Di saat yang lainnya masih mengerutkan alis bingung, Lestari langsung menjawab, "Harga seikat kain linen 300 sampai 400 gabak. Harga seikat kain katun 700 sampai 800 gabak, harga seikat sutra sekitar 1.005 gabak. Sekilo kapas harganya sekitar 400 gabak. Kak Wira, kenapa kamu menanyakan hal ini?"Orang-orang lainnya juga tampak terkejut. Mereka bertanya-tanya apa maksud Wira dengan menanyakan hal ini.Wira mengerutkan alis dan berkata, "Apa kalian pernah perhatikan, semua orang yang datang ke rapat tadi nggak memakai pakaian yang cukup hangat?"Sekarang sudah memasuki akhir musim dingin. Banyak anggota tim penangkap ikan, tim penjual ikan, dan tim pengawal yang masih mengenakan pakaian tipis. Mereka semua hanya mengandalkan api untuk menghangatkan diri.Semua orang mengangguk heran, lalu Gavin berkata, "Meskipun semua orang mendapatkan banyak uang dalam dua bulan terakhir, mereka nggak tahu berapa lama situasi ini akan bertahan. Jadi, mereka nggak berani membelanjakan uang itu. Lagi pul
Wira mendesah, lalu berkata, "Nggak ada! Kalau sekarang kamu menyanderaku, mungkin kamu bisa mendapatkan seekor kuda dan menungganginya pulang ke Yispohan malam ini!"Sebenarnya, Wira agak menyesal telah menyandera bandit wanita ini. Meri menguasai seni bela diri sehingga Wira harus mengutus orang secara khusus untuk mengawasinya. Kalau tidak, mungkin Meri bisa membuat keributan.Sekarang, Wira sedikit menyesal. Seharusnya, waktu itu dia berusaha menguasai Yispohan dan membereskan semua bandit.Meri pun mundur untuk menjaga jarak dengan Wira. Dia menyahut, "Aku nggak akan terjebak. Kamu pasti sudah menyiapkan rencana dan menungguku masuk jebakan!"Wira merasa tidak berdaya. Padahal dia sedang berkata jujur. Kemudian, Wira mengubah topik pembicaraan, "Nggak masalah kalau kamu nggak percaya. Aku memintamu tinggal karena mau minta bantuanmu untuk menjaga adik sepupuku."Meri menimpali seraya mengerutkan dahi, "Menjaga adik sepupumu? Maksudmu gadis yang terus mengikutimu tadi?"Wira mengan
Lestari menceritakan kejadiannya secara garis besar, "Keluarga Sutedja mau merebut ....""Kamu masih bisa bertahan setelah mengalami begitu banyak siksaan. Hebat juga kamu!" puji Meri. Setelah itu, dia berkata lagi dengan marah, "Keluarga Sutedja dan Radit benar-benar berengsek. Nanti, aku akan mengumpulkan pasukan untuk membalas mereka!"Lestari yang terkejut berujar, "Mengumpulkan pasukan? Kak, kamu kerja apa?"Meri berdeham, lalu menyahut dengan wajah memerah, "Aku ... maksudku, aku akan bantu kamu mengumpulkan pasukan kakakmu."Lestari menimpali seraya tersenyum, "Nggak perlu. Hari ini, Kak Wira pergi pengadilan daerah dan sudah memusnahkan Keluarga Sutedja. Dia juga memenjarakan Radit.""Eh?" Meri tercengang. Wira memang benar-benar hebat. Dia bisa memusnahkan keluarga kaya kabupaten dan memenjarakan pejabat sipil pengadilan daerah.Tindakan Wira benar-benar membuat orang ketakutan. Kemudian, Meri dan Lestari pun tidur bersama setelah mandi. Lestari yang penasaran bertanya lagi, "
Raja Bakir tidak percaya bahwa kebijakan ini merupakan ide Wira. Dia tetap menganggap Putro yang diam-diam merencanakan ini agar bisa mendukung Wira masuk ke istana. Dengan demikian, Putro bisa mengontrol urusan pemerintahan.Kemal memberi saran, "Yang Mulia, sudah saatnya memberi gelar untuk Tuan Wahyudi. Dia membuat kebijakan untuk pemerintah lagi. Kalau kebijakan ini terus dijalankan, pasti bisa mengatasi kesulitan pemerintah dan menghilangkan kekesalan rakyat. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui."Suhendra dan Tirta juga sama-sama mengangguk. Kebijakan ini memang tidak bisa menyelesaikan masalah dalam jangka waktu panjang seperti peraturan pajak bumi dan ketentuan yang mengharuskan pejabat untuk membayar pajak. Namun, kebijakan ini cukup efektif dalam jangka waktu pendek.Sementara itu, Ardi malah berkomentar dengan ekspresi datar, "Yang Mulia, menurut saya, kebijakan ini hanya memberikan keuntungan kecil, tapi tidak adil. Orang yang membuat kebijakan ini pasti berni
Ekspresi Ardi, Dimas, Jerry, dan Heri tampak datar. Namun, mereka diam-diam mencibir. Kekuatan militer adalah kekuasaan raja. Siapa pun yang berani menyentuh pasukan militer berarti cari mati!Pemerintah hanya memberikan kompensasi tidak sampai 10 ribu gabak. Sementara itu, Wira memberi prajurit begitu banyak uang secara pribadi. Bukankah tindakan Wira ini mempermalukan pemerintah?"Yang Mulia, jangan marah. Masalah ini pasti ada tujuan lainnya. Izinkan saya menjelaskannya," kata Kemal.Kemudian, Kemal mengeluarkan selembar surat dari saku dengan tenang, lalu menjelaskan, "Sebelum perang, Tuan Wahyudi, Panglima Yudha, dan para prajurit mengumpulkan uang untuk membeli properti milik keluarga besar dengan harga murah.""Pertama, mereka berniat membantu meringankan beban pemerintah. Kedua, mereka mau memberikan jaminan kepada para prajurit yang terluka dan meninggal. Bagaimanapun, prajurit-prajurit ini berusaha mati-matian untuk mempertahankan kota. Jadi, Tuan Wahyudi dan lainnya berniat
Sebuah kereta kuda memasuki Dusun Darmadi, lalu Kaesang turun dari kereta. Dia mulai mengamati sekeliling. Sebelum datang, Kaesang berpikir, orang berbakat seperti Wira berasal dari tempat indah seperti apa?Ternyata, posisi geografis Dusun Darmadi sangat biasa. Malahan warganya yang berbeda. Mereka mengenakan pakaian yang rapi dan tebal, tangan dan wajah mereka juga dicuci bersih. Selain itu, wajah mereka juga sedikit berisi, tidak seperti warga di tempat lain yang sangat kurus.Rumah baru sedang dibangun di berbagai tempat. Warga yang bekerja tampak bersemangat. Terdengar suara anak-anak yang sedang belajar di beberapa rumah baru, juga ada pemuda yang sedang belajar bertarung.Bahkan, ada pekerja yang menggerakkan jarinya saat berjalan. Orang itu sedang belajar menulis. Dusun ini tampak sangat makmur, seperti dunia sejahtera yang disebutkan kaum intelektual.Kaesang yang melihat kondisi ini merasa antusias. Dia menghampiri warga dusun di jalan beberapa kali untuk mencari tahu informa
Pria bejat biasanya akan terlihat lesu, bermata keruh, dan kehilangan semangat. Namun, ketika Agus datang ke pengadilan daerah untuk bertemu dengan Wira terakhir kali, dia terlihat bersemangat dan jelas bukan tipe pria yang hanya tergila-gila pada wanita."Sobat, kamu sudah salah paham!" ucap Kaesang. Agus menyangkal dengan nada penuh waspada, "Kalau Wira bukan tipe orang yang hanya tergila-gila pada wanita, bagaimana mungkin dia akan berani merampok putri Tuan Boris dari kota kecamatan tiga tahun lalu, kalaupun risikonya adalah pemenggalan kepala?"Kaesang tercengang. Tiga tahun lalu, siapa pun yang berani menikahi putri Boris bisa dianggap bernyali sangat besar.Agus menimpali, "Dua bulan yang lalu, dia pergi ke bordil selama tiga hari bersama seorang pemuda dari desa kami sebelum akhirnya kembali. Tiga hari! Doddy yang sangat gagah itu pulang dengan kaki gemetar!"Sembari mengulurkan tiga jari, Agus berkata dengan ekspresi iri, "Juga, belum lama ini, ada dua wanita cantik dari Kota
Kaesang tampak tersenyum, "Di seluruh negeri, ada setidaknya puluhan lokasi tambang giok air. Yang paling dekat dengan Tuan ada di Pegunungan Jatta, Kota Pusat Pemerintahan Lokana, Kabupaten Hiloka. Tapi, giok air nggak berharga dan nggak berguna, jadi kenapa Tuan tertarik padanya?""Kota Pusat Pemerintahan Lokana, Kabupaten Hiloka!" seru Wira. Kabupaten Hiloka hanya berjarak sekitar 160 kilometer dari sini. Mata Wira pun tampak berbinar-binar. Dia segera menangkupkan tangan sembari berkata, "Aku hanya tiba-tiba merasa tertarik. Terima kasih atas informasinya. Aku masih punya urusan lain, jadi kamu bisa pergi sekarang!""Loh?" Kaesang kebingungan. Usai menanyakan hal yang membuatnya penasaran, Wira pun enggan berurusan lagi dengannya. Kaesang sungguh tidak bisa berkata-kata. Dia segera mengejar Wira dan berkata, "Tuan, apa kamu tertarik dengan giok air dan ingin mengumpulkannya di Kabupaten Hiloka? Biar kuberi tahu, jangan pernah pergi ke sana!"Langkah Wira tampak berhenti, lalu dia b