Share

4. Petualangan Baru Dimulai

”Cepat keluarkan senjatamu, Wira! hadapi monster-monster belalang itu!” Bisma memegangi lengan Wira cukup kuat.

Capit-capit tiga belalang besar itu terus bergerak, terbuka dan tertutup. Suara bertemunya antar ujung capit terdengar menyeramkan dan ruangan kelas itu menjadi mencekam karena suara capit ketiga monster belalang itu.

Tiga monster belalang mulai mendekati dan tangan-tangan mereka mengarah pada para mahasiswa.

”Pergi lawan mereka, Diki. Kamu di sini satu-satunya yang mempunyai pedang!” teriak Roni sambil menepuk pundak Diki sang ketua angkatan di kelas mereka.

”Apa-apaan, bahkan pedang ini terasa berat. Aku hanya suka bermain game dengan pedang, bukan di dunia nyata. Aku takut para mereka.”

Diki ketakutan melihat tiga monster itu, bagaimana mungkin dia melawan mereka sedangkan dia tidak pernah berolahraga apalagi melawan tiga monster itu sekaligus.

”Sial! Berikan saja pedangmu itu padaku!” teriak Roni berlagak.

”Tidak! Ini pedangku! Pakai senjatamu sendiri!” timpal Diki.

Apa-apaan mereka itu!

Woooonggg!

Para mahasiswa mundur hingga ke ujung ruangan, belalang-belalang raksasa itu ternyata mampu terbang, mereka menggerakkan sayap-sayap di belakang punggung mereka dan mereka terbang di bawah atap kelas dan menyeringai dengan capit mereka.

KIEEEEKKKK!

”Siapapun! Tolong, hadapi mereka!” teriak seorang wanita.

Satu belalang terbang lebih dekat dan bersiap dengan tangan-tangannya yang tajam, saat itu juga Wira yang berada paling depan maju ke depan seorang diri. Hal itu tidak lain karena Roni yang berada di belakangnya mendorong Wira agar dia menjadi korban para monster belalang itu.

Wira terpaksa maju beberapa langkah karena didorong, dan saat itulah satu monster belalang menerjang cepat ke arahnya.

”Wira ...!” teriak Bisma khawatir.

WOOONNGG!

Mata Wira tajam melihat pergerakan belalang raksasa itu yang hendak menusuk tubuhnya dengan tangan-tangan tajamnya. Meskipun Wira sedikit kaget karena dorongan Roni, tapi dia memiliki sebuah rahasia.

Tiga tahun ini dia ditempa latihan ketat dengan kekuatan bela diri dan olah tubuh oleh paman Gani, sang petugas kebersihan kampus. Itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilalui oleh Wira dengan pelatihan yang penuh kedisiplinan.

Kekhawatiran Bisma pun terobati, Wira menghindari tusukan tangan belalang terbang itu dan meraih salah satu tangan belalang itu. Wira memutar tubuhnya dan membanting belalang monster itu sekuat tenaga dan jatuh menimba meja dengan keras.

BRUSH!

Salah satu pecahan kayu menusuk punggung monster belalang itu sehingga monster itu kesulitan untuk bangun.

KIEEEEEEKKK!

”Wira! pakai saja pedangku, aku belum siap memakainya!” teriak Diki sambil melemparkan pedangnya ke arah Wira.

Triing!

Pedang itu jatuh di dekat Wira, bersamaan dengan dua belalang yang kini menyerang Wira sekaligus. Pedang milik Diki berhenti tertahan di kaki Wira, dengan cepat Wira menggerakkan kakinya di dekat gagang pedang dan menendang ke atas.

Tring!

Pedang melayang dan Wira memutar tubuhnya memegang pedang itu. Serangan satu belalang monster itu melewati Wira, dan Wira dengan cepat menebas tiga tangan sebelah kiri monster belalang itu.

Brush!

Belalang itu jatuh dan darah kuning menyembur. Tersisa satu belalang yang masih terbang dan bersiap menyerang Wira dari belakang saat Wira belum siap benar.

Splash!

Serangan energi kosmik tiba-tiba datang dari arah para mahasiswa yang ketakutan, seorang wanita yang memegang tongkat sihir itu melemparkan serangan energi ke arah belalang yang hampir saja mengenai punggung Wira.

Brush!

Belalang itu terpental dan membentur dinding, terjatuh dan terluka di lantai.

Slash!

Wira diselamatkan, dia segera menebas salah satu belalang yang tangannya sudah terpotong sebelumnya. Kepala belalang itu terlepas dan menggelinding, darah kuning menggenang.

[Petualang, anda membunuh satu monster di awal kehancuran dunia. Hukuman kepada Petualang telah ditetapkan karena melanggar aturan dengan memilih dua kemampuan petualang. Senjata pembunuh tidak akan bisa muncul sebelum anda membunuh tiga monster di awal kehancuran dunia]

[Misi membunuh monster untuk mendapatkan senjata pembunuh, 1/3]

Wira harus membunuh tiga monster agar dia bisa memunculkan senjata miliknya sendiri, jadi itu yang akan dilakukannya.

”Minggir!” seseorang menyenggol Wira, itu adalah Roni dan ketiga rekan geng di belakangnya. Roni menarik pedang yang dipegang Wira begitu saja dan dia langsung menusuk monster belalang yang sudah tidak berdaya karena punggungnya tertusuk kaki-kaki meja yang membuatnya sulit bergerak.

KIEEEEKKK!

Darah kuning terlihat.

”Lihat! Aku yang membunuhnya, aku memang kuat. Wira tak bisa mencegah hal itu, dia menghela napasnya perlahan. Tersisa satu monster lagi yang sudah dilemparkan dengan sihir kosmik. Namun, saat Roni mendekati monster itu sudah tak bergerak karena serangan kosmik itu menghancurkan organ dalamnya.

Tiga monster belalang sudah dikalahkan.

Wira melihat layar kecil yang sama persis dengan layar yang ada saat memilih kemampuan. Seperti jendela status untuk player game. Jadi, hal itu berlanjut dan muncul untuk memberitahu petualang? Jadi, di dunia nyata, petualang adalah player.

”Berikan pedangku!” teriak Diki mendekati Roni, ”Aku meminjamkannya pada Wira sebelumnya karena dia harus bertarung melawan para monster itu.”

”Aku tidak akan memberikannya, pedang ini sekarang menjadi milikku. Aku suka pedang ini, kamu tidak layak memiliki pedang ini karena kamu pecundang,” jawab Roni berlagak.

”Apa kamu bilang! Itu punyaku!”

”Tidak, ini sekarang menjadi milikku!” teriak Roni kembali.

Klak!

Roni kaget, Wira dengan cepat sudah memegang lengan Roni dan memelintirnya dengan kuat. Roni merasa kesakitan dan kaget karena gerakan Wira sangat cepat.

”Kembalikan pedang itu, itu milik Diki!”

Sial! Roni menggerutu, dia melepaskan pedang itu hingga terjatuh begitu saja. Roni merasa lengah sehingga tangannya dipelintir dengan cepat oleh Wira. Roni menyimpan dendam para Wira, sosok lemah itu sekarang mulai berulah rupanya.

”Baiklah, pedang sampah begitu aku tidak tertarik. Aku akan menjadi senjata yang lebih kuat dari kekuatanku sendiri!”

Diki menurunkan mengambil pedang itu kembali, pedang itu sudah berlumuran darah kuning. Namun, itu adalah pedang miliknya.

”Terima kasih, Wira.”

Roni terlihat kesal, dia memikirkan cara untuk bisa membalas apa yang sudah dilakukan Wira padanya. Dia benar-benar dipermalukan di depan semua orang. Padahal, dulu dia sering mengganggu Wira dan dia selalu diam saja. Dan, cengkeraman tangannya tadi benar-benar kuat, bahkan dia bertarung melawan monster sendirian.

Apakah dia benar-benar kuat? Ah, tidak! Itu pasti refleks karena terpaksa saat Roni mendorongnya. Ya, itu benar! Dia pasti terpaksa dan refleks melawan monster-monster belalang itu.

Suasana kembali tenang, mereka sedang diskusi apakah mereka akan berdiam di kelas dan menunggu bantuan. Jika mereka keluar kelas, maka resikonya lebih berat karena monster belalang bahkan masuk ke kelas mereka. Artinya, di luar sana banyak monster.

Sebagian dari mereka ingin keluar dan mencari perlindungan, tapi sebagian besar ingin bertahan karena ketakutan.

”Wira, apakah kamu memiliki window seperti layar game?” tanya Bisma sambil berbisik pada Wira.

”Iya, apa kamu juga memilikinya?”

Bisma mengangguk, semua orang memiliki jendela status. Beberapa mahasiswa tidak memilikinya, hal itu karena mereka tidak memilih kemampuan saat berada di dalam ruangan dimensi untuk memilih kemampuan.

’Toloooong!”

”Toloong kami! Tolong, tidaakk!”

Suara-suara teriakan terdengar di luar kelas dan di semua tempat. Kekacauan terjadi, suara-suara minta tolong sangat mencekam.

Beberapa orang melihat ke jendela, dan mereka melihat semua hal aneh, monster terbang di angkasa. Mereka seperti bukan berada di bumi lagi, kiamat adalah jawaban yang tepat untuk menggambarkan apa yang mereka lihat.

KIEEEEKKK! KIIEEEEEEEKK!

Beberapa makhluk bersuara menyeramkan terdengar di depan pintu, makhluk-makhluk itu mencium bau makanan yaitu manusia.

”Biarkan kami yang melawan! Monster-monster lemah itu akan kami hancurkan dengan kekuatan kami!” Roni berlagak dan maju, tiga rekan satu geng ikut maju di belakang Roni. Mereka terlihat sombong dan siap melumat monster-monster yang hendak masuk ke kelas.

Dan, babak baru petualangan mereka dimulai kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status