Tangan wanita itu memegang kepala anak kecil yang baru berumur lima tahun, dia mengecup kening bocah lelaki itu.
”Wira, Ibu pergi tidak akan lama. Ibu harus menjemput Ayahmu, kamu ikut bibimu selama Ibu pergi ya.”
Senyuman wanita itu menguatkan putra satu-satunya, dia harus pergi. Wanita itu, Rania berdiri dan menyentuh rambut putera kecilnya. Dia berpamitan pada adiknya dan memegang koper untuk pergi. Senyumannya terlihat berat tapi tetap dipaksakan. Mobil sudah berada di depan gerbang, wanita itu meninggalkan si kecil dengan lambaian tangan berat.
BROOOOOOMMM!
”IBUUUUUUUU!”
Hah! Hah! Hah!
Seorang lelaki muda terbangun dari mimpinya, mimpi yang selalu datang saat tidurnya. Saat terakhir dia bertemu dengan ibunya setelah hampir dua puluh tahun. Wira, mengusap wajahnya dan mengambil air wudhu. Hari masih tepat di waktu shalat subuh.
Pagi harinya, Wira sepertinya biasanya berangkat kuliah. Hidupnya sebatang kara, kuliah di tempat kampus yang cukup terkenal di kota Jakarta. Wira mendapatkan beasiswa sejak sekolah menengah. Sejak ditinggal ibunya saat kecil, lima tahun kemudian bibinya membuang Wira ke panti asuhan. Sang Bibi mengambil harta peninggalan Ibunya dan menitipkan Wira ke panti asuhan. Tidak ada yang mau mengadopsinya, semua takut melihat tingkahnya yang tak bersahabat dengan mata tajam yang menakutkan.
Wira bekerja di panti asuhan, tak punya teman dan kebanyakan mereka melihat Wira sebagai anak penyendiri. Begitulah kisah Wira, dan dia pun tak betah lalu kabur dari panti asuhan setelah mendapatkan beasiswa sekolah menengahnya.
Wira naik motor yang dipesannya dengan aplikasi, dia naik mobil itu dan saat dekat dengan kampus dia turun. Dia menuju sebuah rumah kompleks tidak jauh dari kampusnya, itu adalah rumah Paman Gani, seorang security di kampus. Paman Gani adalah guru bela diri Wira selama tiga tahun terakhir ini. Entah kenapa, saat semester dua, Paman Gani mendekatinya dan meminta Wira berlatih bela diri. Wira pun mengiyakan, dan Paman Gani adalah salah satu kenalannya.
Rumah paman Gani terlihat sepi, dia benar-benar sudah pergi. Hari kemarin, Paman Gani pamit dengan Wira saat latihan terakhir dan dia akan pergi jauh.
Ada kertas yang menempel di pintu paling bawah.
’Wira! Masuklah!”
Kunci di atas pintu, seperti biasanya. Wira mengambil kunci itu, dan membuka pintu.
Kreetttt!
Pintu yang sudah tua terbuka. Wira masuk ke dalam, tak ada siapapun. Semua ruangan terlihat dibersihkan, dan secarik kertas ada di atas meja ruang tamu.
’Jika kamu menemukan surat ini, kamu harus memulai perjalananmu sendiri, Wira. Aku sudah membekalimu dengan latihan bela diri. Tugasku sudah selesai, jika kita bertakdir maka kita bisa bertemu lagi. Paman harus pergi, dan bersiaplah jika suatu hari nanti, kiamat terjadi!
Pamanmu, Gani!’
Apa maksudnya? Wira tak paham. Dia pun menyimpan kertas itu, tak ada satupun yang bisa dilihat. Wira pun pergi dari ruma itu dan menuju ke kampus sambil mencerna tulisan terakhir dari paman Gani.
Sudah hampir empat tahun Wira kuliah, sekarang hanya tinggal sedikit lagi dan menulis skripsi. Hari ini, masih ada mata kuliah meskipun hanya satu yang harus diikuti oleh Wira. Tadi malam hujan cukup lebat, Wira teringat kembali mimpinya semalam tentang Ibunya.
Hidup memang seperti ini, tak ada teman bagi Wira. Mungkin, selamanya, Wira hanya akan sebatang kara ..., oh Ibu ...
BRUSH!
Scrap!
Saat berjalan ke arah kampus, cipratan air mengenai baju di sebelah kanan Wira. Sebuah mobil terlihat sengaja melewati genangan air agar airnya mengenai Wira. Wira bahkan kaget dan melompat ke kanan agar air tidak banyak yang mengenai bajunya. Siapa yang melakukannya? Saat Wira menoleh, tahulah dia siapa yang melakukannya.
TET!
Mobil itu behenti lima meter setelah mengerjai Wira, kepala seorang lelaki menyembul dari jendela depan, Roni, pemimpin geng tersebut.
”Hei, mahasiswa miskin! Harusnya kamu jauh-jauh dari kampus ini. Mobilku jadi tidak sengaja menargetkan dirimu, ha.. ha.. ha.!” tawa Roni dan diikuti oleh tiga mahasiswa di dalam mobil. Di dalam mobil itu, tiga lainnya adalah satu gengnya; Darto, Malin, dan Reka.
”Makanya, jalan pakai mata, dasar miskin!” kata Raka, satu-satunya wanita di dalam mobil itu dan dia berada di samping Roni.
Jendela bagian belakang mobil pun terbuka, ”Hei Wira kamu pikir kamu pahlawan yang tak mempan ditabrak! Hati-hati kalau jalan!” lagi-lagi, Darto yang tertawa menghina pada Wira.
Begitulah empat orang itu, berlalu dengan deru mobil yang dijalankan meninggalkan Wira. Wira tak membalas apapun, dia hanya melihat kepongahan mereka dari jauh. Wira sudah menyembunyikan ekspresi wajahnya dengan baik. Tak ada teman, tak ada apapun. Wira menahan dirinya untuk berkelahi, sepanjang bersekolah. Hal itu karena prestasinya bisa dibatalkan jika dia berbuat hal anarkis.
Wira berjalan lagi ke kampus, tak perlu dipikirkan. Hal itu sudah sering ditemui dalam kehidupan Wira.
”Hei, Wira!”
Dari belakang, seorang lelaki merangkul Wira. Dia adalah Bisma, satu-satunya teman Wira di kampus yang dia miliki selama ini. Benar! Wira hanya memiliki satu teman yang tak membedakan dirinya, itulah Bisma. Bisma anak yang berkecukupan dan dia tidak sombong. Bism selalu memberi Wira semangat.
”Kamu dari tadi melihatku kan, Bisma.”
”Oh, iya. Mereka berempat memang begitu, biarin saja! Sudah jangan hiraukan mereka, mereka hanya pengecut yang beraninya bergerombol. Makanya, mereka membuat geng agar telihat hebat. Oke, tak perlu dirisaukan, jika mereka mengganggumu lagi, aku akan menendang mereka semua!”
Wira tersenyum, ada-ada saja lelucon Bisma. Padahal, Wira tahu bahwa Bisma adalah pemuda yang paling penakut. Namun, Wira jadi terhibur dan melupakan kelakukan geng Roni.
Keduanya pun tertawa dan menuju kelas, hari ini ada mata kuliah Penulisan Artikel Ilmiah, itu adalah mata kuliah akhir untuk pembuatan skripsi mahasiswa.
”Kamu sudah selesai membuat makalah dari DR. Salim kan?” tanya Bisma dan matanya melihat tajam ke arah Wira. Mereka mendapatkan tugas kelompok berdua.
”Sip! Sudah kukerjakan semalam!”
”Alhamdulillah, kamu memang pahlawanku, Wira!”
Wira hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Keduanya berjalan memasuki kampus, sambil bercerita tentang hobi yang hampir sama, hal-hal mistis. Teori konspirasi, makhluk dari dunia lain seperti alien, makhluk mitologi yang menyeramkan dan juga makhluk yang ada di tembok antartika; makhluk raksasa, makhluk purba, dan manusia supranatural. Hal itu karena, banyak video amatir yang bocor tentang hal-hal mistis tersebut.
Keduanya adalah penggemar game RPG dan fantasi, tapi hanya Bisma yang memainkannya sedangkan Wira hanya membaca tentang strategi game dari mesin pencari internet. Meskipun Wira tak memainkan game, tapi dia jago dalam strategi dengan membaca banyak hal di permainan game.
”Hei, Bisma. Kamu berhenti main game untuk sekarang, siapkan skripsi lebih dahulu agar bisa lulus bersamaku!”
”Okelah, tapi aku tak bisa berhenti main game, Wira.”
”Dasar Bisma!”
”Tenanglah pak Ustadz, kan ada dirimu. He.. he.. he.., nanti aku akan diajari olehmu saat deadline.”
Wira menggelengkan kepalanya, keduanya pun tertawa kembali.
Mereka sampai di kelas, saat masuk kelas, Roni kembali berulah.
”Ha.. ha.. ha.. pasangan sejoli sedang bahagia! Dua pecundang bodoh dan pengecut!”
Tawa beberapa orang terdengar, Bisma menggerakkan telunjuknya.
”Hei, sialan!”
Bisma kehabisan kesabarannya.
”Apa!” Roni dan rekan se-gengnya berdiri. Mata mereka saling melotot.
”Sudahlah, Bisma.”
Tap! Tap!
Langkah kaki menghentikan mereka semua, DR. Salim masuk kelas, semuanya pun bubar. Mereka kembali duduk, Wira dan Bisma ke tempat duduknya.
Salim duduk, melepas kacamatanya dan menaruhnya di meja. Dia berdiri dan menanyakan tugasnya kepada para mahasiswa. Namun, sesuatu terjadi, sebuah suara memekakkan telinga mereka semua.
TEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!
Suara terompet menggema, dan gempa bumi skala ringan menggoncang ruangan tersebut. Gempa terjadi. Beberapa meja bergeser dan semua menunduk dan berteriak.
GEMPA!
”Ada gempa!”
”TOLOOOONNNG!”
Wira melihat ke jendela sambil memegang dinding di jendela, dia melihat langit yang berkilauan seolah ada begitu banyak cahaya bermekaran di seluruh langit. Seperti ada, ledakan-ledakan cahaya di semua tempat.
Ada apa ini?
Kilauan cahaya menyala di langit, Wira kaget melihat pemandangan di langit. Apa yang sebenarnya terjadi?Gempa berhenti, meja yang semua saling berderak dan bertabrakan sudah kembali normal. Semua mahasiswa di kelas itu bangkit dari tiarap. Semuanya saling memandang dan kebingungan. Mereka mulai bergerak kembali ke tempatnya masing-masing.Namun ...TEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!Suara terompet lagi! Suara itu kembali membuat gendang telinga Wira dan lainnya terasa sakit. Suara seperti terompet raksasa itu terdengar dari atas, seperti suara dari langit dan seolah langit akan menghancurkan bumi. Semua yang mendengarkan suara kedua terompet dahsyat itu, menjadi ketakutan. Sepanjang suara terompet terdengar, ruangan mereka di lantai dua ikut bergetar, keca di jendela bergetar dan menimbulkan gesekan karena ikut terguncang.”Apakah ini adalah hari kiamat!” teriak pria di pojok ruangan sambil menutup kedua telinganya dan jongkok dengan tubuh menggigil.”Kiamat?” seorang wanita yang
Wira telah melakukan pelanggaran karena memilih dua kotak, tapi Wira tidak peduli dengan hal itu.[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]Splash!Tulisan di atas adalah tulisan terakhir yang dilihat Wira, dan matanya menjadi nanar karena gelap kembali menyelubung di depannya. Ruangan penuh cahaya dan dipenuhi kotak kemampuan, menghilang dalam sekejap. Wira kembali berada bersama rekan-rekannya di kelas, Wira seperti dipindahkan dengan dimensi aneh dalam waktu sekejap. Seperti mimpi!Apa tadi barusan? Wira mencoba memastikan lagi, semua teman-teman terlihat kebingungan dan ada yang berdiri sambil memegangi meja. Apakah mereka juga mengalami halusinasi dan memilih kemampuan seperti dirinya?Beberapa kertas ada di atas meja Wira, dia merapikan kertas yang akan dikumpul. Wira mencoba melupakan hal aneh yang barusan terjadi.”Wira ... apakah kamu memilih kemampuan sebagai petualang?” tanya Bisma tiba-tiba, dan hal itu membuat Wira membuka matanya lebar-lebar.Jadi ....Wira
”Cepat keluarkan senjatamu, Wira! hadapi monster-monster belalang itu!” Bisma memegangi lengan Wira cukup kuat.Capit-capit tiga belalang besar itu terus bergerak, terbuka dan tertutup. Suara bertemunya antar ujung capit terdengar menyeramkan dan ruangan kelas itu menjadi mencekam karena suara capit ketiga monster belalang itu.Tiga monster belalang mulai mendekati dan tangan-tangan mereka mengarah pada para mahasiswa.”Pergi lawan mereka, Diki. Kamu di sini satu-satunya yang mempunyai pedang!” teriak Roni sambil menepuk pundak Diki sang ketua angkatan di kelas mereka.”Apa-apaan, bahkan pedang ini terasa berat. Aku hanya suka bermain game dengan pedang, bukan di dunia nyata. Aku takut para mereka.”Diki ketakutan melihat tiga monster itu, bagaimana mungkin dia melawan mereka sedangkan dia tidak pernah berolahraga apalagi melawan tiga monster itu sekaligus.”Sial! Berikan saja pedangmu itu padaku!” teriak Roni berlagak.”Tidak! Ini pedangku! Pakai senjatamu sendiri!” timpal Diki.Apa-
Klap![Status petualang; Wira][Bertahan hidup adalah tujuan anda di awal kehancuran dunia. Tingkatkan kekuatan anda dan naikkan kemampuan anda untuk mempersiapkan tahap kehancuran dunia selanjutnya]Wira membaca status jendela dengan kemampuannya sebagai Petualang. Saat itu, empat orang yang selalu mengganggu Wira maju dengan bergaya menuju pintu, mereka siap menyambut musuh monster yang datang.Roni berbisik pada ketiga teman gengnya, jika si lemah Wira saja bisa bertarung melawan monster-monster belalang itu. Maka, mereka pasti lebih hebat dan lebih mudah mengalahkan monster. Mereka juga akan menjadi lebih kuat dengan bantuan sistem petualang dengan kemampuan yang mereka pilih masing-masing sebelumnya. Mereka begitu percaya diri keluar kelas dan siap menghadapi para monster.Crop!Malin yang berada di sebelah Roni kaget, Roni melotot melihat ke arah Malin yang gemetaran tubuhnya. Sebuah benda dengan cepat menembus tubuh Malin hingga ke belakang tubuhnya. Dan, wajah mengerikan kel
Makhluk tinggi itu datang ke arah Wira, benturan tubuh mereka terjadi dan membuat para mahasiswa lainnya ada yang menutup matanya.Slap!Brush!Wira terdorong ke belakang dan tubuh monster kurus tinggi itu menimpa Wira, suaranyanya terdengar menyayat.KUUUUKKKKK! (Sakit, sakit ....)Bruk! Kepala monster itu tergeletak di samping kepala Wira dan membentur lantai dan tak lagi bergerak. Sementara, ujung pedang ternyata menembus tubuh monster itu hingga tembus ke atas. Wira kesulitan bergerak, saat serangan mereka bertemu. Wira melihat celah dengan kemampuan matanya yang tajam dan menusuk monster itu dengan cepat.[Petualang, anda berhasil membunuh Monster Rak-Rak. Target misi untuk mendapatkan senjata, 2/3]”Bantu singkirkan makhluk jelek ini, Bisma,” kata Wira kesulitan karena dia tertimpa makhluk tersebut dan terjepit dengan pedang yang masih dipegangnya.Bisma segera mendekati Wira dan menggunakan kakinya untuk menendang tubuh monster itu. Sementara, Wira menarik pedangnya.Bruk!Mons
Wira kaget dengan statusnya, dia adalah seorang pembunuh! Bagaimana mungkin dia pembunuh?KIEEEEKKKK! (manusia ras rendahan, beraninya!)Satu monster Rak Rak yang dihempaskan Wira sebelumnya mencoba bangkit, dia terhuyung dan menerjang ke arah Wira.[Sense seorang pembunuh aktif, tubuh anda yang telah terlatih sebagai ahli pertarungan disinkronisasi dengan kemampuan pembunuh]Wosh!Tangan monster itu melewati Wira, Wira mundur ke belakang satu langkah dan tangannya dengan cepat menyikut leher belakang monster itu dengan cepat.BAM! Monster itu menjerit dan kepalanya membentur lantai kelas dengan kuat. Wira dengan cepat menjatuhkan kaki kanannya dan menginjak punggung monster itu dengan kuat.Brush!Monster itu kesakitan dan kesulitan bergerak, Wira melihat Diki yang kaget karena Wira mampu mengatasi monster itu.”Pakai pedangmu, Diki. Bunuh dia, dengan begitu kemampuanmu bisa bertambah.”Wira menyerahkan pedang di tangannya pada pemiliknya, Diki menerimanya meskipun sedikit ragu. Wira
Bug!Wira menghindari serangan salah satu monster dan memutar kakinya, lututnya menghantam kepala monster Rak Rak di barisan depan.Brush!Wira melompat sambil menginjak monster yang jatuh, dagger yang dipegangnya dengan cepat terangkat dan melihat penyerang lagi.KIIEEEEEE!BRUSH!Wira memotong tangan monster itu dan menebas lehernya sekaligus, dagger yang sangat tajam. Darah kuning menyembur dan monster Rak Rak satu jatuh ke lantai.[Petualang, anda membunuh monster Rak Rak. Kemampuan anda meningkat, semakin banyak monster yang anda kalahkan, kemampuan anda akan meningkat secara signifikan]Itu bagus!Wira melihat satu monster lagi yang menyerang Wira, saat itulah energi buff diberikan oleh Bisma pada Wira sehingga Wira merasakan energinya bertambah secara cepat.”Majulah monster kurus!”HIIIIAAAAA!Wira melakukan gerakan zig zag untuk mengelabui monster itu dan saat melewati monster itu, daggernya menusuk bagian vital tubuh monster itu dan mendorongnya hingga membentur dinding loro
”Tolooong!” seorang mahasiswa ketakutan dan berlari, di belakangnya beberapa monster mengejarnya. Wanita itu terlihat sangat panik dan terus berlari mencari bantuan, dia melihat Wira dan Bisma sehingga berlari ke arah keduanya. Saat ini, dia hanya perlu selamat dari kematian.”Selamatkan aku!”Mahasiswi itu terus berteriak tak karuan dan berlari sebisa mungkin, dia menghambur ke arah Wira dan Bisma, tak peduli apapun, dia hanya ingin selamat.Wosh!Wira sudah berlari dan melewati wanita itu. ”Kau bantu wanita itu, Bisma.”Bisma paham, Wira sudah menghadang serombongan monster Rak Rak menggunakan senjata; entah dari mana mereka punya pedang aneh dan tombak. Tebasan pedang dihindari Wira dengan kemampuan mata malaikat yang sangat jelas melihat pergerakan serangan monster itu. Wira menggeser tubuhnya, pedang melewati tubuhnya. Dan, pukulan telak menghantam perut monster tinggi itu hingga membuat monster itu menghantam dinding.Brush!Serangan datang lagi, tombak mencoba menusuk Wira dari
Sense dari kemampuan pembunuh milik Wira aktif, artinya ada ancaman besar yang akan datang.”Bisma! Sembunyi di balik pohon!” teriak Wira, dia menarik tangan Bisma. Harry dan Lylia kebingungan dan mengikuti Wira. Keempat orang itu menjauh dari jalan dan bersembunyi di balik pepohonan besar.Tiga bus yang beriringan itu berhenti sebentar karena goncangan cukup hebat. Orang-orang yang berada di dalam bus juga hanya melihat sesuatu dari jendela. Mereka merasa lebih aman berada di dalam bus.”Hei kalian! Cepat keluar dari bus! Cepat keluar dari bus!” teriak Wira.Beberapa orang mendengar teriakan Wira, tapi mereka merasa lebih aman di dalam bus. Mereka bahkan merasa kasihan karena empat orang itu tak bisa masuk bus. Mereka berempat pasti dalam bahaya jika serbuan monster kembali datang.”Wira, bukankah lebih aman jika berada di dalam bus?” Bisma bertanya pelan pada Wira.”Tidak, Bisma. Kali ini, tingkat bahayanya lebih tinggi. Mereka berada dalam bahaya jika berada di dalam bus. Namun, k
”Sinetron? Apa itu sejenis makanan?” Lylia merasa aneh dengan pertanyaan Wira.BOOOOMMM!Ledakan besar berasal dari portal yang hitam di atas mereka, saat ledakan itu terjadi portal dimensi tertutup dan ada beberapa potongan monster yang hancur dan berjatuhan di sekitar Wira dan yang lainnya.”Mereka tidak berhasil selamat, hanya kita yang tersisa.” Pemuda itu menatap tajam ke atas, tempat portal itu akhirnya menghilang sepenuhnya.”Jadi ini nyata?” Wira menggelengkan kepalanya, saat itu dia menerjang monster terakhir yang hendak bangun.Slap! Crop!Dagger Mati menembus tubuh monster itu dan dia menjerit untuk terakhir kalinya. Wira mencabut daggernya dan mendekati dua orang yang berdiri setelah mengalahkan semua monster yang ikut keluar portal bersama mereka. Wira menghilangkan daggernya.”Dari dimensi mana kalian datang?” tanya Wira ketika berhadapan dengan keduanya, Bisma pun ikut bergabung.”Oh, aku adalah pangeran Harry, ini adikku, Lylia. Terima kasih karena sudah membantu kami
Di sebuah Benua asing, satu jam sebelum gate raksasa muncul di atas Wira dan Bisma.Benua Ratex, sebuah kerajaan ada di sana yaitu Kerajaan Mora.Mora merupakan kerajaan yang tersisa satu-satunya di Benua Ratex. Kerajaan itu berada di antara Hutan Zona. Namun, hutan Zona sangatlah kecil. Penduduk dari kerajaan Mora tidaklah banyak, hal itu karena seluruh tempat yang mengelilingi kerajaan dipenuhi oleh monster. Monster-lah yang berkuasa mengelilingi kerajaan Mora. Mereka membunuh makhluk apapun yang mendekat, dan manusia terkadang ada yang keluar dari kerajaan untuk mencari tahu apakah ada kehidupan lain selain kerajaan mereka.Namun, tak ada yang kembali dan mereka hanya menjadi makanan para monster.Kali ini, kerajaan Mora diambang kehancuran, hal itu karena ada kerusakan array pelindung yang melindungi kerajaan Mora. Sebelumnya, array itu yang melindungi kerajaan Mora selama ini dan terkurung dalam lingkungan kerajaan. Para monster tidak bisa memasuki batas wilayah aray. Array itu h
Apa ini!Wira merasakan energi di tubuhnya meluap, energi yang besar dan terus masuk ke dalam tubuhnya. Jadi ..., inilah kemampuan dari Gelang Semesta. Energi sihir yang membakar tubuhnya.”Tubuhku dipenuhi energi!”HIIAAAAA!Pasukan ORC datang, kekuatan mereka lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, Wira sudah berbeda dari sebelumnya. Kini, kekuatannya melimpah. Sihir angin meledak di tangannya.[Matic aktif]Dagger menyala, Wira memasukkan energi kuat ke dalam daggernya tersebut. Energi angin mengisi dagger Matic. Dan, Wira melesat dengan cepat.Saatnya beraksi!Wosh!Wira melepaskan Matic yang maju dengan energi besar, ledakan kuat menghantam para ORC yang dikendalikan Laluna.BOOOOOMMMM!Tanah bergetar, para ORC meledak dan Laluna kaget karena dia tak mampu merasakan energi para ORC yang dikendalikan dengan kekuatannya.”APA YANG TERJADI, BAGAIMANA BISA!”Wosh!Dari arah ledakan, bayangan cepat menerjang ke arah Laluna tanpa diduga. Saat Laluna menyadari siapa yang datang dengan cepa
Brush!Seorang Petualang tubuhnya terpotong oleh senjata pedang bercahaya milik ORC, tinggal beberapa orang yang masih terus berlari dan mereka melihat bis.”Cepat pergi, Bisma. Waktunya habis!”Wira berbalik dan siap menghadapi para ORC, tapi apa yang dilakukan Bisma sungguh di luar dugaan. Dia memberi aba-aba pada supir bis itu dan memintanya untuk pergi dan meninggalkan mereka. Petualang yang mengemudikan bis pun menganggukkan kepalanya, dia harus membawa beberapa orang di dalam bis agar bisa selamat. Dia terpaksa meninggalkan kedua orang yang menyelamatkan nyawa mereka.Maafkan kami!Broooommm! Mobil melaju.Barisan Petualang yang sedang berlari kaget, mereka sebentar lagi sampai di halte tersebut tapi mobil bis itu melaju meninggalkan mereka. Tersisa dua orang di depan mereka yang kini hanya berdiri.Matilah kita! Kita ditinggalkan!Sial! Gerutu mereka semua, tapi mereka terus berlari dan berharap untuk menyelamatkan diri dan menjauh dari serbuah ORC.Para ORC semakin dekat, Wira
Wira level tiga sekarang, dengan begitu level Petualang miliknya bisa terus meningkat. Spekulasi Wira saat ini, jika level meningkat maka musuh akan semakin kuat. Bumi dan kondisi saat ini, manusia harus bertahan hidup dengan menaikkan kemampuan agar bisa menghadapi ancaman.”Terima kasih!””Terima kasih!”Ucap beberapa orang yang datang mendekati Wira dan Bisma, mereka yang sebelumnya terperangkap. Wira menganggukkan kepalanya, mereka semua berada di sisi Bis untuk menunggu siapa yang bisa mengemudikan mobil besar itu dan pergi dari sana.Sekali lagi, Rama mengucapkan terima kasih pada Wira dan Bisma. Mereka bertarung bersama untuk dapat mengalahkan pasukan Rhinoto. Rama pamit karena memang harus menjemput adiknya yang terkurung dalam rumah beserta ibunya.Rama menawarkan tumpangan pada Wira dan Bisma jika mereka searah, tapi Wira menolaknya. Hal itu karena notifikasi yang baru telah membuat semua orang panik. Baru saja beristirahat sebentar, tapi pemberitahuan sistem sepertinya lebi
HIIIAAAAAA!Klang!Barkos dengan serangan dahsyat menyabetkan tombaknya ke arah Wira, serangan yang cepat dan kuat itu segera dihadang Wira dengan energi defense dari dagger Matic.BRUSH!Sangat kuat!Wira tak menduga tekanan yang diberikan dari serangan tombak itu tak bisa ditahannya lebih lama. Wira terpental cukup jauh dan membuat gerakan untuk menghentikan tubuhnya. Punggung Wira menghantam sebuah pohon cukup kuat.Dia kuat, raja dari para Rhinoto.ROOOAARRRRR!Barkos mengira bahwa dirinya sudah mengalahkan Wira, dia mengalihkan pandangannya pada para manusia yang masih berada di ruang tunggu yang sudah hancur. Dia tersenyum dan berteriak, meminta semua pasukannya untuk berpesta.”KITA PANEN BANYAK!”Para manusia ketakutan, Rama yang melihat hal itu meminta petualang lainnya bersiap dan saling membantu membentuk perisai defense. Mereka sudah mengalahkan tiga Rhinoto yang menyerang mereka, dan kini serangan tombak dari atas datang ke arah mereka. Barkos melompat dan mengayunkan to
[Penyerapan dilakukan otomatis melalui Matic]Wira bangun dan mencabut daggernya dari dada Rhinoto, dia melihat ke arah Halte. Para Petualang yang terkurung di dalam ruang tunggu itu ketakutan dan beberapa dari mereka melemparkan sihir energi ke arah para Rhinoto. Namun, jumlah Rhinoto itu sangat banyak dan mereka terlihat lapar dan beringas.ROOOOARRR!”Ayo maju dan bantu mereka, Bisma!””Siap!”WOSH!Panah energi milik Bisma menembus bahu kiri monster Rhinoto yang akan menyerang Wira dari kiri, monster itu tertahan dan Wira bergerak dengan cepat menusuk dari depan.Brush!Bruk!Monster besar itu jatuh ke belakang, Wira menarik daggernya dari tubuh monster itu. Penyerapan dilakukan otomatis. Dua monster berada di dekat mobil merah yang sebelumnya melaju, beberapa goresan terlihat pada mobil itu karena menabrak Rhinoto sebelumnya.Pedang besar milik Rhinoto bersiap menghancurkan mobil merah itu.Klap!Bisma berhasil menggunakan tali energi untuk menahan tangan raksasa monster itu dari
Udara cukup segar di luar kampus, Wira dan Bisma sudah sepenuhnya keluar dari kampus. Jalanan luas dan pepohonan tampak indah di pinggir jalan. Namun, mayat monster dan manusia tetap saja terlihat di sana. Pertarungan melawan monster tidak hanya terjadi di dalam kampus, di luar kampus, dan pastinya di seluruh dunia.Mereka bertemu dengan kelompok Petualang, berada di lorong jalan. Mereka semua terlihat sudah profesional, tentunya hal itu terlihat dari energi dan juga senjata mereka. Mereka, pasti sudah melewati banyak rintangan dan pertarungan. Mereka cepat dalam mengambil peluang kini mereka terlihat seperti tim yang hebat.Kelompok itu menawarkan bagi Wira dan Bisma untuk bergabung bersama mereka. Tim itu lebih kuat, mereka bisa melewati serbuan monster di tahap ini. Kemampuan mereka pasti sudah cukup tinggi.”Kalian bisa keluar dari serbuan di dalam kampus! Kalian beruntung. Bergabunglah bersama kami peluang selamat akan lebih tinggi jika kita menyatukan kekuatan.”Zimo, pemimpin