Maudy berusaha menahan kegembiraannya, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan senyum yang terangkat di sudut bibirnya. Sekarang dia bisa hidup bebas secara finansial dan berbelanja sesuka hati di market!Dengan penuh semangat, dia kembali membuka halaman market dan mencari ramuan yang dibutuhkan sesuai resep. Dalam waktu singkat, dia berhasil membeli semua tanaman obat yang diperlukan.Saat menekan tombol pembayaran, tanaman obat itu secara otomatis muncul di keranjangnya.Maudy kemudian membeli kelinci dan ayam hutan masing-masing lima ekor. Setelah itu, dia baru kembali dengan tas yang dipenuhi berbagai barang. Melihat Maudy membawa begitu banyak barang kembali, semua orang terkejut dan tidak bisa berkata-kata."Maudy, dari mana kamu dapat kelinci dan ayam hutan sebanyak itu?"Tanpa ragu-ragu, Maudy berkata, "Cuma beruntung. Waktu petik tanaman obat, aku ketemu sarang kelinci dan ayam hutan. Jadi, kutangkap saja semuanya." Sambil berkata demikian, dia menyerahkan semua ayam hutan dan k
"Ada apa dengan Keluarga Lesmana? Kenapa mereka semua memuntahkan buih putih?" Semua orang ketakutan dan bergegas mengerumuni mereka. Namun, mereka tidak berani terlalu dekat karena khawatir bahwa itu adalah wabah menular."Maudy, mereka nggak terjangkit wabah, 'kan?" Petra mengajukan pertanyaan yang paling dikhawatirkan semua orang.Pada saat bersamaan, mereka juga diam-diam memutuskan untuk membuang Keluarga Lesmana ke hutan jika mereka benar-benar terjangkit wabah. Tidak boleh membiarkan mereka membahayakan seluruh rombongan."Minggir, biar kuperiksa." Maudy mengetahui betapa seriusnya situasi saat ini, sehingga dia langsung memeriksa kondisi keluarga itu dengan serius. Namun hanya dengan sekilas melihatnya, Maudy bisa langsung memastikan bahwa mereka tidak terjangkit wabah, melainkan keracunan makanan."Nggak usah takut, mereka nggak terkena wabah. Cuma karena makan jamur beracun, jadi sekarang efek racun jamur itu mulai bekerja."Padahal Maudy sudah mengingatkan mereka bahwa jamur
Di luar tenda, Sandra terus muntah dan menangis, suaranya terdengar sangat memilukan. Maudy sama sekali tidak merasa kasihan karena Sandra memang memiliki sisi yang patut dibenci. Ini adalah balasan untuk perbuatannya sendiri.Keesokan harinya, Keluarga Lesmana bahkan tidak punya tenaga lagi untuk mengeluh. Semuanya terkapar di lantai dengan kondisi mengenaskan. Namun harus diakui, mereka memang memiliki daya tahan yang luar biasa. Bahkan setelah mengalami semua penderitaan itu pun, mereka masih bisa bertahan hidup.Sementara itu, persediaan makanan dan obat-obatan Maudy mulai menipis lagi. Oleh karena itu, dia berpamitan pada Petra seperti biasa, berpura-pura pergi untuk mencari bahan. Saat berdiri di tempat yang tinggi dan memandang ke bawah, Maudy melihat bahwa banjir sudah surut cukup banyak.Sepertinya dalam dua hari ini, mereka sudah bisa turun dari bukit. Tiba-tiba, mata Maudy menyipit melihat sesuatu. Di lereng bukit yang tidak jauh darinya, terlihat ada sosok dua orang.Saat M
Begitu mendengar suara Maudy kembali, Galeo merasa sangat lega. Dia melepaskan kain yang menutupi matanya, lalu bergegas menghampiri mereka."Gimana kondisi majikanku?""Sudah aman. Kamu lihat saja sendiri."Tanpa perlu disuruh Maudy, Galeo juga sudah membungkuk untuk memeriksa kondisi majikannya. Ketika melihat duri kayu di dada telah dicabut, Galeo merasa jauh lebih tenang."Nona, terima kasih banyak. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan membalas budimu," ujar Galeo. Saat ini, dia baru memperhatikan dahi Maudy dipenuhi keringat dan wajahnya tampak lelah karena menolong majikannya.Karena merasa sangat bersyukur, Galeo mengeluarkan sebuah liontin giok dan berkata, "Ini barang Keluarga Dasala. Aku pelayan Keluarga Dasala. Kelak kalau kamu butuh bantuan, cari saja kami di Provinsi Troba."Provinsi Troba? Itu pemberhentian mereka yang selanjutnya, 'kan? Namun, Maudy tidak pernah mendengar tentang Keluarga Dasala.Maudy menyimpan liontin giok itu ke sakunya, lalu mengangguk sambil menyahu
Maudy merasa tidak berdaya. Dia membatin, 'Kalau kalian ikut, mungkin kalian nggak dapat makan nanti.'"Bantu aku bersihkan kelinci dan ayam pegarnya dulu. Aku masuk sebentar," instruksi Maudy.Begitu masuk ke tenda, Maudy langsung melihat Ammar yang bersandar di batu dengan ekspresi cemas. Pria itu terus memandang ke arah pintu masuk.Setelah melihat Maudy, Ammar pun tersenyum sesaat. Kemudian, dia langsung bertanya dengan serius, "Ke mana saja? Kenapa lama sekali?"Ketika berbicara, tatapan Ammar menyapu ke sekujur tubuh Maudy untuk memastikan tidak ada cedera apa pun. Alhasil, dia menemukan noda darah pada ujung pakaian Maudy.Ammar sontak merasa gugup. Kali ini, dia tidak bisa berpura-pura tidak peduli lagi. Dia langsung bertanya dengan cemas, "Kenapa ada noda darah? Kamu terluka ya? Sini, biar kuperiksa.""Nggak kok." Maudy tahu dirinya tidak bisa menipu Ammar. Pria ini pasti tahu dirinya tidak mencari mangsa di gunung. Jadi, Maudy memilih untuk jujur padanya. "Ini bukan darahku."
Ketika Petra berbicara dengan penjaga gerbang, Maudy mengamati ke sekeliling. Tampak banyak pengungsi di tempat ini. Semuanya berpakaian compang-camping dan berwajah lesu. Bukan hanya ada mayat yang terapung di sungai, tetapi kelaparan dan kematian juga terjadi di mana-mana.Setelah banjir, situasi di Provinsi Troba jauh lebih buruk daripada yang dibayangkannya. Ketika mencium bau busuk di udara, Maudy merasakan firasat buruk. Dia merasa wabah telah diam-diam menyebar."Kak, jangan berlama-lama di Provinsi Troba. Setelah dokumennya beres, kita langsung pergi saja," usul Maudy kepada Petra."Kenapa terburu-buru sekali?" tanya Petra dengan heran. Dia berencana tinggal di Provinsi Troba beberapa hari untuk mengisi kembali perbekalan.Maudy berbisik, "Aku curiga akan muncul wabah di Provinsi Troba.""Apa?" Ketika berada di pegunungan, Petra telah mendengar tentang wabah dan merasa cemas. Namun, karena tidak terjadi apa-apa, dia pun merasa lega kembali. Sekarang, dia lagi-lagi ketakutan dib
Prajurit itu menunjuk seorang pria berjubah militer yang berdiri di kejauhan. Maudy pun menatap ke arah yang ditunjuknya, lalu sontak termangu.Itu Ilham, kekasih masa kecil pemilik asli tubuh ini! Setelah Maudy dianugerahkan pernikahan dengan Ammar, Ilham yang sakit hati pun pergi ke Provinsi Troba untuk menjadi gubernur. Siapa sangka, mereka malah bertemu di sini.Ilham juga menoleh dan melihat Maudy. Begitu mengenalinya, Ilham langsung menghampiri dengan gembira. "Maudy, ini serius kamu? Kenapa kamu ada di sini?"Maudy juga merasa senang bertemu kenalan lamanya. Namun, karena sudah berkeluarga, dia harus menjaga jarak dari Ilham. Selain itu, dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."Tuan, kudengar ada wabah yang terjadi di Provinsi Troba. Apa itu benar?" tanya Maudy."Ya." Ketika melihat Maudy menjaga jarak darinya, Ilham baru teringat bahwa Maudy telah menikah. Dia segera tersadar kembali dan menjelaskan, "Ini karena banjir. Belakangan ini banyak yang mati. Beber
Ammar juga mendengar obrolan Maudy dan Ilham, jadi bisa memastikan keduanya tidak punya hubungan istimewa. Setelah berhubungan lama dengan Maudy, Ammar juga yakin dengan karakter wanita ini. Itu sebabnya, dia tidak akan membiarkan siapa pun berbicara buruk tentang istrinya.Sandra mengeluh, "Kak, kenapa kamu masih membelanya sih?""Jadi, kakakku harus membelamu? Kak Maudy sangat setia. Sejak awal, dia mengikuti Kak Ammar!" bentak Nirina sambil berkacak pinggang. Dia meneruskan, "Kalau nggak ada Kak Maudy, kita semua sudah mati karena banjir. Jangan nggak tahu terima kasih ya!"Setelah mendengar ucapan Nirina, para wanita pun membela Maudy. Hanya Sandra yang bersikeras menuduh Maudy punya hubungan gelap dengan Ilham."Kalau dia nggak punya hubungan apa pun dengan Tuan Gubernur, mana mungkin kita diizinkan tinggal di sini. Dia mungkin diam-diam merayu pria itu atau menjanjikan sesuatu padanya!" fitnah Sandra.Sandra tidak tahu bahwa Maudy dan Ilham adalah kekasih masa kecil. Dia hanya me