Tangan wanita itu memegang kepala anak kecil yang baru berumur lima tahun, dia mengecup kening bocah lelaki itu.
”Wira, Ibu pergi tidak akan lama. Ibu harus menjemput Ayahmu, kamu ikut bibimu selama Ibu pergi ya.”
Senyuman wanita itu menguatkan putra satu-satunya, dia harus pergi. Wanita itu, Rania berdiri dan menyentuh rambut putera kecilnya. Dia berpamitan pada adiknya dan memegang koper untuk pergi. Senyumannya terlihat berat tapi tetap dipaksakan. Mobil sudah berada di depan gerbang, wanita itu meninggalkan si kecil dengan lambaian tangan berat.
BROOOOOOMMM!
”IBUUUUUUUU!”
Hah! Hah! Hah!
Seorang lelaki muda terbangun dari mimpinya, mimpi yang selalu datang saat tidurnya. Saat terakhir dia bertemu dengan ibunya setelah hampir dua puluh tahun. Wira, mengusap wajahnya dan mengambil air wudhu. Hari masih tepat di waktu shalat subuh.
Pagi harinya, Wira sepertinya biasanya berangkat kuliah. Hidupnya sebatang kara, kuliah di tempat kampus yang cukup terkenal di kota Jakarta. Wira mendapatkan beasiswa sejak sekolah menengah. Sejak ditinggal ibunya saat kecil, lima tahun kemudian bibinya membuang Wira ke panti asuhan. Sang Bibi mengambil harta peninggalan Ibunya dan menitipkan Wira ke panti asuhan. Tidak ada yang mau mengadopsinya, semua takut melihat tingkahnya yang tak bersahabat dengan mata tajam yang menakutkan.
Wira bekerja di panti asuhan, tak punya teman dan kebanyakan mereka melihat Wira sebagai anak penyendiri. Begitulah kisah Wira, dan dia pun tak betah lalu kabur dari panti asuhan setelah mendapatkan beasiswa sekolah menengahnya.
Wira naik motor yang dipesannya dengan aplikasi, dia naik mobil itu dan saat dekat dengan kampus dia turun. Dia menuju sebuah rumah kompleks tidak jauh dari kampusnya, itu adalah rumah Paman Gani, seorang security di kampus. Paman Gani adalah guru bela diri Wira selama tiga tahun terakhir ini. Entah kenapa, saat semester dua, Paman Gani mendekatinya dan meminta Wira berlatih bela diri. Wira pun mengiyakan, dan Paman Gani adalah salah satu kenalannya.
Rumah paman Gani terlihat sepi, dia benar-benar sudah pergi. Hari kemarin, Paman Gani pamit dengan Wira saat latihan terakhir dan dia akan pergi jauh.
Ada kertas yang menempel di pintu paling bawah.
’Wira! Masuklah!”
Kunci di atas pintu, seperti biasanya. Wira mengambil kunci itu, dan membuka pintu.
Kreetttt!
Pintu yang sudah tua terbuka. Wira masuk ke dalam, tak ada siapapun. Semua ruangan terlihat dibersihkan, dan secarik kertas ada di atas meja ruang tamu.
’Jika kamu menemukan surat ini, kamu harus memulai perjalananmu sendiri, Wira. Aku sudah membekalimu dengan latihan bela diri. Tugasku sudah selesai, jika kita bertakdir maka kita bisa bertemu lagi. Paman harus pergi, dan bersiaplah jika suatu hari nanti, kiamat terjadi!
Pamanmu, Gani!’
Apa maksudnya? Wira tak paham. Dia pun menyimpan kertas itu, tak ada satupun yang bisa dilihat. Wira pun pergi dari ruma itu dan menuju ke kampus sambil mencerna tulisan terakhir dari paman Gani.
Sudah hampir empat tahun Wira kuliah, sekarang hanya tinggal sedikit lagi dan menulis skripsi. Hari ini, masih ada mata kuliah meskipun hanya satu yang harus diikuti oleh Wira. Tadi malam hujan cukup lebat, Wira teringat kembali mimpinya semalam tentang Ibunya.
Hidup memang seperti ini, tak ada teman bagi Wira. Mungkin, selamanya, Wira hanya akan sebatang kara ..., oh Ibu ...
BRUSH!
Scrap!
Saat berjalan ke arah kampus, cipratan air mengenai baju di sebelah kanan Wira. Sebuah mobil terlihat sengaja melewati genangan air agar airnya mengenai Wira. Wira bahkan kaget dan melompat ke kanan agar air tidak banyak yang mengenai bajunya. Siapa yang melakukannya? Saat Wira menoleh, tahulah dia siapa yang melakukannya.
TET!
Mobil itu behenti lima meter setelah mengerjai Wira, kepala seorang lelaki menyembul dari jendela depan, Roni, pemimpin geng tersebut.
”Hei, mahasiswa miskin! Harusnya kamu jauh-jauh dari kampus ini. Mobilku jadi tidak sengaja menargetkan dirimu, ha.. ha.. ha.!” tawa Roni dan diikuti oleh tiga mahasiswa di dalam mobil. Di dalam mobil itu, tiga lainnya adalah satu gengnya; Darto, Malin, dan Reka.
”Makanya, jalan pakai mata, dasar miskin!” kata Raka, satu-satunya wanita di dalam mobil itu dan dia berada di samping Roni.
Jendela bagian belakang mobil pun terbuka, ”Hei Wira kamu pikir kamu pahlawan yang tak mempan ditabrak! Hati-hati kalau jalan!” lagi-lagi, Darto yang tertawa menghina pada Wira.
Begitulah empat orang itu, berlalu dengan deru mobil yang dijalankan meninggalkan Wira. Wira tak membalas apapun, dia hanya melihat kepongahan mereka dari jauh. Wira sudah menyembunyikan ekspresi wajahnya dengan baik. Tak ada teman, tak ada apapun. Wira menahan dirinya untuk berkelahi, sepanjang bersekolah. Hal itu karena prestasinya bisa dibatalkan jika dia berbuat hal anarkis.
Wira berjalan lagi ke kampus, tak perlu dipikirkan. Hal itu sudah sering ditemui dalam kehidupan Wira.
”Hei, Wira!”
Dari belakang, seorang lelaki merangkul Wira. Dia adalah Bisma, satu-satunya teman Wira di kampus yang dia miliki selama ini. Benar! Wira hanya memiliki satu teman yang tak membedakan dirinya, itulah Bisma. Bisma anak yang berkecukupan dan dia tidak sombong. Bism selalu memberi Wira semangat.
”Kamu dari tadi melihatku kan, Bisma.”
”Oh, iya. Mereka berempat memang begitu, biarin saja! Sudah jangan hiraukan mereka, mereka hanya pengecut yang beraninya bergerombol. Makanya, mereka membuat geng agar telihat hebat. Oke, tak perlu dirisaukan, jika mereka mengganggumu lagi, aku akan menendang mereka semua!”
Wira tersenyum, ada-ada saja lelucon Bisma. Padahal, Wira tahu bahwa Bisma adalah pemuda yang paling penakut. Namun, Wira jadi terhibur dan melupakan kelakukan geng Roni.
Keduanya pun tertawa dan menuju kelas, hari ini ada mata kuliah Penulisan Artikel Ilmiah, itu adalah mata kuliah akhir untuk pembuatan skripsi mahasiswa.
”Kamu sudah selesai membuat makalah dari DR. Salim kan?” tanya Bisma dan matanya melihat tajam ke arah Wira. Mereka mendapatkan tugas kelompok berdua.
”Sip! Sudah kukerjakan semalam!”
”Alhamdulillah, kamu memang pahlawanku, Wira!”
Wira hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Keduanya berjalan memasuki kampus, sambil bercerita tentang hobi yang hampir sama, hal-hal mistis. Teori konspirasi, makhluk dari dunia lain seperti alien, makhluk mitologi yang menyeramkan dan juga makhluk yang ada di tembok antartika; makhluk raksasa, makhluk purba, dan manusia supranatural. Hal itu karena, banyak video amatir yang bocor tentang hal-hal mistis tersebut.
Keduanya adalah penggemar game RPG dan fantasi, tapi hanya Bisma yang memainkannya sedangkan Wira hanya membaca tentang strategi game dari mesin pencari internet. Meskipun Wira tak memainkan game, tapi dia jago dalam strategi dengan membaca banyak hal di permainan game.
”Hei, Bisma. Kamu berhenti main game untuk sekarang, siapkan skripsi lebih dahulu agar bisa lulus bersamaku!”
”Okelah, tapi aku tak bisa berhenti main game, Wira.”
”Dasar Bisma!”
”Tenanglah pak Ustadz, kan ada dirimu. He.. he.. he.., nanti aku akan diajari olehmu saat deadline.”
Wira menggelengkan kepalanya, keduanya pun tertawa kembali.
Mereka sampai di kelas, saat masuk kelas, Roni kembali berulah.
”Ha.. ha.. ha.. pasangan sejoli sedang bahagia! Dua pecundang bodoh dan pengecut!”
Tawa beberapa orang terdengar, Bisma menggerakkan telunjuknya.
”Hei, sialan!”
Bisma kehabisan kesabarannya.
”Apa!” Roni dan rekan se-gengnya berdiri. Mata mereka saling melotot.
”Sudahlah, Bisma.”
Tap! Tap!
Langkah kaki menghentikan mereka semua, DR. Salim masuk kelas, semuanya pun bubar. Mereka kembali duduk, Wira dan Bisma ke tempat duduknya.
Salim duduk, melepas kacamatanya dan menaruhnya di meja. Dia berdiri dan menanyakan tugasnya kepada para mahasiswa. Namun, sesuatu terjadi, sebuah suara memekakkan telinga mereka semua.
TEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!
Suara terompet menggema, dan gempa bumi skala ringan menggoncang ruangan tersebut. Gempa terjadi. Beberapa meja bergeser dan semua menunduk dan berteriak.
GEMPA!
”Ada gempa!”
”TOLOOOONNNG!”
Wira melihat ke jendela sambil memegang dinding di jendela, dia melihat langit yang berkilauan seolah ada begitu banyak cahaya bermekaran di seluruh langit. Seperti ada, ledakan-ledakan cahaya di semua tempat.
Ada apa ini?
Kilauan cahaya menyala di langit, Wira kaget melihat pemandangan di langit. Apa yang sebenarnya terjadi?Gempa berhenti, meja yang semua saling berderak dan bertabrakan sudah kembali normal. Semua mahasiswa di kelas itu bangkit dari tiarap. Semuanya saling memandang dan kebingungan. Mereka mulai bergerak kembali ke tempatnya masing-masing.Namun ...TEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT!Suara terompet lagi! Suara itu kembali membuat gendang telinga Wira dan lainnya terasa sakit. Suara seperti terompet raksasa itu terdengar dari atas, seperti suara dari langit dan seolah langit akan menghancurkan bumi. Semua yang mendengarkan suara kedua terompet dahsyat itu, menjadi ketakutan. Sepanjang suara terompet terdengar, ruangan mereka di lantai dua ikut bergetar, keca di jendela bergetar dan menimbulkan gesekan karena ikut terguncang.”Apakah ini adalah hari kiamat!” teriak pria di pojok ruangan sambil menutup kedua telinganya dan jongkok dengan tubuh menggigil.”Kiamat?” seorang wanita yang
Wira telah melakukan pelanggaran karena memilih dua kotak, tapi Wira tidak peduli dengan hal itu.[Anda memilih kemampuan, Elemental Angin dan Pembunuh]Splash!Tulisan di atas adalah tulisan terakhir yang dilihat Wira, dan matanya menjadi nanar karena gelap kembali menyelubung di depannya. Ruangan penuh cahaya dan dipenuhi kotak kemampuan, menghilang dalam sekejap. Wira kembali berada bersama rekan-rekannya di kelas, Wira seperti dipindahkan dengan dimensi aneh dalam waktu sekejap. Seperti mimpi!Apa tadi barusan? Wira mencoba memastikan lagi, semua teman-teman terlihat kebingungan dan ada yang berdiri sambil memegangi meja. Apakah mereka juga mengalami halusinasi dan memilih kemampuan seperti dirinya?Beberapa kertas ada di atas meja Wira, dia merapikan kertas yang akan dikumpul. Wira mencoba melupakan hal aneh yang barusan terjadi.”Wira ... apakah kamu memilih kemampuan sebagai petualang?” tanya Bisma tiba-tiba, dan hal itu membuat Wira membuka matanya lebar-lebar.Jadi ....Wira
”Cepat keluarkan senjatamu, Wira! hadapi monster-monster belalang itu!” Bisma memegangi lengan Wira cukup kuat.Capit-capit tiga belalang besar itu terus bergerak, terbuka dan tertutup. Suara bertemunya antar ujung capit terdengar menyeramkan dan ruangan kelas itu menjadi mencekam karena suara capit ketiga monster belalang itu.Tiga monster belalang mulai mendekati dan tangan-tangan mereka mengarah pada para mahasiswa.”Pergi lawan mereka, Diki. Kamu di sini satu-satunya yang mempunyai pedang!” teriak Roni sambil menepuk pundak Diki sang ketua angkatan di kelas mereka.”Apa-apaan, bahkan pedang ini terasa berat. Aku hanya suka bermain game dengan pedang, bukan di dunia nyata. Aku takut para mereka.”Diki ketakutan melihat tiga monster itu, bagaimana mungkin dia melawan mereka sedangkan dia tidak pernah berolahraga apalagi melawan tiga monster itu sekaligus.”Sial! Berikan saja pedangmu itu padaku!” teriak Roni berlagak.”Tidak! Ini pedangku! Pakai senjatamu sendiri!” timpal Diki.Apa-
Klap![Status petualang; Wira][Bertahan hidup adalah tujuan anda di awal kehancuran dunia. Tingkatkan kekuatan anda dan naikkan kemampuan anda untuk mempersiapkan tahap kehancuran dunia selanjutnya]Wira membaca status jendela dengan kemampuannya sebagai Petualang. Saat itu, empat orang yang selalu mengganggu Wira maju dengan bergaya menuju pintu, mereka siap menyambut musuh monster yang datang.Roni berbisik pada ketiga teman gengnya, jika si lemah Wira saja bisa bertarung melawan monster-monster belalang itu. Maka, mereka pasti lebih hebat dan lebih mudah mengalahkan monster. Mereka juga akan menjadi lebih kuat dengan bantuan sistem petualang dengan kemampuan yang mereka pilih masing-masing sebelumnya. Mereka begitu percaya diri keluar kelas dan siap menghadapi para monster.Crop!Malin yang berada di sebelah Roni kaget, Roni melotot melihat ke arah Malin yang gemetaran tubuhnya. Sebuah benda dengan cepat menembus tubuh Malin hingga ke belakang tubuhnya. Dan, wajah mengerikan kel
Makhluk tinggi itu datang ke arah Wira, benturan tubuh mereka terjadi dan membuat para mahasiswa lainnya ada yang menutup matanya.Slap!Brush!Wira terdorong ke belakang dan tubuh monster kurus tinggi itu menimpa Wira, suaranyanya terdengar menyayat.KUUUUKKKKK! (Sakit, sakit ....)Bruk! Kepala monster itu tergeletak di samping kepala Wira dan membentur lantai dan tak lagi bergerak. Sementara, ujung pedang ternyata menembus tubuh monster itu hingga tembus ke atas. Wira kesulitan bergerak, saat serangan mereka bertemu. Wira melihat celah dengan kemampuan matanya yang tajam dan menusuk monster itu dengan cepat.[Petualang, anda berhasil membunuh Monster Rak-Rak. Target misi untuk mendapatkan senjata, 2/3]”Bantu singkirkan makhluk jelek ini, Bisma,” kata Wira kesulitan karena dia tertimpa makhluk tersebut dan terjepit dengan pedang yang masih dipegangnya.Bisma segera mendekati Wira dan menggunakan kakinya untuk menendang tubuh monster itu. Sementara, Wira menarik pedangnya.Bruk!Mons
Wira kaget dengan statusnya, dia adalah seorang pembunuh! Bagaimana mungkin dia pembunuh?KIEEEEKKKK! (manusia ras rendahan, beraninya!)Satu monster Rak Rak yang dihempaskan Wira sebelumnya mencoba bangkit, dia terhuyung dan menerjang ke arah Wira.[Sense seorang pembunuh aktif, tubuh anda yang telah terlatih sebagai ahli pertarungan disinkronisasi dengan kemampuan pembunuh]Wosh!Tangan monster itu melewati Wira, Wira mundur ke belakang satu langkah dan tangannya dengan cepat menyikut leher belakang monster itu dengan cepat.BAM! Monster itu menjerit dan kepalanya membentur lantai kelas dengan kuat. Wira dengan cepat menjatuhkan kaki kanannya dan menginjak punggung monster itu dengan kuat.Brush!Monster itu kesakitan dan kesulitan bergerak, Wira melihat Diki yang kaget karena Wira mampu mengatasi monster itu.”Pakai pedangmu, Diki. Bunuh dia, dengan begitu kemampuanmu bisa bertambah.”Wira menyerahkan pedang di tangannya pada pemiliknya, Diki menerimanya meskipun sedikit ragu. Wira
Bug!Wira menghindari serangan salah satu monster dan memutar kakinya, lututnya menghantam kepala monster Rak Rak di barisan depan.Brush!Wira melompat sambil menginjak monster yang jatuh, dagger yang dipegangnya dengan cepat terangkat dan melihat penyerang lagi.KIIEEEEEE!BRUSH!Wira memotong tangan monster itu dan menebas lehernya sekaligus, dagger yang sangat tajam. Darah kuning menyembur dan monster Rak Rak satu jatuh ke lantai.[Petualang, anda membunuh monster Rak Rak. Kemampuan anda meningkat, semakin banyak monster yang anda kalahkan, kemampuan anda akan meningkat secara signifikan]Itu bagus!Wira melihat satu monster lagi yang menyerang Wira, saat itulah energi buff diberikan oleh Bisma pada Wira sehingga Wira merasakan energinya bertambah secara cepat.”Majulah monster kurus!”HIIIIAAAAA!Wira melakukan gerakan zig zag untuk mengelabui monster itu dan saat melewati monster itu, daggernya menusuk bagian vital tubuh monster itu dan mendorongnya hingga membentur dinding loro
”Tolooong!” seorang mahasiswa ketakutan dan berlari, di belakangnya beberapa monster mengejarnya. Wanita itu terlihat sangat panik dan terus berlari mencari bantuan, dia melihat Wira dan Bisma sehingga berlari ke arah keduanya. Saat ini, dia hanya perlu selamat dari kematian.”Selamatkan aku!”Mahasiswi itu terus berteriak tak karuan dan berlari sebisa mungkin, dia menghambur ke arah Wira dan Bisma, tak peduli apapun, dia hanya ingin selamat.Wosh!Wira sudah berlari dan melewati wanita itu. ”Kau bantu wanita itu, Bisma.”Bisma paham, Wira sudah menghadang serombongan monster Rak Rak menggunakan senjata; entah dari mana mereka punya pedang aneh dan tombak. Tebasan pedang dihindari Wira dengan kemampuan mata malaikat yang sangat jelas melihat pergerakan serangan monster itu. Wira menggeser tubuhnya, pedang melewati tubuhnya. Dan, pukulan telak menghantam perut monster tinggi itu hingga membuat monster itu menghantam dinding.Brush!Serangan datang lagi, tombak mencoba menusuk Wira dari
”Penyembuh, cepat!” teriak pemimpin salah satu tim di sisi pertarungan lain, musuh mereka seperti makhluk ikan dengan empat jari. Mereka kekar dan memegang tombak-tombak yang tajam, serangan monster itu sangat kuat sehingga membuat tim Petualang bertarung dengan menyatukan kemampuan mereka.Brush!”Bantu yang terluka!” teriak pemimpin lagi.Healer menggunakan energi penyembuh bagi yang terluka, kecepatan mereka dalam mengobati luka bukanlah kemampuan biasa. Mereka dapat mengobati sobekan luka dan menghentikan pendarahan dan menutupi luka tersebut.Serangan datang lagi, mereka juga bergerombol mereka bernama Sharkos. Pemberitahuan masing-masing Petualang mendapatkan informasi kalau monster itu berasal dari tempat yang dalam. Deep World.[Makhluk Deep World memasuki wilayah bumi, Sharkos. Mereka ingin mengambil alih bumi karena tempat mereka hancur]Crop!Tubuh manusia terangkat dengan tombak Sharkos. Penyembuh di belakang sedang menyembuhkan rekan timnya yang lain. Tim menjadi kacau ba
”MAKANAN! SERANG!”Teriakan sang pemimpin Orc, Komandan Orc yang merupakan satuan tempur yang dimiliki pasukan Orc melihat Wira dan dua rekannya keluar dari pepohonan. Sang Komandan Orc melihat ketiganya ancaman, ada energi kuat yang dirasakan Komandan Orc itu sehingga para pasukannya yang membawa manusia menjatuhkan jarahannya dan menyerang Wira.HIIIIAAAA!”Apa yang bisa kubantu?” tanya Nadia pada Bisma, dia memiliki kekuatan sihir angin.”Bantu sebisamu, kita akan membantu dari jarak jauh!”Nadia pun paham, itu artinya Wira yang berada di depan akan melawan langsung pasukan Orc itu. Pertarungan tak bisa dihindari, Bisma percaya Wira bisa menghadapi mereka karena sebelumnya, Wira sudah berhadapan dengan Boss Dungeon. Bisma kini mempercayakan kekuatan Wira untuk berada di depan.Klang! Klang! Klang!Wira menggunakan kecepatan langkah halilintar, ditambah kemampuan mata malaikat yang mampu melihat pergerakan dari para Orc. Energi yang sudah diserap oleh Wira juga meningkatkan kemampua
POV NadiaAduh! Kepalaku sakit sekali. Rasanya seperti terbentur sesuatu dengan keras. Tubuhku juga bergoyang sedemikian rupa seperti mengiringi musik secara refleks. Apa yang terjadi padaku.Ah!Aku mengerjat mataku perlahan, sedikit lelah bercampur dengan rasa sakit yang menjalar di tubuhku.Di mana aku?Mataku mulai melihat, kepalaku di bawah dan rambutku tergerak. Aku dalam posisi terbalik, dan aku berada di punggung seseorang?Oh ya! Belum lama ini, tepatnya beberapa jam berlalu dan dunia berubah. Aku seorang mahasiswa jurusan pendidikan yang sedang berkuliah. Di kelas, tiba-tiba semua riuh dan monster berdatangan. Aku mengambil sebuah kemampuan sebagai seorang Petualang dan bergabung di luar kamus. Lalu, pasukan Orc datang dan menyerbu tim kami.Semua terbunuh, kecuali aku yang pingsan dan sekarang aku sedang dibawa oleh para monster itu. Mataku terbuka sepenuhnya, aroma menyengat dari tubuh Orc membuatku mual. Apakah aku akan dimakan. Tubuhku mulai bisa bergerak, tangan kananny
Keistimewaan khusus?[Petualang Wira, anda mendapatkan Spesial Box][Buka][Anda mampu menyerap energi dari makhluk yang anda bunuh, tidak ada syarat. Semua spesies di alam semesta mampu anda serap energinya]Spesies di alam semesta! Artinya ... makhluk apapun ada di alam semesta ini? Hal itu menjawab bahwa hari ini semua berubah dan makhluk-makhluk aneh berdatangan ke bumi.Dan ... Wira berada di sebuah bukit terjal yang tinggi, di belakangnya portal yang baru saja dilewatinya masih tercipta. Tali energi masih melilit perutnya, itu yang menghubungkannya dengan Bisma.Tempat apa ini?Wira melihat sekelilingnya, lahan tandus dan pohon-pohon raksasa terlihat di kejauhan. Portal di belakangnya adalah tempat para Orc itu keluar dan memasuki bumi. Di depan Wira, ujung dari ketinggian tebing. Tali energi masih cukup panjang dan Wira memberanikan diri melangkah hingga ke ujung tebing.Wira membungkuk karena melihat bahaya dari sense pembunuh miliknya, dan matanya terperanjat dengan apa yang
”Bergabunglah bersama kami, kami bisa menjamin keselamatan kalian.” Lelaki gemuk dari fakultas berbeda dengan Wira dan Bisma. Dia memegang sebuah kapak besar, ada darah kuning yang tersisa di kapak tersebut. Lelaki gemuk itu bersama dengan tujuh orang lainnya yang sedang berkumpul.Mayat-mayat terlihat di setiap sudut tempat, baik mayat monster dan beberapa manusia. Namun, semua tak peduli akan hal itu karena mereka semua sedang terancam bahaya di saat kondisi serba aneh hari ini. Mereka mulai terbiasa ketika melihat monster yang bergerak tiba-tiba dan menyerang manusia.”Biarkan saja mereka, Toni. Tidak perlu sok baik, lihat saja mereka terlihat lemah. Mereka hanya akan menjadi beban kita.” Genta yang merupakan teman Toni memandang remeh pada Bisma dan Wira. Orang-orang lemah yang bergabung bersama mereka akan membuat mereka bertambah beban saat ada penyerangan monster. Tim yang diisi orang-orang lemah, hanya akan membuat mereka susah bergerak karena harus melindungi saat sedang bert
[Mata Halilintar dimaksimalkan]Klang! Klang! Klang!Wira melihat semua pergerakan serangan dari delapan tangan di belakang Pempers dan bahkan menahan serangan tangan yang berada di depan. Serangan-serangan itu mampu dihadang dengan daggernya. Wira bisa menghadang semua serangan itu. Di belakang sana, Martha kaget dengan kemampuan Wira.Wira melihat peluang, matanya melihat aliran warna hijau yang merupakan titik kelemahan Pempers.Serangan Pempers datang, Wira menghindari serangan dua tangan Pempers dan memutar daggernya.Slash!Dua tangan Pempers jatuh dan Wira menebas pangkal kedua tangan Pempers.”SIALAN”Pempers marah dan memutar tubuhnya untuk menyerang Wira.Wosh!Wora sudah menggunakan gerakan lain yang menopang pada salah satu tiang dan dia melesat menghindari serangan itu dan berada di belakang Pempers.Slash!Empat tangan patah, Pempers kelihatan bingung dan kesakitan. Gerakan Pempers jadi limbung karena tidak imbang. Dan, saat dia berbalik untuk menyerang Wira dengan kedua
BOOOOOMMMM!Mata Wira tak bisa tertutup dengan kekuatan besar dari pedang energi yang membara, menusuk tubuh Pempers dari atas dengan serangan kejut yang cepat.Wira kaget, bagaimana bisa seorang Petualang yang baru mendapatkan kekuatan bisa memiliki serangan sekuat itu? Wira masih belum mengerti, bukankah sistem Petualang baru dimulai sejak monster bermunculan? Apa yang dilakukan wanita itu sehingga menjadi begitu kuat.Tap!Martha turun dari punggung Pempers dan melompat turun, dia menyarungkan pedangnya kembali. Tubuh raksasa Pempers tak bergerak dan terlihat kerusakan di semua bagian tubuhnya seperti terbakar api yang sangat panas.”Sudah berakhir, ayo kembali.” Martha cuek dan melangkah meninggalkan Pempers sambil melewati Wira.”Tunggu, di level berapa kamu sekarang?” tanya Wira penasaran, dia harus mengetahui dan melakukan pengamatan. Hal itu penting untuk kemajuan kekuatannya. Wira harus tahu.”Level empat, aku telah melakukan leveling dengan memburu monster di berbagai lorong
Dua menit! Wira harus mengalihkan Pempers dari Martha.Wosh![Langkah pembunuh dimaksimalkan sesuai level, level anda level 2]Wira merasakan kakinya begitu ringan, kecepatan yang baik dan matanya yang menjadi tajam. Dia mendapatkan kekuatan yang baik sebagai seorang pembunuh. Wira mencari celah dan mengitari Pempers yang besar.”Monster jelek! Akulah lawanmu!””MANUSIA LEMAH, BERANI SOK HEBAT DI DEPANKU!”Kaki-kaki Pempers bergerak sangat cepat, semuanya menyerang Wira dari segala arah karena Wira bergerak mengitarinya dengan cepatBrush! Brush! Brush!Wira menghindari serangan-serangan kaki raksasa itu, meliuk dan membuat gerakan zig-zag. Wira melihat dengan kemampuan matanya yang tajam, melihat kelemahan dari Pempers.Kelemahanitu ada di bawah Pempers, ditutupi dengan semua kaki-kakinya yang bergerak sangat cepat. Apakah itu jantung atau core yang disebutkan oleh sistem? Sulit untuk mendekatinya karena kaki-kaki monster itu bergerak sangat cepat.Klang! Klang!Serangan datang saat
[Pempers menyerap energi manusia, dia beradaptasi dengan bahasa manusia dan mendapatkan kecerdasan manusia]Jadi begitu! Notifikasi tersebut menjelaskan pada Wira dan rekan-rekannya. Musuh yang mereka hadapi akan menjadi semakin kuat dengan melakukan penyerapan energi setiap manusia yang menjadi tumbalnya.”Tolooooonnngg!”Salah satu manusia yang terbungkus dengan jaring kekuningan berteriak, dia baru sadar dan berusaha keluar dari ikatan jaring kuning tersebut. Monster berbulu besar itu menggunakan salah satu kakinya dan mengangkat orang tersebut.Crunch! Crunch!Mengerikan!Wira dan rekan-rekan timnya tak bisa menyelamatkan sosok yang dimakan dan ditelan. Wira dan Martha sedang melawan pasukan Rak Rak dan monster belalang yang jumlahnya sangat banyak. Mereka tak bisa menyelamatkan sosok yang dimakan oleh monster Pempers tersebut.”TERLALU BERISIK! MEMANG, MANUSIA ITU SANGAT BERISIK!”Suara Pemperse menggema, membuat Bisma dan Mega bahkan menggigil ngeri dan kaki mereka sedikit gemet