Meri melihat sebuah rumah besar yang baru selesai dibangun. Rumah itu bahkan lebih besar dari Aula Pertemuan di desa bandit dan dapat menampung ratusan orang. Ada lentera yang digantung di luar rumah dan lilin menerangi bagian dalamnya. Saat ini, tidak hanya bagian dalam rumah, bahkan bagian luar rumah yang dingin juga disesaki orang-orang."Danu sudah datang!""Ketua Danu sudah datang!""Danu datang membawa istrinya ke sini!"Begitu Danu dan Meri muncul, banyak penduduk dusun yang menyapa mereka. Saat beberapa orang bergurau dengan Meri, dia hanya memasang ekspresi datar. Sementara itu, Danu tersipu dan berkata, "Jangan sembarangan bicara. Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia. Dia milik Kak Wira ...."Penduduk dusun terkekeh-kekeh dan berkata, "Oh, ternyata dia selir barunya Wira, ya? Kenapa nggak bilang dari awal!"Meri merasa malu dan kesal. Dia ingin berteriak keras-keras, siapa yang mau jadi selir pencuri tak tahu malu itu! Namun, dia takut membuat keributan, lalu perhatian o
Mendengar ucapan Wira, banyak penduduk dusun yang langsung bersemangat dan tidak sabar. Meri bertanya dengan penasaran, "Apa maksudnya itu?""Bagi gaji dan bonus!" jawab Danu singkat. Setelah itu, dia maju untuk membantu Wira.Meri mengerucutkan bibir kecilnya dan berkata, "Rupanya mau bagi hasil rampasan, nggak heran semuanya begitu bersemangat!" Saat dia dan saudara-saudaranya mendapatkan untung besar dan mau membagi hasil rampasan di desa bandit, mereka semua juga sangat bersemangat.Berhubung Wulan dibawa pergi oleh Harsa, laporan pencatatan jangka pendek diserahkan pada Agus. Wira membuka laporan pencatatan, lalu meminta seseorang mengeluarkan uang untuk membayar gaji dan bonus. Agus berdiri di belakang Wira dengan tangan di belakang punggung. Wajahnya terlihat sangat bangga.Sejak Agus diserahi tanggung jawab atas sekolah malam dan mengambil alih tugas pembuatan laporan pencatatan, dia seperti mendapatkan kembali martabatnya sebagai kepala keluarga. Dia mendapatkan kembali rasa s
Pembayarannya sebulan sekali, jadi jumlah yang harus diberikan setahun lebih dari 100 juta. Pencuri ini sungguh boros!Sebagai ketua kedua desa bandit, Meri sering menjumpai orang-orang miskin yang akhirnya menjadi penjahat. Dia memahami situasi rakyat jelata. Di pedesaan, ada saja orang yang bersedia bekerja meskipun tidak dibayar selama mereka diberi makanan.Pantas saja Jamal mengatakan bahwa Wira adalah pria kejam dan licik, tetapi juga baik hati. Pencuri ini memberikan begitu banyak uang kepada para penduduk dusun!"Selanjutnya kita beralih ke kegiatan kedua, mengajukan usul!" ujar Wira. Dia melihat ke sekeliling dan tersenyum, lalu berkata, "Seperti biasa, kalau usul yang diberikan seseorang itu bagus, yang lainnya tepuk tangan, ya. Orang yang usulnya kurang bagus juga diberi tepuk tangan biar semangat. Oke, ayo mulai!"Plok! Plok! Plok!Ini adalah bagian favorit penduduk dusun. Tiap-tiap orang bertepuk tangan dengan antusias dan mengangkat tangan untuk memberi usul.Wira mulai m
Semua orang di sana saling memandang dengan kaget. Rakyat biasa umumnya tidak memiliki rencana jangka panjang. Jangankan lima tahun, bahkan tidak ada orang yang terlalu memikirkan bagaimana kehidupan akan berjalan dalam enam bulan atau satu tahun ke depan.Bertani di ladang merupakan mata pencaharian utama penduduk. Jika panen musim berikutnya tidak bagus, mereka mungkin tidak dapat bertahan hidup. Kalaupun panen bagus, setelah pajak dibayar, uang yang tersisa juga tidak banyak. Saat sakit, mereka bahkan tidak mampu berobat ke dokter. Bisa tidaknya mereka bertahan hidup tergantung pada kehendak Tuhan.Meri juga terdiam. Para bandit di desa juga hidup dalam situasi yang sama. Mereka khawatir bertemu dengan orang kuat saat merampok, takut suatu hari nanti mereka akan dikepung dan dibunuh oleh prajurit pemerintah, mereka juga khawatir rekan-rekan mereka akan berkhianat dan membunuh mereka. Siapa yang punya waktu untuk memikirkan apa yang akan terjadi dalam lima tahun?"Kita nggak usah bic
Di saat yang lainnya masih mengerutkan alis bingung, Lestari langsung menjawab, "Harga seikat kain linen 300 sampai 400 gabak. Harga seikat kain katun 700 sampai 800 gabak, harga seikat sutra sekitar 1.005 gabak. Sekilo kapas harganya sekitar 400 gabak. Kak Wira, kenapa kamu menanyakan hal ini?"Orang-orang lainnya juga tampak terkejut. Mereka bertanya-tanya apa maksud Wira dengan menanyakan hal ini.Wira mengerutkan alis dan berkata, "Apa kalian pernah perhatikan, semua orang yang datang ke rapat tadi nggak memakai pakaian yang cukup hangat?"Sekarang sudah memasuki akhir musim dingin. Banyak anggota tim penangkap ikan, tim penjual ikan, dan tim pengawal yang masih mengenakan pakaian tipis. Mereka semua hanya mengandalkan api untuk menghangatkan diri.Semua orang mengangguk heran, lalu Gavin berkata, "Meskipun semua orang mendapatkan banyak uang dalam dua bulan terakhir, mereka nggak tahu berapa lama situasi ini akan bertahan. Jadi, mereka nggak berani membelanjakan uang itu. Lagi pul
Wira mendesah, lalu berkata, "Nggak ada! Kalau sekarang kamu menyanderaku, mungkin kamu bisa mendapatkan seekor kuda dan menungganginya pulang ke Yispohan malam ini!"Sebenarnya, Wira agak menyesal telah menyandera bandit wanita ini. Meri menguasai seni bela diri sehingga Wira harus mengutus orang secara khusus untuk mengawasinya. Kalau tidak, mungkin Meri bisa membuat keributan.Sekarang, Wira sedikit menyesal. Seharusnya, waktu itu dia berusaha menguasai Yispohan dan membereskan semua bandit.Meri pun mundur untuk menjaga jarak dengan Wira. Dia menyahut, "Aku nggak akan terjebak. Kamu pasti sudah menyiapkan rencana dan menungguku masuk jebakan!"Wira merasa tidak berdaya. Padahal dia sedang berkata jujur. Kemudian, Wira mengubah topik pembicaraan, "Nggak masalah kalau kamu nggak percaya. Aku memintamu tinggal karena mau minta bantuanmu untuk menjaga adik sepupuku."Meri menimpali seraya mengerutkan dahi, "Menjaga adik sepupumu? Maksudmu gadis yang terus mengikutimu tadi?"Wira mengan
Lestari menceritakan kejadiannya secara garis besar, "Keluarga Sutedja mau merebut ....""Kamu masih bisa bertahan setelah mengalami begitu banyak siksaan. Hebat juga kamu!" puji Meri. Setelah itu, dia berkata lagi dengan marah, "Keluarga Sutedja dan Radit benar-benar berengsek. Nanti, aku akan mengumpulkan pasukan untuk membalas mereka!"Lestari yang terkejut berujar, "Mengumpulkan pasukan? Kak, kamu kerja apa?"Meri berdeham, lalu menyahut dengan wajah memerah, "Aku ... maksudku, aku akan bantu kamu mengumpulkan pasukan kakakmu."Lestari menimpali seraya tersenyum, "Nggak perlu. Hari ini, Kak Wira pergi pengadilan daerah dan sudah memusnahkan Keluarga Sutedja. Dia juga memenjarakan Radit.""Eh?" Meri tercengang. Wira memang benar-benar hebat. Dia bisa memusnahkan keluarga kaya kabupaten dan memenjarakan pejabat sipil pengadilan daerah.Tindakan Wira benar-benar membuat orang ketakutan. Kemudian, Meri dan Lestari pun tidur bersama setelah mandi. Lestari yang penasaran bertanya lagi, "
Raja Bakir tidak percaya bahwa kebijakan ini merupakan ide Wira. Dia tetap menganggap Putro yang diam-diam merencanakan ini agar bisa mendukung Wira masuk ke istana. Dengan demikian, Putro bisa mengontrol urusan pemerintahan.Kemal memberi saran, "Yang Mulia, sudah saatnya memberi gelar untuk Tuan Wahyudi. Dia membuat kebijakan untuk pemerintah lagi. Kalau kebijakan ini terus dijalankan, pasti bisa mengatasi kesulitan pemerintah dan menghilangkan kekesalan rakyat. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui."Suhendra dan Tirta juga sama-sama mengangguk. Kebijakan ini memang tidak bisa menyelesaikan masalah dalam jangka waktu panjang seperti peraturan pajak bumi dan ketentuan yang mengharuskan pejabat untuk membayar pajak. Namun, kebijakan ini cukup efektif dalam jangka waktu pendek.Sementara itu, Ardi malah berkomentar dengan ekspresi datar, "Yang Mulia, menurut saya, kebijakan ini hanya memberikan keuntungan kecil, tapi tidak adil. Orang yang membuat kebijakan ini pasti berni