Share

5. Saatnya Menyala, Bisma!

Klap!

[Status petualang; Wira]

[Bertahan hidup adalah tujuan anda di awal kehancuran dunia. Tingkatkan kekuatan anda dan naikkan kemampuan anda untuk mempersiapkan tahap kehancuran dunia selanjutnya]

Wira membaca status jendela dengan kemampuannya sebagai Petualang.  Saat itu, empat orang yang selalu mengganggu Wira maju dengan bergaya menuju pintu, mereka siap menyambut musuh monster yang datang.

Roni berbisik pada ketiga teman gengnya, jika si lemah Wira saja bisa bertarung melawan monster-monster belalang itu. Maka, mereka pasti lebih hebat dan lebih mudah mengalahkan monster. Mereka juga akan menjadi lebih kuat dengan bantuan sistem petualang dengan kemampuan yang mereka pilih masing-masing sebelumnya. Mereka begitu percaya diri keluar kelas dan siap menghadapi para monster.

Crop!

Malin yang berada di sebelah Roni kaget, Roni melotot melihat ke arah Malin yang  gemetaran tubuhnya. Sebuah benda dengan cepat menembus tubuh Malin hingga ke belakang tubuhnya. Dan, wajah mengerikan keluar dari pintu yang sudah hancur tersebut.

”A ... Aku tak bisa bergerak ....” suara Malin terhenti dan tubuhnya terangkat ke atas, makhluk aneh itu sepenuhnya terlihat dan Roni kini menggigil ketakutan di tempatnya.

Monster itu memiliki wajah lonjong dan giginya terlihat menyeramkan, tubuhnya kecil dan tinggi, tangannya panjang dan jari-jarinya memanjang.

KUUUUKKKKK! Suara monster itu menarik tangannya, dan tubuh Roni terjatuh begitu saja ke lantai dan tak lagi bergerak.

KUUUUKKKKKKKK! (makanan ada banyak di sini!)

KUUUKKK! (Raja pasti senang dengan banyak makanan)

”Monster jelek!” teriak Darto sambil mengarahkan pukulannya ke kepala makhluk tersebut, Darto refleks melakukannya.

Bug!

Pukulan itu membuat wajah monster itu terdorong ke samping, dia terhuyung ke belakang. Wajah monster itu marah dan mengangkat kedua tangannya yang panjang. Darto dan Roni bersiap lari memasuki kelas kembali, tapi kedua punggung mereka sudah ditembus oleh tangan monster itu yang memanjang

AAAHHH!

Keduanya terhempas ke lantai dengan menghadap ke bawah, darah mengalir dan keduanya terlihat kesulitan bergerak. Tak lama kemudian, keduanya sudah tidak bergerak dan monster kurus itu melompat dan menarik kedua tangannya yang panjang. Monster itu melompat dan masing-masing kakinya menginjak punggung Roni dan Darto yang sudah tidak bernyawa, kepala monster itu terlihat menyeramkan dan melihat manusia di kelas itu ke kanan dan ke kiri.

Suasana menjadi mencekam, dan para mahasiswa di kelas itu baru menyadari bahwa apa yang terjadi dalam waktu sekilas itu telah membuat tubuh mereka semua gemetaran.

Bruk!

Reka terjatuh karena gemetaran, kedua kakinya sulit menyangga tubuhnya.

KUUUUKKKKKK!

Suara mengerikan monster itu terdengar lagi dan melangkah maju mendekati Reka yang pucat dan tak mampu berbuat apapun. Tangan monster itu diangkat ke atas dan jari-jarinya memanjang dan menyatu untuk menusuk Reka. Monster itu menyerap energi dengan jari-jari tangannya pada tiga orang sebelumnya yang sudah dia bunuh.

KUUUKKKKKKKK! (Banyak makanan di sini, Raja akan senang dengan energi yang aku kumpulkan)

Monster itu menyeringai dan tangannya segera mengarah pada Reka yang sudah pasrah pada kematian.

Wosh!

Klap!

[Sinkronisasi kemampuan aktif, tubuh anda memiliki reaksi yang tepat sebagai petualang berbasis kekuatan pembunuh. Seluruh indera anda diperkuat karena kemampuan pembunuh yang anda miliki. Anda memiliki kemampuan yang mampu menampung kekuatan pembunuh]

Mata monster tinggi itu melotot, seorang manusia dengan cepat menahan serangan tangan tajamnya dan menghentikan pergerakan tangannya itu untuk membunuh Reka. Wira dengan kemampuan aneh yang mampu melihat pergerakan monster itu segera berlari dan menahan serangan monster itu sehingga Reka dapat diselamatkan.

Monster itu mencoba menekan tangannya, tapi kekuatan manusia itu mampu menahan pergerakan tangannya.

”Bisma, bantu Reka untuk mundur!” teriak Wira.

Wira masih menahan tangan monster itu dan Bisma tanpa ragu segera menarik tangan Reka dan menjauh dari monster itu.

”Hati-hati, Wira!” teriak Bisma.

Wira masih menahan tangan monster kurus itu, matanya menyala. Pelatihan yang dilakukannya bersama dengan paman Gani kini menjadi bukti, bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasilnya.

KUUUKKKK! (sialan, makhluk lemah)

Monster itu berusaha menarik tangannya untuk memberi pelajaran pada Wira.

[Petualang Wira, asal ras manusia di bumi. Notifikasi; bertahanlah untuk terus hidup dan dapatkan kekuatan untuk menghadapi ancaman kemusnahan manusia]

”Ayo lawan dia, Wira!” teriak Bisma memberi semangat.

”Hajar dia Wira, kamu pahlawan kami!” teriak Diki juga memberikan semangat, tidak lain dan tidak bukan dia juga berharap Wira mampu mengalahkan monster itu. Dengan begitu, nyawanya juga bisa selamat.

Monster itu kesulitan menarik tangannya, maka dia menggunakan tangan kirinya untuk menyerang dan menusuk Wira.

Wosh!

Wira melihat hal itu, tubuhnya yang terlatih dan matanya yang menjadi tajam melihat serangan itu. Dia menghindari serangan itu, tapi ada sedikit goresan yang mengenai lengannya saat menghindarinya.

Srak!

Wira memutar tubuhnya dan membuat gerakan berputar, kaki kanannya berputar dan tepat menendang sangat keras pada rahang monster tinggi kurus itu.

Brush!

Brak!

Monster kurus itu terhempas dengan kuat dan menghancurkan meja paling dekat dengan pintu masuk. Wira berdiri kembali dan melihat monster itu terhuyung dan mencoba untuk berdiri kembali.

”Bunuh dia, Wira!” teriak Reka yang kini sudah bersama dengan lainnya di pojok ruangan.

”Kalahkan dia cepat, Wira!” teriak mahasiswa lainnya.

”Kalian sungguh berisik! Apa kalian tidak bisa diam, atau kalian hadapi saja monsternya sendiri!” balas Wira, mereka sungguh berisik.

Para mahasiswa itu pun diam, mereka semula menganggap Wira adalah mahasiswa miskin dan tidak ada yang memperdulikannya. Kini, saat nyawa mereka semua terancam, mereka menyemangati Wira agar mengalahkan monster itu. Hal itu tidak lain untuk menyelamatkan jiwa-jiwa mereka sendiri.

Wira melihat ke arah Bisma dan Diki yang berdiri paling depan.

”Pinjamkan pedangmu lagi, Diki!” teriak Wira.

Wira tahu sesuatu, dia harus mengalahkan tiga monster untuk bisa mengeluarkan senjatanya sendiri.

[Petualang Pembunuh, Wira. Kalahkan tiga monster di awal kehancuran ini, senjata anda akan muncul]

[Target monster dibunuh, 1/3]

Tidak ada jalan lain, Wira harus bertarung.

”Kau terlalu lama!” Bisma mengambil alih dan mengambil pedang Diki, dia berjalan mendekati Wira dan menyerahkan pedang itu pada Wira. Bisma mengangguk dan berada di belakang Wira.

”Kita akan melawannya berdua, Wira?” tanya Bisma pada Wira.

”Apa kemampuan yang kamu ambil Bisma?”

”Aku mengambil kemampuan sebagai support.”

”Support?” Wira keheranan.

Monster itu mulai bangkit, dan menyalak marah pada Wira.

KUUUKKKKKK! [Aku akan menyerap energimu untuk mempersembahkannya pada Raja!]

Monster itu mempersiapkan kedua tangannya, jari-jarinya tajam seperti baja lancip. Dia menerjang ke arah Wira. Wira pun bersiap dengan pedangnya.

Tangan Bisma mengarah pada Wira.

[Support aktif, anda memberikan buff energi tambahan pada Petualang lain menjadi dua kali lipat]

Wira merasakan tubuhnya dipenuhi energi. Wira tahu sekarang, kekuatan itu bantuan dari support milik Bisma.

”Saatnya menyala, Bisma!”

Wosh! Brush!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status