"Lestari sudah diculik!" ucap Wira yang matanya memerah dan urat di kedua kepalan tangannya terlihat sangat jelas. Sorot matanya memancarkan niat membunuh, lalu dia berkata, "Ayo, kita pergi ke rumah Keluarga Sutedja. Semuanya, bawa Pedang Treksha!"Enam puluh orang yang memasuki kota dengan pedang bisa menimbulkan kepanikan dengan mudah. Itu sebabnya, semua pedang disimpan dalam kereta kuda. Sepuluh veteran Pasukan Zirah Hitam dan 50 veteran lainnya mengambil Pedang Treksha, lalu menggantungkannya di pinggang mereka dengan niat membunuh yang kuat!Wira telah berjuang mati-matian di perbatasan. Dia mengalahkan 100.000 pasukan bangsa Agrel dan mendapatkan prestasi besar! Dia telah melindungi jutaan orang dari bahaya, termasuk para keluarga kaya kabupaten di Kabupaten Uswal!Alhasil, para keluarga kaya kabupaten ini menyakiti orang-orang yang paling dekat dengan Wira dan hendak merampas resep rahasianya! Di momen ini, mereka benar-benar kesal. Amarah mereka membeludak dan ingin sekali me
Ketika bangsa Agrel menyusup, Wira telah melakukan banyak hal berjasa di wilayah utara. Setelah dia kembali, semua masyarakat Kabupaten Uswal memandangnya sebagai sosok yang luar biasa dan sangat menghormatinya.Meskipun tidak tahu apa yang telah dilakukan Wira, Regan tahu bahwa karakter Iqbal dapat dipercaya! Lantaran takut sesuatu akan terjadi dengan toko besi, Regan sudah mengutus anak buahnya untuk berjaga sepanjang waktu, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan!Kini, Wira telah kembali. Dia bahkan membawa 60 pasukan, 60 ekor kuda perang, dan 60 bilah pedang! Berdasarkan keberanian Wira dalam membantai Desa Tiga Harimau, bagaimana mungkin dia akan melepaskan Keluarga Sutedja begitu saja karena telah menculik Nona Lestari?Hanya saja, Wira yang langsung menerobos ke rumah Keluarga Sutedja menandakan bahwa Keluarga Sutedja telah melakukan kesalahan besar!....Kabupaten Uswal, 16 kilometer di barat kota.Iqbal melihat Kaesang Bakara yang berpakaian resmi mendekatinya, lalu berkata, "Tu
Kini, paman Wira difitnah dan dipenjarakan, sementara adik sepupunya diculik di tengah malam! Berdasarkan karakter Wira, Iqbal tidak tahu apa yang akan dilakukan olehnya! Namun, dia tahu bahwa jika terlambat kembali, situasi di Kabupaten Uswal pasti akan kacau balau!....Meski tidak mengetahui posisi rumah Keluarga Sutedja, bukanlah hal yang sulit untuk menanyakan alamat di Kabupaten Uswal! Setelah meninggalkan toko besi selama 15 menit, Wira memimpin 60 pasukan berkuda ke depan rumah Keluarga Sutedja!Itu adalah sebuah lahan besar berukuran sepuluh hektare, dengan dua singa batu di depan pintu, serta tiga gerbang yang dijaga oleh dua pengawal. Di bagian atas, ada sebuah plakat hitam bertulisan emas "Rumah Keluarga Sutedja".Kerajaan Nuala menetapkan aturan bahwa hanya keluarga pejabat yang boleh menggunakan kata "kediaman" di plakat rumah mereka. Tak peduli seberapa kaya seorang pedagang, mereka akan dianggap berstatus rendah dan hanya boleh menggunakan kata "rumah"!Kedatangan 60 pa
"Cari mati!" Sorot mata Pasukan Zirah Hitam dan veteran lainnya penuh dengan niat membunuh. Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dari prefektur tingkat keempat hingga wakil prefektur tingkat kelima harus bersikap hormat ketika bertemu dengan Wira.Kini, beraninya seorang keluarga kaya kabupaten mengancam Wira hanya karena dia merupakan pejabat sipil tingkat kedelapan! Lantaran sudah memutuskan untuk mengikuti Wira, merasa sontak emosi atas kelakuan Husni yang tidak menghormati Wira!"Oh, ya?" tanya Wira sembari tersenyum. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku akan dipenjara karena menerobos ke rumah Keluarga Sutedja, lalu bagaimana dengan menghajarmu hingga lumpuh?"Husni menggertakkan giginya dan memelotot seraya menjawab, "Memangnya kamu berani?" Tatapan Wira tampak sangat suram, lalu dia berkata, "Patahkan kedua kakinya!"Krak! Krak! Sebelum orang lain bertindak, Fandi dan Rudi yang berjarak paling dekat segera mematahkan kedua kakinya!"Aahhh ...." Jeritan melengking bergema di jalanan. Se
Dilihat dari perlakuan Iqbal terhadap Wira, Wira pasti bukan orang biasa. Namun, apa yang hendak dilakukannya sekarang, yakni menjebak orang secara terang-terangan, sudah terlalu angkuh.Rudi mendengkus pelan dan berkata, "Huh, nggak semua orang punya kesempatan untuk menjadi orangnya Tuan Wahyudi. Nggak semua orang juga punya kesempatan bekerja bagi Tuan Wahyudi.""Tuan Wahyudi?" ujar Regan dengan mata berbinar. Setelah itu, dia buru-buru menangkupkan tinjunya tanda hormat dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan. Saya akan kerjakan sekarang juga!"Sebelumnya, Regan bertugas melayani iring-iringan kereta para pejabat yang melakukan perjalanan ke selatan. Dia pernah mendengar cerita orang-orang tentang kondisi perang di utara.Panglima Yudha menunjuk seorang pria sebagai penasihat militer. Penasihat militer bernama Tuan Wahyudi itulah yang membuat strategi perang, menembak mati Raja Tanuwi, membakar 30.000 infanteri bangsa Agrel , dan menggunakan formasi kerbau api untuk menyerang markas b
"Kupikir aku nggak akan pernah melihatmu lagi di kehidupan ini. Kak Wira, apa kamu tahu aku sangat merindukanmu akhir-akhir ini? Kenapa kamu baru kembali sekarang?" ujar Lestari."Ayah sudah dibawa mereka ke penjara. Orang Keluarga Sutedja selalu datang mengancamku setiap hari, para preman ini menggedor pintuku setiap malam. Aku sangat takut dan hampir menyerah. Aku terus bertanya-tanya, kapan kamu akan pulang? Sekarang, kamu sudah pulang, tapi aku nggak sedang bermimpi, 'kan? Huhuhu!" keluh Lestari bertubi-tubi.Rasa tertekan, kesedihan, dan tersiksa yang sudah lama ditanggung Lestari akhirnya bisa dilampiaskannya saat ini. Di dunia ini, dia hanya punya dua kerabat, yakni ayah dan kakak sepupunya. Meskipun Lestari sering mengomel pada Wira, dia selalu menyayangi kakak sepupunya itu."Maaf, aku pulang terlambat. Ini semua salahku, seharusnya aku kembali lebih awal!" ujar Wira.Wira menyampirkan jubah ke tubuh Lestari, lalu menyeka air mata yang terus mengalir di wajah sepupunya yang ma
Terdapat ukiran perunggu monster dalam legenda pada pintu ruang penjara yang tertutup rapat. Ukiran monster itu tampak bengis dan mengintimidasi.Di sel penjara terakhir, Lisun, Hendra, dan perajin gula mengepung Suryadi yang sekujur tubuhnya penuh memar."Kamu nggak akan bisa keluar sebelum menyerahkan resep rahasia gula kristal!" Hendra berkata dengan ekspresi jengkel, "Putrimu sama keras kepalanya denganmu. Anak buahku sudah menyiksanya dengan bermacam cara, tapi dia tetap nggak mau buka mulut! Kuakui, orang Keluarga Saling memang berani!"Suryadi mendongak, air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Saat ini, dia merasa lega tetapi juga sedih saat memikirkan betapa putrinya telah banyak menderita.Hendra tersenyum tipis, lalu berkata, "Tapi, aku menyuruh empat preman tinggal di sana. Mereka akan terus menginterogasi putrimu dengan cara apa pun.""Bajingan, kalau terjadi sesuatu pada Lestari, aku akan menghabisimu!" ancam Suryadi naik pitam. Dia benar-benar ingin membunuh orang di d
Namun, tidak ada satu pun di antara kelompok Wira yang bisa diremehkan. Dilihat dari mata dingin dan aura membunuh mereka, sudah pasti mereka pernah mengotori tangan mereka dengan darah. Orang seperti ini kemungkinan telah berhadapan dengan situasi yang mempertaruhkan hidup dan mati di medan perang atau pernah menjadi bandit pembunuh.Namun, ini di pengadilan daerah, jadi Lisun sama sekali tidak takut. Dia memimpin empat petugas patroli untuk memblokir jalan dengan membawa golok sambil berkata, "Wira, lancang sekali kamu. Berani-beraninya kamu menerobos penjara pengadilan daerah! Apa kamu nggak tahu kalau ini kejahatan serius? Ini perbuatan keji yang akan membuat seluruh kerabatmu dibantai!"Wira bertanya dengan sorot mata muram, "Siapa kamu?""Dia Lisun, kepala petugas patroli!" Lestari menggertakkan gigi dan berkata, "Dialah yang membawa orang-orang ke toko besi, lalu langsung mencari sesuatu di bawah tempat tidur, seolah-olah dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan di sana!"Lisun m