Kini, paman Wira difitnah dan dipenjarakan, sementara adik sepupunya diculik di tengah malam! Berdasarkan karakter Wira, Iqbal tidak tahu apa yang akan dilakukan olehnya! Namun, dia tahu bahwa jika terlambat kembali, situasi di Kabupaten Uswal pasti akan kacau balau!....Meski tidak mengetahui posisi rumah Keluarga Sutedja, bukanlah hal yang sulit untuk menanyakan alamat di Kabupaten Uswal! Setelah meninggalkan toko besi selama 15 menit, Wira memimpin 60 pasukan berkuda ke depan rumah Keluarga Sutedja!Itu adalah sebuah lahan besar berukuran sepuluh hektare, dengan dua singa batu di depan pintu, serta tiga gerbang yang dijaga oleh dua pengawal. Di bagian atas, ada sebuah plakat hitam bertulisan emas "Rumah Keluarga Sutedja".Kerajaan Nuala menetapkan aturan bahwa hanya keluarga pejabat yang boleh menggunakan kata "kediaman" di plakat rumah mereka. Tak peduli seberapa kaya seorang pedagang, mereka akan dianggap berstatus rendah dan hanya boleh menggunakan kata "rumah"!Kedatangan 60 pa
"Cari mati!" Sorot mata Pasukan Zirah Hitam dan veteran lainnya penuh dengan niat membunuh. Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dari prefektur tingkat keempat hingga wakil prefektur tingkat kelima harus bersikap hormat ketika bertemu dengan Wira.Kini, beraninya seorang keluarga kaya kabupaten mengancam Wira hanya karena dia merupakan pejabat sipil tingkat kedelapan! Lantaran sudah memutuskan untuk mengikuti Wira, merasa sontak emosi atas kelakuan Husni yang tidak menghormati Wira!"Oh, ya?" tanya Wira sembari tersenyum. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku akan dipenjara karena menerobos ke rumah Keluarga Sutedja, lalu bagaimana dengan menghajarmu hingga lumpuh?"Husni menggertakkan giginya dan memelotot seraya menjawab, "Memangnya kamu berani?" Tatapan Wira tampak sangat suram, lalu dia berkata, "Patahkan kedua kakinya!"Krak! Krak! Sebelum orang lain bertindak, Fandi dan Rudi yang berjarak paling dekat segera mematahkan kedua kakinya!"Aahhh ...." Jeritan melengking bergema di jalanan. Se
Dilihat dari perlakuan Iqbal terhadap Wira, Wira pasti bukan orang biasa. Namun, apa yang hendak dilakukannya sekarang, yakni menjebak orang secara terang-terangan, sudah terlalu angkuh.Rudi mendengkus pelan dan berkata, "Huh, nggak semua orang punya kesempatan untuk menjadi orangnya Tuan Wahyudi. Nggak semua orang juga punya kesempatan bekerja bagi Tuan Wahyudi.""Tuan Wahyudi?" ujar Regan dengan mata berbinar. Setelah itu, dia buru-buru menangkupkan tinjunya tanda hormat dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan. Saya akan kerjakan sekarang juga!"Sebelumnya, Regan bertugas melayani iring-iringan kereta para pejabat yang melakukan perjalanan ke selatan. Dia pernah mendengar cerita orang-orang tentang kondisi perang di utara.Panglima Yudha menunjuk seorang pria sebagai penasihat militer. Penasihat militer bernama Tuan Wahyudi itulah yang membuat strategi perang, menembak mati Raja Tanuwi, membakar 30.000 infanteri bangsa Agrel , dan menggunakan formasi kerbau api untuk menyerang markas b
"Kupikir aku nggak akan pernah melihatmu lagi di kehidupan ini. Kak Wira, apa kamu tahu aku sangat merindukanmu akhir-akhir ini? Kenapa kamu baru kembali sekarang?" ujar Lestari."Ayah sudah dibawa mereka ke penjara. Orang Keluarga Sutedja selalu datang mengancamku setiap hari, para preman ini menggedor pintuku setiap malam. Aku sangat takut dan hampir menyerah. Aku terus bertanya-tanya, kapan kamu akan pulang? Sekarang, kamu sudah pulang, tapi aku nggak sedang bermimpi, 'kan? Huhuhu!" keluh Lestari bertubi-tubi.Rasa tertekan, kesedihan, dan tersiksa yang sudah lama ditanggung Lestari akhirnya bisa dilampiaskannya saat ini. Di dunia ini, dia hanya punya dua kerabat, yakni ayah dan kakak sepupunya. Meskipun Lestari sering mengomel pada Wira, dia selalu menyayangi kakak sepupunya itu."Maaf, aku pulang terlambat. Ini semua salahku, seharusnya aku kembali lebih awal!" ujar Wira.Wira menyampirkan jubah ke tubuh Lestari, lalu menyeka air mata yang terus mengalir di wajah sepupunya yang ma
Terdapat ukiran perunggu monster dalam legenda pada pintu ruang penjara yang tertutup rapat. Ukiran monster itu tampak bengis dan mengintimidasi.Di sel penjara terakhir, Lisun, Hendra, dan perajin gula mengepung Suryadi yang sekujur tubuhnya penuh memar."Kamu nggak akan bisa keluar sebelum menyerahkan resep rahasia gula kristal!" Hendra berkata dengan ekspresi jengkel, "Putrimu sama keras kepalanya denganmu. Anak buahku sudah menyiksanya dengan bermacam cara, tapi dia tetap nggak mau buka mulut! Kuakui, orang Keluarga Saling memang berani!"Suryadi mendongak, air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Saat ini, dia merasa lega tetapi juga sedih saat memikirkan betapa putrinya telah banyak menderita.Hendra tersenyum tipis, lalu berkata, "Tapi, aku menyuruh empat preman tinggal di sana. Mereka akan terus menginterogasi putrimu dengan cara apa pun.""Bajingan, kalau terjadi sesuatu pada Lestari, aku akan menghabisimu!" ancam Suryadi naik pitam. Dia benar-benar ingin membunuh orang di d
Namun, tidak ada satu pun di antara kelompok Wira yang bisa diremehkan. Dilihat dari mata dingin dan aura membunuh mereka, sudah pasti mereka pernah mengotori tangan mereka dengan darah. Orang seperti ini kemungkinan telah berhadapan dengan situasi yang mempertaruhkan hidup dan mati di medan perang atau pernah menjadi bandit pembunuh.Namun, ini di pengadilan daerah, jadi Lisun sama sekali tidak takut. Dia memimpin empat petugas patroli untuk memblokir jalan dengan membawa golok sambil berkata, "Wira, lancang sekali kamu. Berani-beraninya kamu menerobos penjara pengadilan daerah! Apa kamu nggak tahu kalau ini kejahatan serius? Ini perbuatan keji yang akan membuat seluruh kerabatmu dibantai!"Wira bertanya dengan sorot mata muram, "Siapa kamu?""Dia Lisun, kepala petugas patroli!" Lestari menggertakkan gigi dan berkata, "Dialah yang membawa orang-orang ke toko besi, lalu langsung mencari sesuatu di bawah tempat tidur, seolah-olah dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan di sana!"Lisun m
Dahi keempat petugas patroli lainnya bercucuran keringat dingin. Wira terlalu kejam. Setelah memotong jari Lisun, dia juga melarang Lisun untuk berteriak.Wira memandang keempat petugas patroli itu sambil bertanya, "Kalian juga terlibat dalam masalah pamanku, 'kan?""Tuan, tolong ampuni kami. Pak Lisun yang menyuruh kami melakukannya. Dia memberi kami 100 ribu!""Benda itu sengaja disembunyikan oleh Pak Lisun. Aku tahu di mana pencurinya!""Jangan bunuh kami. Kami masih punya banyak tanggungan di rumah. Kami juga terpaksa melakukannya!""Kami bersalah, tolong ampuni kami!"Keempat petugas patroli itu bersujud dan mengaku dengan ketakutan. Wira bahkan berani menyerang Lisun dan Husni. Jadi, mana mungkin dia tidak berani menyerang petugas patroli rendahan seperti mereka? Jika jari mereka dipotong dan mereka sudah benar-benar cacat, semuanya sudah terlambat!Wira menoleh pada Lisun, lalu berkata tanpa ekspresi, "Apa ada hal lain yang mau kamu jelaskan?""Pak Radit memberiku 2 juta dan men
Menerobos penjara sama saja dengan pemberontakan. Asalkan bisa menangkap Wira dan melibatkan Iqbal, Radit bisa menguasai Kabupaten Uswal. Dia juga bisa menjadi pemimpin dan berkuasa seperti 2 tahun yang lalu.Di dalam penjara, Lestari dan Suryadi sangat ketakutan sampai wajah mereka pucat pasi. Saat ini, mereka baru menyadari keseriusan dari menerobos penjara. Sementara itu, Lisun, Hendra, dan 4 petugas patroli tampak senang, seolah-olah melihat seorang penyelamat.Wira yang marah langsung membentak, "Radit, sebagai pejabat penting pemerintahan, seharusnya kamu menegakkan hukum secara adil. Tapi, kamu malah menerima uang dari keluarga kaya kabupaten dan melanggar aturan hukum demi kepentingan pribadi.""Kamu bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan kejahatan dan menjebak warga yang nggak bersalah. Uang sogokan sebesar 2 juta gabak cukup untuk membuatmu dipecat," lanjut Wira.Terakhir kali, Radit menerima uang dari Keluarga Silali. Kali ini, dia menerima uang dari Keluarga Sutedja