Wira telah melakukan pelanggaran karena memilih dua kotak, tapi Wira tidak peduli dengan hal itu.
[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]
Splash!
Tulisan di atas adalah tulisan terakhir yang dilihat Wira, dan matanya menjadi nanar karena gelap kembali menyelubung di depannya. Ruangan penuh cahaya dan dipenuhi kotak kemampuan, menghilang dalam sekejap. Wira kembali berada bersama rekan-rekannya di kelas, Wira seperti dipindahkan dengan dimensi aneh dalam waktu sekejap. Seperti mimpi!
Apa tadi barusan? Wira mencoba memastikan lagi, semua teman-teman terlihat kebingungan dan ada yang berdiri sambil memegangi meja. Apakah mereka juga mengalami halusinasi dan memilih kemampuan seperti dirinya?
Beberapa kertas ada di atas meja Wira, dia merapikan kertas yang akan dikumpul. Wira mencoba melupakan hal aneh yang barusan terjadi.
”Wira ... apakah kamu memilih kemampuan sebagai petualang?” tanya Bisma tiba-tiba, dan hal itu membuat Wira membuka matanya lebar-lebar.
Jadi ....
Wira menatap Bisma tajam, kini keduanya saling melihat dan baru menyadari bahwa apa yang terjadi pada keduanya bukan mimpi. Mereka telah dipindahkan ke dimensi aneh untuk memilih kemampuan selayaknya game saat menjalani tutorial pertama.
”Jadi kamu mengalaminya juga, Bismu. Aku pikir, aku sedang berhalusinasi. Aku memilih ....”
TEEEEEETTT!
Sepertinya sebelumnya, suara terompet panjang menggetarkan langit dan membuat getaran yang hebat. Meja dan kursi bergetar, gempa terjadi. Gempa terjadi dalam waktu sekitar 10 detik bersamaan dengan suara terompet yang menghilang kembali.
Ada apa lagi ini?
Salim yang kebingungan, dia mencoba mendekati pintu untuk melihat keadaan di luar kelas. Saat itu, dia terlihat kaget melihat pemandangan yang tidak normal di seluruh tempat. Apakah ini kiamat! Pikir DR. Salim.
Salim segera mengambil tindakan. Dia adalah seorang dosen yang melindungi para mahasiswa. Dia masuk kembali ke kelas dan menutup pintu dengan cepat. DR. Salim melihat semua mahasiswa di kelas, dan para mahasiswa pun melihat DR. Salim penuh tanda tanya.
Kenapa dosen mereka itu tiba-tiba menutup pintunya?
”Kenapa pintunya ditutup pak Salim.” Suara itu adalah suara Roni yang kebingungan, dia penasaran apa yang ada di luar. Tiga orang anggota geng Roni juga berkumpul di sekitar kursi tempat Roni berada.
Salim bergerak ke kursinya kembali, dia gemetaran dan bingung hendak menceritakan apa yang dilihatnya. Dia melihat langit yang berubah mendung dan ada beberapa hewan aneh yang terbang di sekitar kampus. Mereka berada di lantai tiga sehingga, DR. Salim melihat ada beberapa hewan raksasa dengan sayapnya dan dengan gigi-gigi yang tajam.
Itu nyata! Dunia telah mengalami kondisi abnormal.
”Para Mahasis ....”
BRAKKK!
Suara DR. Salim terhenti karena pintu kelas itu jatuh karena didobrak oleh seseorang dari luar. Pintu itu hancur sebagian, semua orang di kelas itu kaget.
Mata semua mahasiswa dan DR. Salim kaget, sesuatu muncul dari bagian pintu yang hancur. Itu adalah ... sebuah tangan panjang yang memiliki ujung begitu tajam. Seperti kaki laba-laba yang besar dan panjang. Apa sedang ada karnaval atau cosplay?
Brush!
Sisa pintu lainnya kini terdorong, makhluk itu keluar dari pintu sambil menendang sisa pintu yang hancur. Dan ... muncullah sesosok makhluk tinggi sekitar 1,5 meter-an dengan capit di mulutnya yang bergerak-gerak, menyatu dan memisah kembali.
Itu adalah ... belalang raksasa!
Berdiri tegak; kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, dua kaki menginjak lantai dan enam tangan yang bergerak-gerak memperhatikan semua orang di dalam kelas tersebut.
”Ini mimpi?” Suara seorang wanita yang duduk paling depan sambil memegang kedua pipinya, mencubit pipinya sendiri.
Sakit!
KIEEEEEKKKK!
Suara monster belalang itu terdengar dan dia hendak melompat ke arah wanita yang baru saja mencubit pipinya. Belalang itu melompat dan menggerakkan tangan-tangan tajamnya untuk menusuk mahasiswi tersebut.
Wosh! BRUSH!
Wira tak percaya, kejadian itu sangat cepat. Pak Salim yang notabene adalah seorang dosen, dia menggunakan sebuah kemampuan sihir spasial aneh dan mengeluarkan energi api dari tangannya, menyerang monster belalang itu dan menghempaskan monster itu hingga tubuhnya terkena dorongan kuat.
KIEEEEEKKKKK!
Suara monster belalang itu kesakitan.
”Tembakan api! Api!” DR. Salim menggunakan kedua tangannya dan dua serangan energi api kembali menghantam tubuh monster belalang tersebut hingga darah kuning keluar dari tubuh monster itu. Suara terakhir monster itu tak lagi terdengar dan monster belalang itu tak lagi bergerak.
Hah ... hah... hah ...
Salim seperti kehabisan energi dan dia mengatur napasnya perlahan.
”Diki! Wira! Bisma! Roni! Jaga teman-teman kalian, kita sedang berada dalam kondisi tidak normal. Di luar sana, banyak monster yang keluar entah dari mana. Bapak akan meminta bantuan, kalian sebaiknya menggunakan kemampuan yang kalian miliki untuk bertahan. Kalian harus bersatu jika ingin selamat. Jika kalian takut, tunggu di sini hingga bantuan datang!”
Tak ada yang menyahut. Semua masih kebingungan dan kemampuan sihir api milik dosen tersebut sudah menjadi bukti nyata. Kemampuan yang masing-masing dimiliki oleh mereka saat memilih kemampuan adalah kenyataan.
Salim keluar dari kelas, dia menengok ke arah para mahasiswanya dan tersenyum sebelum pergi.
”Apapun yang terjadi, bersiaplah untuk semua perubahan yang terjadi. Bertahanlah ... Bapak akan mencari bantuan secepatnya!”
Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan DR. Salim dan pergi begitu saja. Kini, di kelas itu tersisa Wira dan semua teman-teman sekelasnya yang mulai menyadari dunia telah berubah. Mereka melihat monster yang mati terbakar di sisi dinding kelas.
Diki yang merupakan ketua angkatan di kelas itu melihat sesuatu menyala di tangannya. Dia mulai menyadari bahwa dia telah memilih kemampuan sebagai seorang ahli pedang.
”Pedangku, datanglah!” kata Diki sambil mengarahkan tangan kanannya ke depan.
Kilauan energi dari atas seperti siluet sinar matahari yang menyala, menembus atap kelas. Sesuatu jatuh di depan Diki dan menghancurkan meja di depannya.
Brush!
Pedang berukiran naga menancap pada meja yang hancur, pedang itu berkilauan dan terlihat ada energi di sekitar pedang itu.
Ini hebat! Diki tersenyum, dia benar-benar menjadi seorang ahli pedang! Pikir Diki.
”Aku adalah ahli pedang! Aku adalah pendekar pedang hebat!”
Semua mahasiswa yang lain mulai memikirkan kemampuan apa yang mereka ambil saat berada di dimensi aneh. Diki sudah bisa mengeluarkan senjatanya, mereka juga harus menemukan kekuatan yang mereka pilih. Sayangnya, ada yang tidak memilih kemampuan sama sekali karena kebingungan. Sebagian dari mereka tidak memilih kemampuan dalam waktu 60 detik yang diberikan.
Wira dan Bisma saling berpandangan, dan mereka tidak memiliki senjata yang keluar dari kekuatan yang mereka miliki.
Di sisi lain, ada beberapa mahasiswa yang memiliki tongkat sihir dan juga beberapa aksesoris yang menunjukkan kemampuan yang mereka ambil.
”Diki punya pedang hebat, Wira. kenapa kita tidak memiliki sanjata apapun?” tanya Bisma kebingungan.
Wira hendak menjawab, tapi dia merasakan ada sesuatu yang mendekat. Perasaan ini adalah, seperti perasaan takut atau kewaspadaan.
[Sense Pembunuh bekerja, ancaman datang]
Mata Wira refleks melihat ke arah pintu, beberapa saat kemudian muncul tiga makhluk seperti yang dikalahkan DR. Salim. Tiga monter belakang saling berebut untuk masuk ke kelas dan mata mereka terlihat sangat senang melihat mangsa di kelas itu begitu banyak.
KIEEEEEKKKK! KIEEEEEEKKKK!
[Saatnya makan]
”Wira! mereka datang!” kata Bisma memegang tangan kanan Wira karena takut.
Apa yang harus mereka lakukan?
”Cepat keluarkan senjatamu, Wira! hadapi monster-monster belalang itu!” Bisma memegangi lengan Wira cukup kuat.Capit-capit tiga belalang besar itu terus bergerak, terbuka dan tertutup. Suara bertemunya antar ujung capit terdengar menyeramkan dan ruangan kelas itu menjadi mencekam karena suara capit ketiga monster belalang itu.Tiga monster belalang mulai mendekati dan tangan-tangan mereka mengarah pada para mahasiswa.”Pergi lawan mereka, Diki. Kamu di sini satu-satunya yang mempunyai pedang!” teriak Roni sambil menepuk pundak Diki sang ketua angkatan di kelas mereka.”Apa-apaan, bahkan pedang ini terasa berat. Aku hanya suka bermain game dengan pedang, bukan di dunia nyata. Aku takut para mereka.”Diki ketakutan melihat tiga monster itu, bagaimana mungkin dia melawan mereka sedangkan dia tidak pernah berolahraga apalagi melawan tiga monster itu sekaligus.”Sial! Berikan saja pedangmu itu padaku!” teriak Roni berlagak.”Tidak! Ini pedangku! Pakai senjatamu sendiri!” timpal Diki.Apa-
Klap![Status petualang; Wira][Bertahan hidup adalah tujuan anda di awal kehancuran dunia. Tingkatkan kekuatan anda dan naikkan kemampuan anda untuk mempersiapkan tahap kehancuran dunia selanjutnya]Wira membaca status jendela dengan kemampuannya sebagai Petualang. Saat itu, empat orang yang selalu mengganggu Wira maju dengan bergaya menuju pintu, mereka siap menyambut musuh monster yang datang.Roni berbisik pada ketiga teman gengnya, jika si lemah Wira saja bisa bertarung melawan monster-monster belalang itu. Maka, mereka pasti lebih hebat dan lebih mudah mengalahkan monster. Mereka juga akan menjadi lebih kuat dengan bantuan sistem petualang dengan kemampuan yang mereka pilih masing-masing sebelumnya. Mereka begitu percaya diri keluar kelas dan siap menghadapi para monster.Crop!Malin yang berada di sebelah Roni kaget, Roni melotot melihat ke arah Malin yang gemetaran tubuhnya. Sebuah benda dengan cepat menembus tubuh Malin hingga ke belakang tubuhnya. Dan, wajah mengerikan kel
Makhluk tinggi itu datang ke arah Wira, benturan tubuh mereka terjadi dan membuat para mahasiswa lainnya ada yang menutup matanya.Slap!Brush!Wira terdorong ke belakang dan tubuh monster kurus tinggi itu menimpa Wira, suaranyanya terdengar menyayat.KUUUUKKKKK! (Sakit, sakit ....)Bruk! Kepala monster itu tergeletak di samping kepala Wira dan membentur lantai dan tak lagi bergerak. Sementara, ujung pedang ternyata menembus tubuh monster itu hingga tembus ke atas. Wira kesulitan bergerak, saat serangan mereka bertemu. Wira melihat celah dengan kemampuan matanya yang tajam dan menusuk monster itu dengan cepat.[Petualang, anda berhasil membunuh Monster Rak-Rak. Target misi untuk mendapatkan senjata, 2/3]”Bantu singkirkan makhluk jelek ini, Bisma,” kata Wira kesulitan karena dia tertimpa makhluk tersebut dan terjepit dengan pedang yang masih dipegangnya.Bisma segera mendekati Wira dan menggunakan kakinya untuk menendang tubuh monster itu. Sementara, Wira menarik pedangnya.Bruk!Mons
Wira kaget dengan statusnya, dia adalah seorang pembunuh! Bagaimana mungkin dia pembunuh?KIEEEEKKKK! (manusia ras rendahan, beraninya!)Satu monster Rak Rak yang dihempaskan Wira sebelumnya mencoba bangkit, dia terhuyung dan menerjang ke arah Wira.[Sense seorang pembunuh aktif, tubuh anda yang telah terlatih sebagai ahli pertarungan disinkronisasi dengan kemampuan pembunuh]Wosh!Tangan monster itu melewati Wira, Wira mundur ke belakang satu langkah dan tangannya dengan cepat menyikut leher belakang monster itu dengan cepat.BAM! Monster itu menjerit dan kepalanya membentur lantai kelas dengan kuat. Wira dengan cepat menjatuhkan kaki kanannya dan menginjak punggung monster itu dengan kuat.Brush!Monster itu kesakitan dan kesulitan bergerak, Wira melihat Diki yang kaget karena Wira mampu mengatasi monster itu.”Pakai pedangmu, Diki. Bunuh dia, dengan begitu kemampuanmu bisa bertambah.”Wira menyerahkan pedang di tangannya pada pemiliknya, Diki menerimanya meskipun sedikit ragu. Wira
Bug!Wira menghindari serangan salah satu monster dan memutar kakinya, lututnya menghantam kepala monster Rak Rak di barisan depan.Brush!Wira melompat sambil menginjak monster yang jatuh, dagger yang dipegangnya dengan cepat terangkat dan melihat penyerang lagi.KIIEEEEEE!BRUSH!Wira memotong tangan monster itu dan menebas lehernya sekaligus, dagger yang sangat tajam. Darah kuning menyembur dan monster Rak Rak satu jatuh ke lantai.[Petualang, anda membunuh monster Rak Rak. Kemampuan anda meningkat, semakin banyak monster yang anda kalahkan, kemampuan anda akan meningkat secara signifikan]Itu bagus!Wira melihat satu monster lagi yang menyerang Wira, saat itulah energi buff diberikan oleh Bisma pada Wira sehingga Wira merasakan energinya bertambah secara cepat.”Majulah monster kurus!”HIIIIAAAAA!Wira melakukan gerakan zig zag untuk mengelabui monster itu dan saat melewati monster itu, daggernya menusuk bagian vital tubuh monster itu dan mendorongnya hingga membentur dinding loro
”Tolooong!” seorang mahasiswa ketakutan dan berlari, di belakangnya beberapa monster mengejarnya. Wanita itu terlihat sangat panik dan terus berlari mencari bantuan, dia melihat Wira dan Bisma sehingga berlari ke arah keduanya. Saat ini, dia hanya perlu selamat dari kematian.”Selamatkan aku!”Mahasiswi itu terus berteriak tak karuan dan berlari sebisa mungkin, dia menghambur ke arah Wira dan Bisma, tak peduli apapun, dia hanya ingin selamat.Wosh!Wira sudah berlari dan melewati wanita itu. ”Kau bantu wanita itu, Bisma.”Bisma paham, Wira sudah menghadang serombongan monster Rak Rak menggunakan senjata; entah dari mana mereka punya pedang aneh dan tombak. Tebasan pedang dihindari Wira dengan kemampuan mata malaikat yang sangat jelas melihat pergerakan serangan monster itu. Wira menggeser tubuhnya, pedang melewati tubuhnya. Dan, pukulan telak menghantam perut monster tinggi itu hingga membuat monster itu menghantam dinding.Brush!Serangan datang lagi, tombak mencoba menusuk Wira dari
Tangan wanita itu memegang kepala anak kecil yang baru berumur lima tahun, dia mengecup kening bocah lelaki itu.”Wira, Ibu pergi tidak akan lama. Ibu harus menjemput Ayahmu, kamu ikut bibimu selama Ibu pergi ya.”Senyuman wanita itu menguatkan putra satu-satunya, dia harus pergi. Wanita itu, Rania berdiri dan menyentuh rambut putera kecilnya. Dia berpamitan pada adiknya dan memegang koper untuk pergi. Senyumannya terlihat berat tapi tetap dipaksakan. Mobil sudah berada di depan gerbang, wanita itu meninggalkan si kecil dengan lambaian tangan berat.BROOOOOOMMM!”IBUUUUUUUU!”Hah! Hah! Hah!Seorang lelaki muda terbangun dari mimpinya, mimpi yang selalu datang saat tidurnya. Saat terakhir dia bertemu dengan ibunya setelah hampir dua puluh tahun. Wira, mengusap wajahnya dan mengambil air wudhu. Hari masih tepat di waktu shalat subuh.Pagi harinya, Wira sepertinya biasanya berangkat kuliah. Hidupnya sebatang kara, kuliah di tempat kampus yang cukup terkenal di kota Jakarta. Wira mendapat
Kilauan cahaya menyala di langit, Wira kaget melihat pemandangan di langit. Apa yang sebenarnya terjadi?Gempa berhenti, meja yang semua saling berderak dan bertabrakan sudah kembali normal. Semua mahasiswa di kelas itu bangkit dari tiarap. Semuanya saling memandang dan kebingungan. Mereka mulai bergerak kembali ke tempatnya masing-masing.Namun ...TEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!Suara terompet lagi! Suara itu kembali membuat gendang telinga Wira dan lainnya terasa sakit. Suara seperti terompet raksasa itu terdengar dari atas, seperti suara dari langit dan seolah langit akan menghancurkan bumi. Semua yang mendengarkan suara kedua terompet dahsyat itu, menjadi ketakutan. Sepanjang suara terompet terdengar, ruangan mereka di lantai dua ikut bergetar, keca di jendela bergetar dan menimbulkan gesekan karena ikut terguncang.”Apakah ini adalah hari kiamat!” teriak pria di pojok ruangan sambil menutup kedua telinganya dan jongkok dengan tubuh menggigil.”Kiamat?” seorang wanita yang