Winda langsung menyebutkan beberapa jenis hidangan yang disukai oleh Yolanda, tepat ketika Bi Citra berbalik hendak menyiapkan makanan tersebut, Yolanda langsung menahannya dengan sigap. “Jangan repot-repot, sebentar lagi aku mau balik.”Winda mengerutkan keningnya, “Mengapa begitu? Bi Citra ….”“Bi Citra.” Yolanda buru-buru menyelak, “Nggak usah pedulikan aku, kamu pergi selesaikan saja urusan kamu yang lain, aku sebentar lagi akan pulang.”Bi Citra menatap Winda meminta petunjuk, Winda melihat raut wajah Yolanda yang serius, akhirnya menganggukkan kepala memberi isyarat kepada Bi Citra untuk pergi.Begitu Bi Citra keluar, Winda langsung mengerutkan keningnya dan berkata, “Kenapa tiba-tiba mau pulang?”“Cendric lagi dinas di Jenela, aku berjanji untuk menemaninya makan malam hari ini.” Senyum di wajah Yolanda sedikit memudar, emosi yang sulit dijelaskan terpancar keluar dari sepasang mata hitam perempuan itu.Winda juga ikut tertegun begitu mendengar nama Cendric keluar.Cendric adala
Hengky menatap pria itu dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu berkata dengan suara baritonnya, “Proyek di Felata sepertinya memerlukan orang untuk bisa mengawasi perkembangannya, kamu berniat ke sana?”Santo buru-buru menggelengkan kepalanya, “Aku terlalu banyak bicara.”Hengky langsung memberi perintah dengan dingin, “Keluar.”Santo tidak berani menunda sedetik pun, pria itu langsung membalikkan badan dan keluar dari ruangan Hengky.Di sisi lain, baru saja Winda menutup teleponnya, Bi Citra sudah datang menghampiri.“Ibu, apa Bapak sudah pulang? Apa sayur perlu dihidangkan keluar sekarang?” tanya Bi Citra.Winda diam-diam menghela napas, sorot matanya terlihat sangat kecewa, “Nggak perlu, malam ini dia nggak makan malam di rumah.”“Oh ….” Bi Citra melihat wajah muram Winda, langsung bertanya dengan khawatir, “Apa Ibu baik-baik saja?”Winda menggelengkan kepalanya. Saat ini dirinya memang sangat kecewa, tapi tiba-tiba dirinya juga terbersit sebuah ide lain yang cemerlang.Sorot mata
Hengky menatap selimut yang menggembung, berdeham sekali lalu berkata dengan suara dingin, “Cepat bangun dan kembali ke kamar kamu sendiri.”Tidak ada sedikit pun pergerakkan dari balik selimut tersebut, seolah orang yang berada di baliknya sudah benar-benar tertidur.Hengky menatap selimut tersebut selama beberapa detik, lalu membungkuk dan mengulurkan tangannya. Dengan hati-hati, pria itu mencoba mengangkat ujung selimut yang menutupi wajah perempuan itu, tiba-tiba saja, sepasang tangan keluar dari balik selimut tersebut dan memeluk leher Hengky.Pria itu mengerutkan keningnya, belum sempat dia mengatakan apa pun, Winda sudah memeluk dan menarik badannya ke atas badan perempuan itu. Bibir Winda yang lembut ditempelkannya di atas wajah Hengky.“Suamiku, kamu sudah pulang!”Suara Winda terdengar manja dan ceria, sepasang matanya yang terang menatap wajah Hengky secara langsung, wajahnya tersenyum gembira.Hengky menyipitkan matanya, melepaskan pelukan Winda dari tubuhnya dan menatap pe
Pria itu berjalan dan mengambil kotak tersebut, barulah Hengky melihat ada sebuah amplop kecil di bawah kotaknya.Hengky mengambil amplop tersebut dan mengeluarkan suratnya, terlihat tulisan tangan yang panjang dan indah. Isi surat tersebut juga sangat singkat, yaitu : Untuk Pak Hengky-ku tersayang, semoga aku bisa memakaikan ini untuk kamu secara langsung.Aku mencintaimu.Istrimu.Hengky mengusap tulisan tersebut dengan jarinya, raut wajahnya terlihat sangat rumit.Jelas-jelas pesan itu sangat singkat dan hanya terdiri dari 16 kata, tapi Hengky menatap pesan tersebut dalam waktu yang sangat-sangat lama, seperti baru saja menerima pesan yang sangat panjang. Terutama di tulisan istrimu, pria itu melihatnya sangat lama, seolah seperti sedang mengukirnya di dalam hati.Raut wajahnya yang sebelumnya sangat muram berubah menjadi lebih berwarna, aura dingin di matanya juga jauh lebih hangat, senyuman di wajahnya juga jadi lembut.Pria itu menyimpan surat tersebut di atas meja dengan hati-
Akan terus seperti itu, sampai orang yang dicintainya dapat merasakan cintanya.Hengky menyipitkan sedikit matanya, raut wajahnya sangat datar, tidak terlihat apakah dia marah atau gembira. Namun pria itu menatap Winda dengan tenang.Sorot mata perempuan itu terlihat sangat memikat, jari-jari panjang perempuan itu perlahan-lahan memanjat ke atas, lalu perlahan-lahan menyentuh bibir Hengky yang tipis dengan jemarinya yang dingin.Tindakan perempuan ini benar-benar sangat menggoda, penuh dengan nafsu dan juga godaan.Senyum manja perempuan itu mengembang di wajahnya yang dingin dan nakal, menggoda hati pria itu.Hengky menelan ludahnya, membuat jakunnya bergerak naik turun, bola matanya yang hitam semakin lama semakin gelap, sorot mata pria itu berangsur-angsur berubah menjadi penuh hawa nafsu.Perempuan kecil di depannya ini baru saja menuliskan kata “rayu” di atas wajahnya.Napas Hengky pun berubah menjadi lebih cepat. Ketika tangan dingin Winda menyentuh bibirnya, pria itu langsung me
Sesungguhnya, Winda mulai merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri.Bahkan mulai ragu terhadap penilaiannya sendiri.Mungkin juga Hengky sama sekali tidak suka dengan dirinya, hanya saja karena harus bertanggung jawab terhadap perjanjian pernikahan barulah pria itu memperlakukan dirinya dengan baik?Kalau tidak, mengapa setiap kali dirinya berusaha mengungkapkan perasaan betapa dia mencintai pria itu, tetap saja tidak pernah mendapatkan respons.Bi Citra dapat melihat peperangan batin di hatinya, raut wajah Winda yang begitu sedih dan juga penuh keraguan membuat Bi Citra tidak berdaya hingga menghela napas panjang. Di dalam hati perempuan itu ada sebuah dorongan yang sangat kuat, dorongan untuk memberi tahu kenyataan yang sebenarnya kepada Winda.“Ibu, sebenarnya ….”Winda menarik napasnya dalam-dalam, mengatur emosinya lalu tersenyum menatap Bi Citra dan menyelak ucapan perempuan paruh baya itu. “Aku nggak apa-apa, ‘kok. Bi Citra nggak usah repot-repot menghiburku, sekalipun
Winda melirik sekilas ke arah USB yang ada di atas meja itu, tapi tidak mengambilnya.Perempuan itu mengambil gelas kopinya dan meminum sedikit kopinya, setelah pelayan yang mengantarkan moka untuk Ziva pergi, barulah Winda bertanya, “File ini, apakah kamu masih menyimpan salinannya?”Ziva menggelengkan kepalanya, “Aku nggak bodoh, hal yang bisa menarik api dan membuat masalah untuk diri sendiri ….”Winda tertawa menghina mendengar hal ini, matanya yang gelap menatap perempuan yang ada di depannya lekat-lekat, “Kamu memang nggak bodoh, tapi kamu bisa menggunakan hal seperti ini untuk mengancamku, apa nggak mungkin kamu akan menggunakan trik yang sama untuk mengancam Roma?”Tangan Ziva yang memegang gelas mokanya langsung bergetar, membuat minuman di dalamnya tumpah keluar hingga mengenai atas meja. Perempuan itu buru-buru menaruh minumannya dan mengambil tissue yang ada di samping, lalu menundukkan kepala dan mengelap bekas minuman yang tumpah tersebut hingga bersih.Winda tersenyum me
Winda tersenyum kecil dan melepaskan tangannya.Jika benar-benar ingin hidup tenang, Ziva pasti tidak akan melakukan hal yang ‘cari mati’ seperti itu. Namun, kalau hal ini sampai terungkap, orang pertama yang dipikirkan oleh Roma mungkin adalah orang-orang di sekitarnya, dan jika Ziva membawa uang dan menemui Roma untuk mengakhiri kontraknya di saat seperti ini ….“Aku beri kamu satu saran lagi. Selagi hal ini belum terungkap, temui Roma untuk membahas pemutusan kontrak kerja sesegera mungkin. Setelah menandatangani kontrak itu, tinggalkan Jenela untuk beberapa waktu. Tunggu semuanya sudah kembali tenang, baru pulang lagi.”Meski Roma belum menikah, pria itu memiliki tunangan, yaitu Shania Purnawa, putri kedua dari keluarga Purnama. Keluarganya Roma dan keluarga Purnawa bisa dibilang memiliki kesepakatan untuk menikahkan kedua anak mereka. Kalau hubungan antara Roma dan Yuna sampai ketahuan orang luar, keluarga Purnawa bisa saja akan membatalkan pertunangan itu demi menjaga nama baik k