Share

3. Kemampuan Manusia Aktif

Wira telah melakukan pelanggaran karena memilih dua kotak, tapi Wira tidak peduli dengan hal itu.

[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]

Splash!

Tulisan di atas adalah tulisan terakhir yang dilihat Wira, dan matanya menjadi nanar karena gelap kembali menyelubung di depannya. Ruangan penuh cahaya dan dipenuhi kotak kemampuan, menghilang dalam sekejap. Wira kembali berada bersama rekan-rekannya di kelas, Wira seperti dipindahkan dengan dimensi aneh dalam waktu sekejap. Seperti mimpi!

Apa tadi barusan? Wira mencoba memastikan lagi, semua teman-teman terlihat kebingungan dan ada yang berdiri sambil memegangi meja. Apakah mereka juga mengalami halusinasi dan memilih kemampuan seperti dirinya?

Beberapa kertas ada di atas meja Wira, dia merapikan kertas yang akan dikumpul. Wira mencoba melupakan hal aneh yang barusan terjadi.

”Wira ... apakah kamu memilih kemampuan sebagai petualang?” tanya Bisma tiba-tiba, dan hal itu membuat Wira membuka matanya lebar-lebar.

Jadi ....

Wira menatap Bisma tajam, kini keduanya saling melihat dan baru menyadari bahwa apa yang terjadi pada keduanya bukan mimpi. Mereka telah dipindahkan ke dimensi aneh untuk memilih kemampuan selayaknya game saat menjalani tutorial pertama.

”Jadi kamu mengalaminya juga, Bismu. Aku pikir, aku sedang berhalusinasi. Aku memilih ....”

TEEEEEETTT!

Sepertinya sebelumnya, suara terompet panjang menggetarkan langit dan membuat getaran yang hebat. Meja dan kursi bergetar, gempa terjadi. Gempa terjadi dalam waktu sekitar 10 detik bersamaan dengan suara terompet yang menghilang kembali.

Ada apa lagi ini?

Salim yang kebingungan, dia mencoba mendekati pintu untuk melihat keadaan di luar kelas. Saat itu, dia terlihat kaget melihat pemandangan yang tidak normal di seluruh tempat. Apakah ini kiamat! Pikir DR. Salim.

Salim segera mengambil tindakan. Dia adalah seorang dosen yang melindungi para mahasiswa. Dia masuk kembali ke kelas dan menutup pintu dengan cepat. DR. Salim melihat semua mahasiswa di kelas, dan para mahasiswa pun melihat DR. Salim penuh tanda tanya.

Kenapa dosen mereka itu tiba-tiba menutup pintunya?

”Kenapa pintunya ditutup pak Salim.” Suara itu adalah suara Roni yang kebingungan, dia penasaran apa yang ada di luar. Tiga orang anggota geng Roni juga berkumpul di sekitar kursi tempat Roni berada.

Salim bergerak ke kursinya kembali, dia gemetaran dan bingung hendak menceritakan apa yang dilihatnya. Dia melihat langit yang berubah mendung dan ada beberapa hewan aneh yang terbang di sekitar kampus. Mereka berada di lantai tiga sehingga, DR. Salim melihat ada beberapa hewan raksasa dengan sayapnya dan dengan gigi-gigi yang tajam.

Itu nyata! Dunia telah mengalami kondisi abnormal.

”Para Mahasis ....”

BRAKKK!

Suara DR. Salim terhenti karena pintu kelas itu jatuh karena didobrak oleh seseorang dari luar. Pintu itu hancur sebagian, semua orang di kelas itu kaget.

Mata semua mahasiswa dan DR. Salim kaget, sesuatu muncul dari bagian pintu yang hancur. Itu adalah ... sebuah tangan panjang yang memiliki ujung begitu tajam. Seperti kaki laba-laba yang besar dan panjang. Apa sedang ada karnaval atau cosplay?

Brush!

Sisa pintu lainnya kini terdorong, makhluk itu keluar dari pintu sambil menendang sisa pintu yang hancur. Dan ... muncullah sesosok makhluk tinggi sekitar 1,5 meter-an dengan capit di mulutnya yang bergerak-gerak, menyatu dan memisah kembali.

Itu adalah ... belalang raksasa!

Berdiri tegak; kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, dua kaki menginjak lantai dan enam tangan yang bergerak-gerak memperhatikan semua orang di dalam kelas tersebut.

”Ini mimpi?” Suara seorang wanita yang duduk paling depan sambil memegang kedua pipinya, mencubit pipinya sendiri.

Sakit!

KIEEEEEKKKK!

Suara monster belalang itu terdengar dan dia hendak melompat ke arah wanita yang baru saja mencubit pipinya. Belalang itu melompat dan menggerakkan tangan-tangan tajamnya untuk menusuk mahasiswi tersebut.

Wosh! BRUSH!

Wira tak percaya, kejadian itu sangat cepat. Pak Salim yang notabene adalah seorang dosen, dia menggunakan sebuah kemampuan sihir spasial aneh dan mengeluarkan energi api dari tangannya, menyerang monster belalang itu dan menghempaskan monster itu hingga tubuhnya terkena dorongan kuat.

KIEEEEEKKKKK!

Suara monster belalang itu kesakitan.

”Tembakan api! Api!” DR. Salim menggunakan kedua tangannya dan dua serangan energi api kembali menghantam tubuh monster belalang tersebut hingga darah kuning keluar dari tubuh monster itu. Suara terakhir monster itu tak lagi terdengar dan monster belalang itu tak lagi bergerak.

Hah ... hah... hah ...

Salim seperti kehabisan energi dan dia mengatur napasnya perlahan.

”Diki! Wira! Bisma! Roni! Jaga teman-teman kalian, kita sedang berada dalam kondisi tidak normal. Di luar sana, banyak monster yang keluar entah dari mana. Bapak akan meminta bantuan, kalian sebaiknya menggunakan kemampuan yang kalian miliki untuk bertahan. Kalian harus bersatu jika ingin selamat. Jika kalian takut, tunggu di sini hingga bantuan datang!”

Tak ada yang menyahut. Semua masih kebingungan dan kemampuan sihir api milik dosen tersebut sudah menjadi bukti nyata. Kemampuan yang masing-masing dimiliki oleh mereka saat memilih kemampuan adalah kenyataan.

Salim keluar dari kelas, dia menengok ke arah para mahasiswanya dan tersenyum sebelum pergi.

”Apapun yang terjadi, bersiaplah untuk semua perubahan yang terjadi. Bertahanlah ... Bapak akan mencari bantuan secepatnya!”

Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan DR. Salim dan pergi begitu saja. Kini, di kelas itu tersisa Wira dan semua teman-teman sekelasnya yang mulai menyadari dunia telah berubah. Mereka melihat monster yang mati terbakar di sisi dinding kelas.

Diki yang merupakan ketua angkatan di kelas itu melihat sesuatu menyala di tangannya. Dia mulai menyadari bahwa dia telah memilih kemampuan sebagai seorang ahli pedang.

”Pedangku, datanglah!” kata Diki sambil mengarahkan tangan kanannya ke depan.

Kilauan energi dari atas seperti siluet sinar matahari yang menyala, menembus atap kelas. Sesuatu jatuh di depan Diki dan menghancurkan meja di depannya.

Brush!

Pedang berukiran naga menancap pada meja yang hancur, pedang itu berkilauan dan terlihat ada energi di sekitar pedang itu.

Ini hebat! Diki tersenyum, dia benar-benar menjadi seorang ahli pedang! Pikir Diki.

”Aku adalah ahli pedang! Aku adalah pendekar pedang hebat!”

Semua mahasiswa yang lain mulai memikirkan kemampuan apa yang mereka ambil saat berada di dimensi aneh. Diki sudah bisa mengeluarkan senjatanya, mereka juga harus menemukan kekuatan yang mereka pilih. Sayangnya, ada yang tidak memilih kemampuan sama sekali karena kebingungan. Sebagian dari mereka tidak memilih kemampuan dalam waktu 60 detik yang diberikan.

Wira dan Bisma saling berpandangan, dan mereka tidak memiliki senjata yang keluar dari kekuatan yang mereka miliki.

Di sisi lain, ada beberapa mahasiswa yang memiliki tongkat sihir dan juga beberapa aksesoris yang menunjukkan kemampuan yang mereka ambil.

”Diki punya pedang hebat, Wira. kenapa kita tidak memiliki sanjata apapun?” tanya Bisma kebingungan.

Wira hendak menjawab, tapi dia merasakan ada sesuatu yang mendekat. Perasaan ini adalah, seperti perasaan takut atau kewaspadaan.

[Sense Pembunuh bekerja, ancaman datang]

Mata Wira refleks melihat ke arah pintu, beberapa saat kemudian muncul tiga makhluk seperti yang dikalahkan DR. Salim. Tiga monter belakang saling berebut untuk masuk ke kelas dan mata mereka terlihat sangat senang melihat mangsa di kelas itu begitu banyak.

KIEEEEEKKKK! KIEEEEEEKKKK!

[Saatnya makan]

”Wira! mereka datang!” kata Bisma memegang tangan kanan Wira karena takut.

Apa yang harus mereka lakukan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status