Kilauan cahaya menyala di langit, Wira kaget melihat pemandangan di langit. Apa yang sebenarnya terjadi?
Gempa berhenti, meja yang semua saling berderak dan bertabrakan sudah kembali normal. Semua mahasiswa di kelas itu bangkit dari tiarap. Semuanya saling memandang dan kebingungan. Mereka mulai bergerak kembali ke tempatnya masing-masing.
Namun ...
TEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!
Suara terompet lagi! Suara itu kembali membuat gendang telinga Wira dan lainnya terasa sakit. Suara seperti terompet raksasa itu terdengar dari atas, seperti suara dari langit dan seolah langit akan menghancurkan bumi. Semua yang mendengarkan suara kedua terompet dahsyat itu, menjadi ketakutan. Sepanjang suara terompet terdengar, ruangan mereka di lantai dua ikut bergetar, keca di jendela bergetar dan menimbulkan gesekan karena ikut terguncang.
”Apakah ini adalah hari kiamat!” teriak pria di pojok ruangan sambil menutup kedua telinganya dan jongkok dengan tubuh menggigil.
”Kiamat?” seorang wanita yang mendengar kata kiamat kaget, benarkah ini kiamat! Dia hanya pernah dengar bahwa kiamat terjadi dengan adanya tiupan sangkakala atau terompet.
”Tidak, ini bukan kiamat! Ini pasti hanya suara ledakan mesin!”
Sementara, Roni dan gengnya berkumpul di tengah. Mereka juga panik.
”Apakah aku sedang bermimpi!” teriak Malin pada Reka dan lainnnya.
Wira memegang ujung meja, tangan satunya memegang pundak Bisma yang terlihat ketakuatan.
”Apa ini kiamat, Wira?” Bisma ketakutan.
”Tenanglah, kita akan melihat situasi lebih dahulu.”
Salim juga terlihat bingung, dan masih berdiri memegangi meja di sampingnya. Dan, suara terompet raksasa itu berhenti bersuara. Dua kali suara terompet, langit bercahaya cukup silau dan para mahasiwa mulai berdiri kembali. Mereka bergerak menuju samping jendela dan melihat masing-masing ke luar.
Klap!
Semua kaget, langit menjadi gelap gulita, bahkan seperti malam tanpa ada sedikit pun pencahayaan. Tak terlihat apapun, semua dipenuhi dengan kegelapan. Siang telah berubah menjadi malam tanpa ada pencahayaan.
Wira mengeluarkan Handphone dari saku celananya, mencoba menghidupkan Hp tapi hal itu sia-sia karena hp tak menyala sama sekali. Hanya terdengar riuh suara tiap mahasiswa di sekitar Wira yang kebingungan dan panik.
”Wira, semua gelap, ini tidak mungkin kiamat bukan?” suara Bisma.
”Tenang, Bisma! Aku sedang mencari tahu.”
Saat Wira meraba meja di depannya, saat itu tiba-tiba cahay bersinar sangat terang dari atas dan menyedot tubuh Wira menjadi nanar dipenuhi cahaya. Ini adalah ...
Splash! Klap!
Pandangan Wira mulai kembali dan cahaya masih berkilauan, dimana ini? Wira berada dalam sebuah ruangan serba putih dan sebuah layar portabel muncul di depan Wira. Ada tulisan yang terlihat dengan jelas seperti dalam tulisan layar komputer. Apakah Wira bermimpi? Dia mengucek matanya sekali lagi dan membaca tulisan itu.
[Petualang Wira, selamat datang untuk mengaktifkan kekuatan anda]
Apa ini?
Tulisan bergerak dan berganti dengan tulisan lainnya.
[Petualang, silakan memilih kemampuanmu di akhir kehancuran semesta]
[Waktumu hanya 60 detik untuk memilih]
Kenapa ini mirip sekali dengan permainan? Wira kebingungan dan masih melotot, melihat tulisan bercahaya di depannya. Wira menggerakkan tangannya untuk menyentuh portabel layar tersebut, tapi tangannya menembus portabel tersebut.
Ini nyata!
[Waktu untuk memilih dimulai dalam 60 detik]
[Petualang, ambil pilihan anda sekarang, 59]
[Petualang, ambil pilihan anda sekarang, 58]
[Petualang, ambil pilihan anda sekarang, 57]
Meskipun Wira bingung, dia melihat waktu terus berjalan, bersamaan dengan itu kotak-kotak bercahaya muncul mengelilingi Wira. Kotak-kotak itu terus berputar dan bergerak, berganti posisi, memenuhi semua ruangan di sekitar Wira.
Jadi, ini benar-benar seperti permainan, apa ini yang dikatakan Paman Gani bahwa kiamat terjadi? Surat terakhir dari paman Gani, apakah dia tahu bahwa hal ini akan terjadi?
[Petualang, ambil pilihan anda sekarang, waktu tersisa 00.45 detik]
[Petualang yang tidak memilih memiliki konsekuensi tersendiri, kematian sedang mengintai anda]
Tidak ada waktu lama untuk berpikir seperti orang cupu! Jika memang hidup sudah berubah, maka permainan adalah jalan satu-satunya untuk menjadi kuat. Wira tersenyum, saatnya untuk menyala! Aku akan memilih!
Wira melihat semua kotak-kotak itu dengan cepat, dia melihat ada tulisan yang terlihat di dalam kotak-kotak tersebut; Warrior, Blacksmith, Mage, Sihir Nova, Elastikal, Marksman, Pertahanan, Healthy, Jiwa Pahlawan, Jiwa Iblis, Benih Dewa, Assassin, Pembuat Obat, Pemilih Senjata, Tinju Kehancuran, Maniak Senjata, Rantai Iblis, Manipulasi, Kamuflase, Speed Voltra, Swordmaster, Pengendali Air.
Terlalu banyak, sial waktunya semakin sempit! Wira melihat sekilas semuanya, dia harus memilih kemampuan yang kuat yang mampu untuk bisa menjadi yang terhebat.
[Petualang, ambil pilihan anda sekarang, 29 Detik]
Semua kekuatan-kekuatan itu sangat hebat! Tergantung siapa yang memilikinya. Seperti di dalam game, bukan siapa Hero yang kamu mainkan, tetapi bagaimana kamu menggunakan skillnya dengan baik, timing yang tepat, dan cara yang benar untuk mengcounternya. Kemampuan ada di dalam kotak-kotak itu tak lagi dipedulikan Wira, matanya terpejam sejenak. Saat dia membuka matanya, ada satu kotak yang menarik perhatiannya. Ya!
Sebuah kotak putih tanpa memiliki tulisan kemampuan di dalamnya, kemampuan apa di dalam kotak yang hanya bercahaya putih semata itu? Menarik! Biasanya ada kotak ajaib yang ada di dalam game yang memiliki misteri untuk siapapun Player yang mendapatkannya.
Wira akan bertaruh!
Dan, tangan Wira segera maju memilih kotak putih tanpa kemampuan itu. Saat itu, bukan terbuka sebuah kemampuan yang didapatkan Wira. Melainkan, pilihan lagi yang tertulis jelas di depan Wira.
[Anda memilih tiga pilihan, Pilihlah sesuai kemampuan anda, Petualang! Apapun yang anda pilih, akan menyebabkan tingkat kesulitannya berbeda]
[Pilihan; Expert, Normal, Mudah]
Apa lagi ini?
[Petualang, segera ambil pilihan anda, waktu anda tersisa 15 detik]
Tangan Wira sedikit ragu, tapi dia meyakinkan dirinya. Pahlawan akan ditempa dengan ujian yang berat hingga dia menjadi kuat. Emas perlu dibersihkan dengan cara dibakar untuk menjadi berlian tidak bernilai!
Aku akan memilih!
[Petualang, anda memilih Expert, hadiah dan ujian akan sangat berat untuk ras rendah manusia seperti anda]
[Apa anda yakin? Anda tidak akan berubah pikiran, Petualang!]
Sialan! Sistem ini benar-benar meremehkan dan mempermainkanku! Geram Wira.
[Petualang, waktu anda tinggal 9 detik. Silakan pilih kotak kemampuan yang anda inginkan. Kemampuan yang anda pilih akan disesuaikan dengan tingkat expert yang anda sudah pilih sebelumnya]
[Pilihlah satu kemampuan Petualang, waktu anda tersisa 6 detik]
”Sistem gila! Kamu benar-benar memaksaku!” Wira sudah tidak sabar dan berteriak sendiri.
[Pilihlah satu kemampuan anda, Petualang]
[Petualang, Waktu anda tersisa 3 detik]
”Aku tidak akan menurutimu, sistem gila! Aku adalah Wira, aku adalah pahlawan dalam permainan ini!”
[Petualang, waktu anda tersisa 1 detik]
”Aku tidak peduli!”
Di saat waktu tersisa dan hampir mendekati nol, Wira melakukan sesuatu yang melawan sistem. Dia mengambil dua kotak kemampuan dengan dua tangannya, tangan kiri ke samping kiri, menekan salah satu kotak kemampuan, dan tangan kanannya memilih satu kemampuan lainnya di sisi kanan.
”Lihatlah, aku melawanmu, Sistem Gila! Ha.. ha. Ha..!”
[Petualang, anda melakukan pelanggaran. Anda telah memilih dua kemampuan sekaligus. Anda adalah ras manusia rendah di seluruh alam semesta. Tubuh anda bisa hancur dengan kemampuan yang melebihi kapasitas kemampuan anda]
Wira tersenyum, dia tak peduli apapun tulisan yang ditunjukkan sistem.
”Aku sudah mengalahkanmu, Sistem!”
[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]
[Petualang, ambillah resikomu jika tubuhmu hancur karena kekuatan yang anda pilih]
Wira telah melakukan pelanggaran karena memilih dua kotak, tapi Wira tidak peduli dengan hal itu.[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]Splash!Tulisan di atas adalah tulisan terakhir yang dilihat Wira, dan matanya menjadi nanar karena gelap kembali menyelubung di depannya. Ruangan penuh cahaya dan dipenuhi kotak kemampuan, menghilang dalam sekejap. Wira kembali berada bersama rekan-rekannya di kelas, Wira seperti dipindahkan dengan dimensi aneh dalam waktu sekejap. Seperti mimpi!Apa tadi barusan? Wira mencoba memastikan lagi, semua teman-teman terlihat kebingungan dan ada yang berdiri sambil memegangi meja. Apakah mereka juga mengalami halusinasi dan memilih kemampuan seperti dirinya?Beberapa kertas ada di atas meja Wira, dia merapikan kertas yang akan dikumpul. Wira mencoba melupakan hal aneh yang barusan terjadi.”Wira ... apakah kamu memilih kemampuan sebagai petualang?” tanya Bisma tiba-tiba, dan hal itu membuat Wira membuka matanya lebar-lebar.Jadi ....Wira
”Cepat keluarkan senjatamu, Wira! hadapi monster-monster belalang itu!” Bisma memegangi lengan Wira cukup kuat.Capit-capit tiga belalang besar itu terus bergerak, terbuka dan tertutup. Suara bertemunya antar ujung capit terdengar menyeramkan dan ruangan kelas itu menjadi mencekam karena suara capit ketiga monster belalang itu.Tiga monster belalang mulai mendekati dan tangan-tangan mereka mengarah pada para mahasiswa.”Pergi lawan mereka, Diki. Kamu di sini satu-satunya yang mempunyai pedang!” teriak Roni sambil menepuk pundak Diki sang ketua angkatan di kelas mereka.”Apa-apaan, bahkan pedang ini terasa berat. Aku hanya suka bermain game dengan pedang, bukan di dunia nyata. Aku takut para mereka.”Diki ketakutan melihat tiga monster itu, bagaimana mungkin dia melawan mereka sedangkan dia tidak pernah berolahraga apalagi melawan tiga monster itu sekaligus.”Sial! Berikan saja pedangmu itu padaku!” teriak Roni berlagak.”Tidak! Ini pedangku! Pakai senjatamu sendiri!” timpal Diki.Apa-
Klap![Status petualang; Wira][Bertahan hidup adalah tujuan anda di awal kehancuran dunia. Tingkatkan kekuatan anda dan naikkan kemampuan anda untuk mempersiapkan tahap kehancuran dunia selanjutnya]Wira membaca status jendela dengan kemampuannya sebagai Petualang. Saat itu, empat orang yang selalu mengganggu Wira maju dengan bergaya menuju pintu, mereka siap menyambut musuh monster yang datang.Roni berbisik pada ketiga teman gengnya, jika si lemah Wira saja bisa bertarung melawan monster-monster belalang itu. Maka, mereka pasti lebih hebat dan lebih mudah mengalahkan monster. Mereka juga akan menjadi lebih kuat dengan bantuan sistem petualang dengan kemampuan yang mereka pilih masing-masing sebelumnya. Mereka begitu percaya diri keluar kelas dan siap menghadapi para monster.Crop!Malin yang berada di sebelah Roni kaget, Roni melotot melihat ke arah Malin yang gemetaran tubuhnya. Sebuah benda dengan cepat menembus tubuh Malin hingga ke belakang tubuhnya. Dan, wajah mengerikan kel
Makhluk tinggi itu datang ke arah Wira, benturan tubuh mereka terjadi dan membuat para mahasiswa lainnya ada yang menutup matanya.Slap!Brush!Wira terdorong ke belakang dan tubuh monster kurus tinggi itu menimpa Wira, suaranyanya terdengar menyayat.KUUUUKKKKK! (Sakit, sakit ....)Bruk! Kepala monster itu tergeletak di samping kepala Wira dan membentur lantai dan tak lagi bergerak. Sementara, ujung pedang ternyata menembus tubuh monster itu hingga tembus ke atas. Wira kesulitan bergerak, saat serangan mereka bertemu. Wira melihat celah dengan kemampuan matanya yang tajam dan menusuk monster itu dengan cepat.[Petualang, anda berhasil membunuh Monster Rak-Rak. Target misi untuk mendapatkan senjata, 2/3]”Bantu singkirkan makhluk jelek ini, Bisma,” kata Wira kesulitan karena dia tertimpa makhluk tersebut dan terjepit dengan pedang yang masih dipegangnya.Bisma segera mendekati Wira dan menggunakan kakinya untuk menendang tubuh monster itu. Sementara, Wira menarik pedangnya.Bruk!Mons
Wira kaget dengan statusnya, dia adalah seorang pembunuh! Bagaimana mungkin dia pembunuh?KIEEEEKKKK! (manusia ras rendahan, beraninya!)Satu monster Rak Rak yang dihempaskan Wira sebelumnya mencoba bangkit, dia terhuyung dan menerjang ke arah Wira.[Sense seorang pembunuh aktif, tubuh anda yang telah terlatih sebagai ahli pertarungan disinkronisasi dengan kemampuan pembunuh]Wosh!Tangan monster itu melewati Wira, Wira mundur ke belakang satu langkah dan tangannya dengan cepat menyikut leher belakang monster itu dengan cepat.BAM! Monster itu menjerit dan kepalanya membentur lantai kelas dengan kuat. Wira dengan cepat menjatuhkan kaki kanannya dan menginjak punggung monster itu dengan kuat.Brush!Monster itu kesakitan dan kesulitan bergerak, Wira melihat Diki yang kaget karena Wira mampu mengatasi monster itu.”Pakai pedangmu, Diki. Bunuh dia, dengan begitu kemampuanmu bisa bertambah.”Wira menyerahkan pedang di tangannya pada pemiliknya, Diki menerimanya meskipun sedikit ragu. Wira
Bug!Wira menghindari serangan salah satu monster dan memutar kakinya, lututnya menghantam kepala monster Rak Rak di barisan depan.Brush!Wira melompat sambil menginjak monster yang jatuh, dagger yang dipegangnya dengan cepat terangkat dan melihat penyerang lagi.KIIEEEEEE!BRUSH!Wira memotong tangan monster itu dan menebas lehernya sekaligus, dagger yang sangat tajam. Darah kuning menyembur dan monster Rak Rak satu jatuh ke lantai.[Petualang, anda membunuh monster Rak Rak. Kemampuan anda meningkat, semakin banyak monster yang anda kalahkan, kemampuan anda akan meningkat secara signifikan]Itu bagus!Wira melihat satu monster lagi yang menyerang Wira, saat itulah energi buff diberikan oleh Bisma pada Wira sehingga Wira merasakan energinya bertambah secara cepat.”Majulah monster kurus!”HIIIIAAAAA!Wira melakukan gerakan zig zag untuk mengelabui monster itu dan saat melewati monster itu, daggernya menusuk bagian vital tubuh monster itu dan mendorongnya hingga membentur dinding loro
”Tolooong!” seorang mahasiswa ketakutan dan berlari, di belakangnya beberapa monster mengejarnya. Wanita itu terlihat sangat panik dan terus berlari mencari bantuan, dia melihat Wira dan Bisma sehingga berlari ke arah keduanya. Saat ini, dia hanya perlu selamat dari kematian.”Selamatkan aku!”Mahasiswi itu terus berteriak tak karuan dan berlari sebisa mungkin, dia menghambur ke arah Wira dan Bisma, tak peduli apapun, dia hanya ingin selamat.Wosh!Wira sudah berlari dan melewati wanita itu. ”Kau bantu wanita itu, Bisma.”Bisma paham, Wira sudah menghadang serombongan monster Rak Rak menggunakan senjata; entah dari mana mereka punya pedang aneh dan tombak. Tebasan pedang dihindari Wira dengan kemampuan mata malaikat yang sangat jelas melihat pergerakan serangan monster itu. Wira menggeser tubuhnya, pedang melewati tubuhnya. Dan, pukulan telak menghantam perut monster tinggi itu hingga membuat monster itu menghantam dinding.Brush!Serangan datang lagi, tombak mencoba menusuk Wira dari
Tangan wanita itu memegang kepala anak kecil yang baru berumur lima tahun, dia mengecup kening bocah lelaki itu.”Wira, Ibu pergi tidak akan lama. Ibu harus menjemput Ayahmu, kamu ikut bibimu selama Ibu pergi ya.”Senyuman wanita itu menguatkan putra satu-satunya, dia harus pergi. Wanita itu, Rania berdiri dan menyentuh rambut putera kecilnya. Dia berpamitan pada adiknya dan memegang koper untuk pergi. Senyumannya terlihat berat tapi tetap dipaksakan. Mobil sudah berada di depan gerbang, wanita itu meninggalkan si kecil dengan lambaian tangan berat.BROOOOOOMMM!”IBUUUUUUUU!”Hah! Hah! Hah!Seorang lelaki muda terbangun dari mimpinya, mimpi yang selalu datang saat tidurnya. Saat terakhir dia bertemu dengan ibunya setelah hampir dua puluh tahun. Wira, mengusap wajahnya dan mengambil air wudhu. Hari masih tepat di waktu shalat subuh.Pagi harinya, Wira sepertinya biasanya berangkat kuliah. Hidupnya sebatang kara, kuliah di tempat kampus yang cukup terkenal di kota Jakarta. Wira mendapat