Banyak orang berpikir bahwa keberhasilan ini berkat Panglima Yudha. Hanya sedikit di antara mereka yang tahu tentang reputasi Wira.Namun, siapa pun yang berani mengusik Wira? Baik faksi penasihat kiri dan kanan di Kerajaan Nuala, maupun permaisuri dari istana bangsa Agrel, mereka semua akan dihancurkan atau bahkan seluruh keluarganya akan dibunuh!Radit berkata, "Ka, kamu ... pfft!" Sosok yang telah menjadi temannya selama sepuluh tahun ini bahkan menyuruhnya untuk mati. Radit sontak menyemburkan darah dan tak sadarkan diri.Apa sebenarnya identitas dari bocah ini? Bagaimana bisa Kaesang mengatakan hal semacam itu setelah mereka berteman baik selama sepuluh tahun?Radit langsung pingsan karena sikap Kaesang yang berubah! Lisun, kakak beradik dari Keluarga Kuncoro, dan petugas patroli yang terlibat dalam kasus ini awalnya masih sangat bersemangat. Kini, mereka semua terdiam dan tampak sangat ketakutan. Kasus tersebut selesai dengan cepat.Setelah membawa Lestari dan Suryadi kembali ke
Tatapan Wira berubah menjadi serius. Kemudian, dia menjawab, "Aku nggak mau menemuinya!" Begitu mengenali Wira, Kaesang langsung mengubah sikapnya dan mengabaikan persahabatan selama sepuluh tahun dengan Radit.Wira tidak tertarik untuk menemui orang licik yang realistis dan egois seperti Kaesang, apalagi berkenalan dengannya. Dia pun berkata, "Ayo, jalan!"Fandi mengayunkan cambuk untuk mengemudikan kereta kuda. Di luar jendela, Kaesang tampak panik. Dia buru-buru mengejar kereta kuda Wira sembari berkata, "Tuan Wahyudi, ada beberapa pejabat tinggi dari ibu kota kerajaan yang menitipkan surat padaku untuk diserahkan kepadamu."Kereta kuda berhenti! Wira mengernyit sembari bertanya, "Aku nggak mengenal siapa pun di ibu kota kerajaan. Siapa yang menulis surat untukku?""Meskipun Tuan belum pernah pergi ke ibu kota kerajaan, banyak pejabat tinggi di sana yang sudah lama mendengar namamu!" jelas Kaesang.Kaesang tampak memegang tiga surat di kedua tangannya. Kemudian, dia berkata, "Ini ad
Ketiga pucuk surat itu sama-sama menyebutkan prestasi besar Wira yang berhasil menembak mati Raja Tanuwi dan membantai 100.000 kavaleri bangsa Agrel.Suryadi dan putrinya seolah-olah sedang mimpi! Lestari memandang Wira dengan sepasang matanya yang berbinar-binar. Dia hanya merasa bahwa kakak sepupunya itu sudah berbeda dari sebelumnya. Aura yang dipancarkan Wira sungguh luar biasa.Lestari bertanya, "Kak Wira, jadi kamu benar-benar menghasilkan puluhan miliar gabak?""Iya!" jawab Wira.Lestari berkata, "Aku masih nggak percaya ...."Wira kehabisan kata-kata. Setelah kembali ke rumah, begitu Suryadi dan Lestari melihat tumpukan uang kertas, giok, uang emas, uang perak, mereka benar-benar takjub. Usai makan bersama, Wira mengumpulkan para petinggi dusun untuk melakukan rapat dan merencanakan berbagai permasalahan di desa, termasuk perkembangan selanjutnya untuk Dusun Darmadi....."Apakah dia menyadari niatku? Bisa-bisanya, dia bahkan nggak memberikanku kesempatan untuk berbicara?" uca
Wajah Dian tampak memerah, lalu dia segera berkata, "Josua, jangan asal bicara. Dia bukan kakak ipar barumu. Dia adalah bos baru!"Josua menggeleng sembari berkata, "Aku nggak mau bos baru. Aku ingin kakak ipar! Setelah punya kakak ipar, nggak akan ada yang menghina Kakak sebagai pelakor lagi, apalagi mengatakan Kakak nggak laku!""Josua, nggak masalah kalau Kakak nggak laku. Kakak bisa menemanimu selamanya!" Sambil memeluk adiknya, Dian tampak tersenyum getir dan berekspresi sedih!Sebagai seorang wanita yang sudah menikah tiga kali, meskipun anggota Keluarga Wibowo terlihat menghormati Dian, sebenarnya ada banyak gosip yang beredar. Di hadapan adik Dian yang cacat mental, orang-orang akan melontarkannya tanpa ragu."Baiklah, dengan ditemani Kakak, aku nggak akan ditindas lagi!" Josua bersorak girang sambil bertepuk tangan.Sementara itu, sorot mata Dian tampak serius. Dia bertanya kepada Josua, "Siapa yang menindasmu lagi? Cepat beri tahu Kakak. Apakah Paman Supri?""Bukan, bukan!" j
Wira berjanji akan memberikan Dian 10% dari keuntungannya. Keuntungan yang didapatkan Dian kali ini mencapai 15 miliar gabak. Itu bahkan sudah cukup untuk menggantikan harta Keluarga Wibowo selama lima generasi dalam ratusan tahun!Kini, setelah Dian melihat betapa luasnya dunia ini, wanita itu juga tidak ingin bertengkar lagi dengan keluarga hanya demi sedikit warisan!Setelah merenungkan makna di balik kata-katanya, mata Supri pun tampak berbinar-binar. Kemudian, dia bertanya, "Dian, mungkinkah kamu sudah menemukan jalan baru untuk menjadi kaya sehingga nggak tertarik dengan warisan lagi?"Dian berkata dengan nada dingin, "Itu nggak ada hubungannya denganmu. Aku, Josua, dan para bawahanku akan meninggalkan rumah Keluarga Wibowo besok. Jaga dirimu baik-baik!"Supri terus mendesak dengan berkata, "Dian, bagaimanapun aku adalah pamanmu. Kamu seharusnya memberitahuku ke mana kamu akan pergi!""Aku akan pergi ke Dusun Darmadi dan bekerja untuk Wira. Kamu seharusnya pernah mendengar namany
Meri melihat sebuah rumah besar yang baru selesai dibangun. Rumah itu bahkan lebih besar dari Aula Pertemuan di desa bandit dan dapat menampung ratusan orang. Ada lentera yang digantung di luar rumah dan lilin menerangi bagian dalamnya. Saat ini, tidak hanya bagian dalam rumah, bahkan bagian luar rumah yang dingin juga disesaki orang-orang."Danu sudah datang!""Ketua Danu sudah datang!""Danu datang membawa istrinya ke sini!"Begitu Danu dan Meri muncul, banyak penduduk dusun yang menyapa mereka. Saat beberapa orang bergurau dengan Meri, dia hanya memasang ekspresi datar. Sementara itu, Danu tersipu dan berkata, "Jangan sembarangan bicara. Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia. Dia milik Kak Wira ...."Penduduk dusun terkekeh-kekeh dan berkata, "Oh, ternyata dia selir barunya Wira, ya? Kenapa nggak bilang dari awal!"Meri merasa malu dan kesal. Dia ingin berteriak keras-keras, siapa yang mau jadi selir pencuri tak tahu malu itu! Namun, dia takut membuat keributan, lalu perhatian o
Mendengar ucapan Wira, banyak penduduk dusun yang langsung bersemangat dan tidak sabar. Meri bertanya dengan penasaran, "Apa maksudnya itu?""Bagi gaji dan bonus!" jawab Danu singkat. Setelah itu, dia maju untuk membantu Wira.Meri mengerucutkan bibir kecilnya dan berkata, "Rupanya mau bagi hasil rampasan, nggak heran semuanya begitu bersemangat!" Saat dia dan saudara-saudaranya mendapatkan untung besar dan mau membagi hasil rampasan di desa bandit, mereka semua juga sangat bersemangat.Berhubung Wulan dibawa pergi oleh Harsa, laporan pencatatan jangka pendek diserahkan pada Agus. Wira membuka laporan pencatatan, lalu meminta seseorang mengeluarkan uang untuk membayar gaji dan bonus. Agus berdiri di belakang Wira dengan tangan di belakang punggung. Wajahnya terlihat sangat bangga.Sejak Agus diserahi tanggung jawab atas sekolah malam dan mengambil alih tugas pembuatan laporan pencatatan, dia seperti mendapatkan kembali martabatnya sebagai kepala keluarga. Dia mendapatkan kembali rasa s
Pembayarannya sebulan sekali, jadi jumlah yang harus diberikan setahun lebih dari 100 juta. Pencuri ini sungguh boros!Sebagai ketua kedua desa bandit, Meri sering menjumpai orang-orang miskin yang akhirnya menjadi penjahat. Dia memahami situasi rakyat jelata. Di pedesaan, ada saja orang yang bersedia bekerja meskipun tidak dibayar selama mereka diberi makanan.Pantas saja Jamal mengatakan bahwa Wira adalah pria kejam dan licik, tetapi juga baik hati. Pencuri ini memberikan begitu banyak uang kepada para penduduk dusun!"Selanjutnya kita beralih ke kegiatan kedua, mengajukan usul!" ujar Wira. Dia melihat ke sekeliling dan tersenyum, lalu berkata, "Seperti biasa, kalau usul yang diberikan seseorang itu bagus, yang lainnya tepuk tangan, ya. Orang yang usulnya kurang bagus juga diberi tepuk tangan biar semangat. Oke, ayo mulai!"Plok! Plok! Plok!Ini adalah bagian favorit penduduk dusun. Tiap-tiap orang bertepuk tangan dengan antusias dan mengangkat tangan untuk memberi usul.Wira mulai m