kehidupannya runtuh malam ini.

"Apa yang dikuatirkan terjadi juga," keluh Cakra. "Aku kena getahnya."

Cakra berusaha fokus untuk berdansa di bawah jilatan mata Dewi Anjani. Ia tidak boleh gugup karena akan jadi pembenaran terhadap apa yang dituduhkan.

Titik hitam di dahi Puteri Rinjani adalah bukti nyata, dan Cakra sulit melepaskan diri dari dakwan.

"Aku tidak mengerti maksudmu," kata Puteri Rinjani. "Aplaus mereka tidak membuatmu kehilangan cinta Anjani."

Semua tamu memuji
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   114. Istana Nusa Kencana

    Mereka melanjutkan perjalanan pagi-pagi sekali agar menjelang siang tiba di istana. "Maksudnya apa menyuruh puteri gengges tidur bersamaku?" gerutu Dewi Anjani yang berkuda di samping Cakra. "Kalian adalah sahabat," jawab Cakra. "Jadi jangan berantem terus. Aku ingin kalian mengingat masa lalu yang manis-manis, bukan yang pahit-pahit, agar apa yang sudah retak bisa diperbaiki." "Gelas pecah tidak bisa kembali lagi." "Rinjani berasal dari negeri sihir pasti bisa mengembalikan gelas pecah seperti semula." "Ngerti majas nggak?" "Nggak. Makanya aku ngomong begitu." Mereka pasti kikuk tidur berdua satu kamar. Puteri Rinjani kelihatannya memiliki keinginan untuk berdamai. Barangkali ia menyadari betul suatu saat akan menjadi perempuan kedua. Padahal hingga detik ini Cakra belum menyediakan ruang di relung hatinya. Cakra takut mereka kecewa. "Aku baru tahu si Rinjani tidurnya kebluk banget," kata Dewi Anjani. "Ia masih tidur saat aku pergi." "Ia biasa pulang larut malam. Jadi pasti

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-28
  • Perjanjian Leluhur   115. Pembelokan Sejarah

    Mereka makan siang bersama pembesar istana dan keluarga bangsawan terkemuka. Mereka duduk satu meja dengan pejabat penting istana. "Kita makan sambil melanjutkan perbincangan," kata Ratu Purbasari. "Tapi sebelumnya, apakah kau sudah kenal dengan pembantu dekatku?" "Sudah," sahut Cakra. "Mahameru, Bagaspati, Abimanyu, dan Sentanu atau biasa dipanggil Jendral Perang. Untuk pembesar istana lainnya, aku kira bisa menyusul." "Semua yang hadir di sini adalah penyelenggara acara ritual kalian besok. Jadi tolong kalian turuti apa permintaan mereka nanti." "Ya." "Nah, ini air suci yang diminta. Semua kebutuhan air istana mendapat pasokan dari Sungai suci. Mari kita buktikan, tusuk konde Nyi Ratu Suri akan bercahaya jika dicelupkan ke dalam air suci, sebagaimana tercatat dalam lembaran suci kerajaan. Aku belum pernah membuktikan karena percaya dengan penguasa sebelumnya." Ratu Purbasari mencopot tusuk konde yang dipakainya, lalu dicelupkan ke dalam air suci. Tidak ada keistimewaan yang te

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Perjanjian Leluhur   116. Kasihan Gusti Puteri

    "Kalau kalian tidak suka petai sama jengkol, tidak apa-apa," kata Cakra. "Biar aku saja yang makan. Hitung-hitung melepas rindu sama Abah dan Ambu." "Kami suka sekali, Tuan Muda," sahut Abimanyu. "Sepekan sekali, di rumah saya ada jengkol balado." "Orang tuaku makan mentahnya." "Mentahnya juga." "Tapi kenapa kalian kelihatan resah?" "Jengkol dan petai adalah lalap yang paling dibenci gusti ratu." "Tuan Muda makin kehilangan simpati nantinya," kata Mahameru. "Saya lihat pada makan siang tadi Tuan Muda sudah kehilangan separuh perhatiannya." "Bodo amat." "Jika Tuan Muda kehilangan simpati, berarti gusti ratu tidak menginginkan Tuan Muda berada di istana. Tuan Muda bersama puteri mahkota akan tinggal di istana pengasingan." "Jadi baginda ratu juga akan mengusir puterinya? Kejam sekali!" "Gusti ratu tidak mengusir puteri mahkota, tapi Tuan Puteri pasti memilih tinggal bersama Tuan Muda." "Apakah istana pengasingan sangat menakutkan?" "Istana pengasingan berada di pesisir pantai

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Perjanjian Leluhur   117. Menghargai Budaya

    Cakra berpakaian dan berdandan dibantu Abimanyu dan Bagaspati. Mereka bersiap-siap untuk makan malam. Ratu Purbasari masuk untuk melaporkan hasil pengintaian. Mahameru dan sahabat pelayan keluar kamar karena laporan itu sifatnya rahasia. Cakra dan Ratu Purbasari duduk di kursi. "Kau cantik sekali dengan pakaian pelayan," puji Cakra. "Aku sampai pangling kalau kau sudah seusia Ambu." "Aku tidak butuh pujian," gerutu Ratu Purbasari ketus. "Aku datang untuk laporan." "Kayak tidak ikhlas jadi utusan." "Ikhlas," senyum Ratu Purbasari dibuat-buat. "Sumpah." "Bagaimana hasilnya?" tanya Cakra. "Puteri mahkota sungguh tidak mengecewakan," jawab Ratu Purbasari. "Ia memiliki tubuh sangat seksi dan sangat mulus, kulit putih eksotik, tiada cela sedikit juga." "Lebih seksi mana sama ibunya?" "Jelas lebih seksi puteri mahkota." "Ibunya sudah tua, jarang juga fitness. Pepayanya bagaimana?" "Sangat matang, sangat kencang, dan sangat segar. Pokoknya siap dipetik." "Jadi agak kendor kayak i

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Perjanjian Leluhur   118. Ritual Penyatuan

    Keluarga dekat istana dan bangsawan terkemuka di kerajaan Nusa Kencana duduk rapi di atas permadani empuk di dalam graha yang sangat megah. Tamu istimewa dari mancanegara duduk paling depan. Puteri Rinjani dan puteri mahkota dari kerajaan sahabat sudah hadir. Mereka duduk di dekat Dewi Anjani dan pengiringnya, tidak ada yang mengalahkan kecantikan puteri mahkota Nusa Kencana dengan baju pengantinnya. Mereka menunggu dengan sabar kedatangan pengantin pria. Suasana hening menyaksikan detik-detik pelaksanaan acara ritual penyatuan. Abimanyu duduk menghadap tamu undangan didampingi Pangeran Wikudara dan Ratu Purbasari. Ia nampak berwibawa dengan berpakaian rabi besar. "Hadirin dimohon bersiap-siap." Puteri bangsawan yang menjadi protokol acara memberi tahu undangan. "Calon mempelai pria akan segera memasuki ruangan." Semua mata tertuju ke sudut ruangan. Pintu graha terbuka lebar. Cakra muncul bersama pengiring beberapa bangsawan berumur. Mereka memuji ketampanan dan kegagahan pangeran

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Perjanjian Leluhur   119. Mogok Masuk Kamar Pengantin

    "Aku minta ananda tidak terpancing emosi," kata Pangeran Wikudara setelah Ratu Purbasari pergi dari graha pesta. "Aku paham ananda ingin mengikuti jejak Pangeran Restusanga yang berpesta bersama rakyat. Tapi kebiasaan itu langsung hilang pada generasi kedua. Makanya ibunda ratu kaget saat ananda menghidupkan kembali." Cakra sudah pergi dari istana jika menuruti hawa nafsu. Ratu Nusa Kencana seolah menyepelekan karma yang terjadi seandainya ia tidak mengadakan ritual penyatuan dengan puteri mahkota. Ratu sombong itu sudah merendahkan harga diri pangeran kedelapan padahal kedudukannya sangat penting bagi kelangsungan kerajaan. Barangkali sri ratu mulai sangsi dengan perjanjian leluhur. Ia mencoba mendikte suasana dengan menyakiti hatinya. Kenapa keraguannya baru muncul sekarang setelah terjadi ikatan janji suci? "Aku tidak mengikuti siapapun," ujar Cakra. "Aku tidak tahu kebiasaan Pangeran Restusanga. Aku mengikuti suara hatiku." "Tapi kenapa perilaku ananda sama persis seperti Pang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Perjanjian Leluhur   120. Malam Pertama

    Ratu Purbasari menurunkan sang pangeran dari gendongan di depan pintu kamar pengantin. "Tugas kalian sudah selesai," kata Cakra kepada Mahameru dan sahabat pelayan yang jadi pengiring. "Aku bangga kepada kalian yang bersungguh-sungguh menanggalkan atribut pembesar istana demi melestarikan budaya." "Kami juga bangga dapat melayani Tuan Muda," sahut Mahameru. "Ada pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pekerjaan yang tak pernah dianggap, ternyata setiap pekerjaan adalah penting untuk kelancaran suatu kegiatan. Kami mohon diri, Tuan Muda." "Terima kasih atas semuanya." "Sama-sama, Tuan Muda." Ketika mereka hendak bersimpuh pamit pada Ratu Purbasari, Cakra melarangnya, "Kalian tidak perlu melakukan hal itu karena ia juga pelayan." Mereka pergi. Ratu Purbasari tampak kepayahan karena menggendong lumayan jauh dari kamar prosesi. Ia heran tidak dapat menggunakan chi untuk memenuhi permintaan sang pangeran. "Maafkan aku, ibunda ratu," kata Cakra tulus. "Aku sudah membuat dirimu sang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Perjanjian Leluhur   121. Hari Bercinta

    Entah menjalankan perjanjian leluhur atau ketagihan, Cakra bertarung sampai lima kali malam itu. Berkali-kali ombak besar datang bergulung-gulung dan terhempas di pantai kenikmatan. Mereka bercinta lagi saat bangun tidur di pagi hari, kemudian pergi ke kompleks pemandian pangeran dan puteri mahkota. "Tubuhku sangat letih dan pegal-pegal," kata Dewi Anjani sambil berendam di bak kayu langka. "Tolong tukang pijat suruh bersiap-siap nanti." "Baik gusti puteri." Selesai mandi, Dewi Anjani masuk ke ruang pijat, kemudian pergi ke kamar rias. Setelah juru rias menata wajah dan penampilannya, Dewi Anjani menjemput sang pangeran untuk makan pagi bersama ibunda ratu. Cakra jadi berubah pikiran melihat puteri mahkota tampil sangat mempesona, ia meminta Nirmala untuk menyampaikan kabar kepada gusti ratu agar makan duluan, sementara mereka kembali ke kamar pengantin. "Apakah mereka tidak sempat sejenak saja makan bersamaku?" gerutu Ratu Purbasari kesal. "Begitulah pesan yang disampaikan,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status