Kalimat awal perempuan itu hanyalah tebakan saja, tapi kalimat akhirnya adalah sebuah pernyataan.Waktu itu dirinya dan Jefri sedang berada di koridor, kalau Hengky sedang makan di dalam restoran, wajar saja dia bisa melihat mereka berdua dengan jelas. Hanya saja Winda tidak tahu, apa yang dilihat oleh Hengky hingga membuatnya marah seperti itu.Jelas-jelas tadi pagi mereka berdua masih saling menyayangi satu sama lain, sekarang tiba-tiba seperti berubah total.Perempuan itu menatap mata Hengky yang dingin, tersenyum tipis lalu mencondongkan wajahnya hingga ke samping telinga pria itu. “Pak Hengky, apakah Bapak sedang meragukan kesetiaanku?” bisik Winda.“Setia?” Hengky tertawa dengan dingin, sorot matanya seperti tidak ada kehangatan sedikit pun yang tersisa, “Memangnya kamu punya ….”Belum selesai bicara, Winda sudah mencium pria itu, membuat kata-kata kasar yang belum sempat diucapkannya tidak sempat keluar.Raut wajah Hengky menjadi lebih gelap, pria itu menggenggam kedua lengan Wi
“Kalau begitu kenapa kamu nggak senang?” Winda menatap nanar pria itu, raut wajahnya terlihat marah.“Nggak apa-apa.” Sepasang mata Hengky terlihat tidak peduli, pria itu memalingkan wajahnya dan memanggil Santo yang berdiri di luar. “Cepat naik dan langsung kembali ke kantor!”Winda menatap wajah dingin pria itu yang seolah tidak ingin memedulikan dirinya sama sekali hanya bisa menggigit bibirnya dengan marah.Sebelum Santo masuk ke mobil, perempuan itu langsung membungkuk dan mencium pipi Hengky dengan cepat. Ketika Hengky menoleh ke samping, Winda sudah membuka pintu mobil dan turun tanpa keraguan sedikit pun.Hengky kembali menarik pandangannya, raut wajahnya yang dingin kembali dengan cepat. “Jalan,” perintah Hengky sambil menaikkan kaca mobilnya.Santo yang tidak berani melawan perintah Hengky langsung menyalakan mesin mobilnya dan berjalan keluar dari tempat parkir tersebut.“Kamu coba periksa belakangan ini siapa saja yang dekat dengan Gunawan Group, singkirkan mereka semua!” H
Winda langsung menyebutkan beberapa jenis hidangan yang disukai oleh Yolanda, tepat ketika Bi Citra berbalik hendak menyiapkan makanan tersebut, Yolanda langsung menahannya dengan sigap. “Jangan repot-repot, sebentar lagi aku mau balik.”Winda mengerutkan keningnya, “Mengapa begitu? Bi Citra ….”“Bi Citra.” Yolanda buru-buru menyelak, “Nggak usah pedulikan aku, kamu pergi selesaikan saja urusan kamu yang lain, aku sebentar lagi akan pulang.”Bi Citra menatap Winda meminta petunjuk, Winda melihat raut wajah Yolanda yang serius, akhirnya menganggukkan kepala memberi isyarat kepada Bi Citra untuk pergi.Begitu Bi Citra keluar, Winda langsung mengerutkan keningnya dan berkata, “Kenapa tiba-tiba mau pulang?”“Cendric lagi dinas di Jenela, aku berjanji untuk menemaninya makan malam hari ini.” Senyum di wajah Yolanda sedikit memudar, emosi yang sulit dijelaskan terpancar keluar dari sepasang mata hitam perempuan itu.Winda juga ikut tertegun begitu mendengar nama Cendric keluar.Cendric adala
Hengky menatap pria itu dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu berkata dengan suara baritonnya, “Proyek di Felata sepertinya memerlukan orang untuk bisa mengawasi perkembangannya, kamu berniat ke sana?”Santo buru-buru menggelengkan kepalanya, “Aku terlalu banyak bicara.”Hengky langsung memberi perintah dengan dingin, “Keluar.”Santo tidak berani menunda sedetik pun, pria itu langsung membalikkan badan dan keluar dari ruangan Hengky.Di sisi lain, baru saja Winda menutup teleponnya, Bi Citra sudah datang menghampiri.“Ibu, apa Bapak sudah pulang? Apa sayur perlu dihidangkan keluar sekarang?” tanya Bi Citra.Winda diam-diam menghela napas, sorot matanya terlihat sangat kecewa, “Nggak perlu, malam ini dia nggak makan malam di rumah.”“Oh ….” Bi Citra melihat wajah muram Winda, langsung bertanya dengan khawatir, “Apa Ibu baik-baik saja?”Winda menggelengkan kepalanya. Saat ini dirinya memang sangat kecewa, tapi tiba-tiba dirinya juga terbersit sebuah ide lain yang cemerlang.Sorot mata
Hengky menatap selimut yang menggembung, berdeham sekali lalu berkata dengan suara dingin, “Cepat bangun dan kembali ke kamar kamu sendiri.”Tidak ada sedikit pun pergerakkan dari balik selimut tersebut, seolah orang yang berada di baliknya sudah benar-benar tertidur.Hengky menatap selimut tersebut selama beberapa detik, lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya. Dengan hati-hati, pria itu mencoba mengangkat ujung selimut yang menutupi wajah perempuan itu, tiba-tiba saja, sepasang tangan keluar dari balik selimut tersebut dan memeluk leher Hengky.Pria itu mengerutkan keningnya, belum sempat dia mengatakan apa pun, Winda sudah memeluk dan menarik badannya ke atas badan perempuan itu. Bibir Winda yang lembut ditempelkannya di atas wajah Hengky.“Suamiku, kamu sudah pulang!”Suara Winda terdengar manja dan ceria, sepasang matanya yang terang menatap wajah Hengky secara langsung, wajahnya tersenyum gembira.Hengky menyipitkan matanya, melepaskan pelukan Winda dari tubuhnya dan menatap pe
Pria itu berjalan dan mengambil kotak tersebut, barulah Hengky melihat ada sebuah amplop kecil di bawah kotaknya.Hengky mengambil amplop tersebut dan mengeluarkan suratnya, terlihat tulisan tangan yang panjang dan indah. Isi surat tersebut juga sangat singkat, yaitu : Untuk Pak Hengky-ku tersayang, semoga aku bisa memakaikan ini untuk kamu secara langsung.Aku mencintaimu.Istrimu.Hengky mengusap tulisan tersebut dengan jarinya, raut wajahnya terlihat sangat rumit.Jelas-jelas pesan itu sangat singkat dan hanya terdiri dari 16 kata, tapi Hengky menatap pesan tersebut dalam waktu yang sangat-sangat lama, seperti baru saja menerima pesan yang sangat panjang. Terutama di tulisan istrimu, pria itu melihatnya sangat lama, seolah seperti sedang mengukirnya di dalam hati.Raut wajahnya yang sebelumnya sangat muram berubah menjadi lebih berwarna, aura dingin di matanya juga jauh lebih hangat, senyuman di wajahnya juga jadi lembut.Pria itu menyimpan surat tersebut di atas meja dengan hati-
Akan terus seperti itu, sampai orang yang dicintainya dapat merasakan cintanya.Hengky menyipitkan sedikit matanya, raut wajahnya sangat datar, tidak terlihat apakah dia marah atau gembira. Namun pria itu menatap Winda dengan tenang.Sorot mata perempuan itu terlihat sangat memikat, jari-jari panjang perempuan itu perlahan-lahan memanjat ke atas, lalu perlahan-lahan menyentuh bibir Hengky yang tipis dengan jemarinya yang dingin.Tindakan perempuan ini benar-benar sangat menggoda, penuh dengan nafsu dan juga godaan.Senyum manja perempuan itu mengembang di wajahnya yang dingin dan nakal, menggoda hati pria itu.Hengky menelan ludahnya, membuat jakunnya bergerak naik turun, bola matanya yang hitam semakin lama semakin gelap, sorot mata pria itu berangsur-angsur berubah menjadi penuh hawa nafsu.Perempuan kecil di depannya ini baru saja menuliskan kata “rayu” di atas wajahnya.Napas Hengky pun berubah menjadi lebih cepat. Ketika tangan dingin Winda menyentuh bibirnya, pria itu langsung me
Sesungguhnya, Winda mulai merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri.Bahkan mulai ragu terhadap penilaiannya sendiri.Mungkin juga Hengky sama sekali tidak suka dengan dirinya, hanya saja karena harus bertanggung jawab terhadap perjanjian pernikahan barulah pria itu memperlakukan dirinya dengan baik?Kalau tidak, mengapa setiap kali dirinya berusaha mengungkapkan perasaan betapa dia mencintai pria itu, tetap saja tidak pernah mendapatkan respons.Bi Citra dapat melihat peperangan batin di hatinya, raut wajah Winda yang begitu sedih dan juga penuh keraguan membuat Bi Citra tidak berdaya hingga menghela napas panjang. Di dalam hati perempuan itu ada sebuah dorongan yang sangat kuat, dorongan untuk memberi tahu kenyataan yang sebenarnya kepada Winda.“Ibu, sebenarnya ….”Winda menarik napasnya dalam-dalam, mengatur emosinya lalu tersenyum menatap Bi Citra dan menyelak ucapan perempuan paruh baya itu. “Aku nggak apa-apa, ‘kok. Bi Citra nggak usah repot-repot menghiburku, sekalipun