Menerobos penjara sama saja dengan pemberontakan. Asalkan bisa menangkap Wira dan melibatkan Iqbal, Radit bisa menguasai Kabupaten Uswal. Dia juga bisa menjadi pemimpin dan berkuasa seperti 2 tahun yang lalu.Di dalam penjara, Lestari dan Suryadi sangat ketakutan sampai wajah mereka pucat pasi. Saat ini, mereka baru menyadari keseriusan dari menerobos penjara. Sementara itu, Lisun, Hendra, dan 4 petugas patroli tampak senang, seolah-olah melihat seorang penyelamat.Wira yang marah langsung membentak, "Radit, sebagai pejabat penting pemerintahan, seharusnya kamu menegakkan hukum secara adil. Tapi, kamu malah menerima uang dari keluarga kaya kabupaten dan melanggar aturan hukum demi kepentingan pribadi.""Kamu bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan kejahatan dan menjebak warga yang nggak bersalah. Uang sogokan sebesar 2 juta gabak cukup untuk membuatmu dipecat," lanjut Wira.Terakhir kali, Radit menerima uang dari Keluarga Silali. Kali ini, dia menerima uang dari Keluarga Sutedja
Wira berani menghajar pejabat penting pemerintahan, apa dia ingin memberontak? Lestari dan Suryadi pun terperangah."Ah, darah!" teriak Radit yang terjatuh ke tanah. Bahkan, hidungnya juga berdarah. Kemudian, dia membentak, "Wira, kamu ... beraninya kamu pukul aku. Kamu mau memberontak .... Ah!""Memberontak? Pukul kamu berarti mau memberontak? Memangnya kamu siapa? Jangankan memukul, sekalipun aku membunuh pejabat koruptor sepertimu, juga nggak salah!" ujar Wira.Wira yang berang terus menendang Radit dan sama sekali tidak berbelaskasihan. Kalau bukan karena dia datang tepat waktu, Suryadi dan Lestari pun belum tentu bisa hidup setelah menyerahkan resep rahasia.Setiap pejabat koruptor seperti ini menerima uang sogokan, pasti ada warga yang meninggal. Jika terus membiarkan Radit tetap menduduki di posisinya saat ini, entah berapa banyak lagi warga yang menderita."Ah, kamu ... jangan pukul lagi ... ah!" teriak Radit sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Dia meringkuk dan teru
Pada saat itu, kertas ini akan dihancurkan sehingga sama sekali tidak bisa dijadikan bukti untuk membuat Radit mengakui kesalahannya.Sebaliknya, Wira akan ditangkap karena menjadi pemimpin dalam penangkapan orang dan pemberontakan. Kemudian, Radit akan menurunkan Iqbal dari jabatannya. Dengan demikian, dia tetap akan menguasai Kabupaten Uswal.Melihat surat pengakuan yang sangat detail, bahkan dibubuhi cap jari dengan darah, Wira sangat puas. Dia melambaikan tangan seraya memberi perintah, "Tahan dia aula utama!"Tentara pensiun pun membawa Radit, Lisun, dan para petugas patroli masuk ke aula utama. Tak lama kemudian, Fandi membawa petugas patroli untuk menangkap pencuri yang menyimpan liontin giok.Sementara itu, Regan dan beberapa tentara pensiun mengangkat Husni yang cacat, serta baju zirah dan busur panah ke aula utama pengadilan daerah.Wira yang memegang setumpuk surat pengakuan menunggu di depan pintu pengadilan dengan tenang. Di luar pengadilan daerah, banyak warga celingak-ce
Para warga yang berada di luar pengadilan pun bubar dan sekelompok orang memasuki halaman pengadilan daerah. Kaesang berdiri di depan dan Fadil sedikit tertinggal di belakang, lalu ada sekelompok tentara rakyat yang memakai baju zirah dan membawa busur mengikuti mereka. Totalnya sekitar 100 orang.Radit yang merasa gembira menoleh dan berkata, "Tuan Kaesang, Pak Fadil, Iqbal bersekongkol dengan pemberontak. Dia memutarbalikkan fakta dan memfitnah orang jujur. Cepat tangkap mereka dan kembalikan kedamaian di Kabupaten Uswal."Lisun, Husni, Hendra, dan petugas patroli yang terlibat sangat bersemangat. Orang yang menolong Radit sudah datang, situasi akan berbalik.Kaesang memberi hormat dari jauh seraya berucap, "Pak Radit tenang saja. Pak Fadil datang membawa pasukan."Kaesang baru datang ke pengadilan daerah sehingga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kebetulan dia bertemu dengan Fadil. Mereka sangat marah ketika mendengar bahwa Radit ditangkap oleh seorang pemberontak dan dibantu
Pasukan Zirah Hitam dan tentara pensiun hendak mengeluarkan pedang, sedangkan Wira berniat untuk memberi perintah.Iqbal bergegas keluar dari pengadilan daerah dan mengadang Wira, lalu memandang tentara yang memegang senjata sembari berujar, "Kalau kalian melukai Tuan sedikit saja, aku jamin pemerintah akan memusnahkan 9 generasi keluarga kalian!"Segerombolan tentara itu pun menghentikan aksi mereka karena ketakutan. Mereka menoleh dan melihat Fadil untuk bertanya apa yang harus mereka lakukan. Para petinggi yang berselisih, tetapi bawahan seperti mereka yang menderita. Sekarang, mereka tidak tahu harus membela siapa.Fadil berkata dengan sinis, "Iqbal, dia menerobos penjara dan menculik orang. Itu termasuk memberontak. Kalau kamu membela dia, berarti kamu komplotannya. Kamu sendiri saja sudah kesulitan, tapi kamu masih membantunya!"Iqbal tersenyum sinis, lalu menyahut, "Pak Fadil, aku tahu Tuan Wahyudi memusnahkan Desa Tiga Harimau sehingga membuatmu malu. Jadi, kamu mau balas denda
Banyak orang berpikir bahwa keberhasilan ini berkat Panglima Yudha. Hanya sedikit di antara mereka yang tahu tentang reputasi Wira.Namun, siapa pun yang berani mengusik Wira? Baik faksi penasihat kiri dan kanan di Kerajaan Nuala, maupun permaisuri dari istana bangsa Agrel, mereka semua akan dihancurkan atau bahkan seluruh keluarganya akan dibunuh!Radit berkata, "Ka, kamu ... pfft!" Sosok yang telah menjadi temannya selama sepuluh tahun ini bahkan menyuruhnya untuk mati. Radit sontak menyemburkan darah dan tak sadarkan diri.Apa sebenarnya identitas dari bocah ini? Bagaimana bisa Kaesang mengatakan hal semacam itu setelah mereka berteman baik selama sepuluh tahun?Radit langsung pingsan karena sikap Kaesang yang berubah! Lisun, kakak beradik dari Keluarga Kuncoro, dan petugas patroli yang terlibat dalam kasus ini awalnya masih sangat bersemangat. Kini, mereka semua terdiam dan tampak sangat ketakutan. Kasus tersebut selesai dengan cepat.Setelah membawa Lestari dan Suryadi kembali ke
Tatapan Wira berubah menjadi serius. Kemudian, dia menjawab, "Aku nggak mau menemuinya!" Begitu mengenali Wira, Kaesang langsung mengubah sikapnya dan mengabaikan persahabatan selama sepuluh tahun dengan Radit.Wira tidak tertarik untuk menemui orang licik yang realistis dan egois seperti Kaesang, apalagi berkenalan dengannya. Dia pun berkata, "Ayo, jalan!"Fandi mengayunkan cambuk untuk mengemudikan kereta kuda. Di luar jendela, Kaesang tampak panik. Dia buru-buru mengejar kereta kuda Wira sembari berkata, "Tuan Wahyudi, ada beberapa pejabat tinggi dari ibu kota kerajaan yang menitipkan surat padaku untuk diserahkan kepadamu."Kereta kuda berhenti! Wira mengernyit sembari bertanya, "Aku nggak mengenal siapa pun di ibu kota kerajaan. Siapa yang menulis surat untukku?""Meskipun Tuan belum pernah pergi ke ibu kota kerajaan, banyak pejabat tinggi di sana yang sudah lama mendengar namamu!" jelas Kaesang.Kaesang tampak memegang tiga surat di kedua tangannya. Kemudian, dia berkata, "Ini ad
Ketiga pucuk surat itu sama-sama menyebutkan prestasi besar Wira yang berhasil menembak mati Raja Tanuwi dan membantai 100.000 kavaleri bangsa Agrel.Suryadi dan putrinya seolah-olah sedang mimpi! Lestari memandang Wira dengan sepasang matanya yang berbinar-binar. Dia hanya merasa bahwa kakak sepupunya itu sudah berbeda dari sebelumnya. Aura yang dipancarkan Wira sungguh luar biasa.Lestari bertanya, "Kak Wira, jadi kamu benar-benar menghasilkan puluhan miliar gabak?""Iya!" jawab Wira.Lestari berkata, "Aku masih nggak percaya ...."Wira kehabisan kata-kata. Setelah kembali ke rumah, begitu Suryadi dan Lestari melihat tumpukan uang kertas, giok, uang emas, uang perak, mereka benar-benar takjub. Usai makan bersama, Wira mengumpulkan para petinggi dusun untuk melakukan rapat dan merencanakan berbagai permasalahan di desa, termasuk perkembangan selanjutnya untuk Dusun Darmadi....."Apakah dia menyadari niatku? Bisa-bisanya, dia bahkan nggak memberikanku kesempatan untuk berbicara?" uca