Share

Bab 407

Author: Arif
Kaesang tampak tersenyum, "Di seluruh negeri, ada setidaknya puluhan lokasi tambang giok air. Yang paling dekat dengan Tuan ada di Pegunungan Jatta, Kota Pusat Pemerintahan Lokana, Kabupaten Hiloka. Tapi, giok air nggak berharga dan nggak berguna, jadi kenapa Tuan tertarik padanya?"

"Kota Pusat Pemerintahan Lokana, Kabupaten Hiloka!" seru Wira. Kabupaten Hiloka hanya berjarak sekitar 160 kilometer dari sini. Mata Wira pun tampak berbinar-binar. Dia segera menangkupkan tangan sembari berkata, "Aku hanya tiba-tiba merasa tertarik. Terima kasih atas informasinya. Aku masih punya urusan lain, jadi kamu bisa pergi sekarang!"

"Loh?" Kaesang kebingungan. Usai menanyakan hal yang membuatnya penasaran, Wira pun enggan berurusan lagi dengannya. Kaesang sungguh tidak bisa berkata-kata. Dia segera mengejar Wira dan berkata, "Tuan, apa kamu tertarik dengan giok air dan ingin mengumpulkannya di Kabupaten Hiloka? Biar kuberi tahu, jangan pernah pergi ke sana!"

Langkah Wira tampak berhenti, lalu dia b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 408

    "Nggak mau!" Meri langsung menolak tanpa ragu! Wira yang tidak tahu malu itu bahkan menghampirinya ke rumah. Membuat kesepakatan dengan Wira pasti hanya akan merugikan Meri!Wira juga tidak marah, sebaliknya dia berkata, "Gantikan aku untuk pergi ke Kabupaten Hiloka. Cari tahu apa yang terjadi di sana, setelah itu aku akan memulangkanmu ke Yispohan.""Cari tahu situasi di Kabupaten Hiloka?" tanya Meri mengernyit. Kemudian, dia bertanya dengan kaget, "Apa yang mau kamu lakukan? Kamu ingin mencelakai Kak Wolfie?"Wira bertanya, "Dia memang memberontak, tapi nggak pernah menggangguku. Jadi, untuk apa aku mencelakainya?" Dia mengalihkan topik pembicaraan dengan berkata, "Kalau kamu nggak mau, ya sudah. Tinggal saja di Dusun Darmadi untuk merayakan tahun baru!"Alasan Wira ingin mencari tahu situasi di Kabupaten Hiloka, salah satunya karena ada tambang kuarsa yang digunakan untuk membuat kaca. Selain itu, untuk pergi ke kota provinsi dan menjemput Wulan, Wira harus melewati Kabupaten Hiloka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 409

    Tommy tampak berlutut sembari berkata, "Aku akan mewakili nona untuk bersujud pada Tuan." Setelah memapah Tommy untuk berdiri dan mengantarnya keluar, Wira sontak mengernyit!Pengurus bisnis yang telah lama Wira kagumi tidak bisa datang. Kini, dia perlu mencari orang berbakat lainnya dalam bidang bisnis.Di era ini, memang ada banyak pelajar, tetapi sangat sedikit dari mereka yang mempunyai bakat bisnis. Orang seperti Dian yang berani mengambil risiko besar dalam situasi sulit sungguh langka.Saat ini, satu-satunya orang di bawahannya yang cocok untuk bisnis adalah Sony dan adik sepupunya, Lestari. Namun, keduanya memiliki pandangan yang terbatas dan memerlukan waktu untuk dibina. Ah, uang memang bisa dicari, tetapi orang berbakat sulit ditemukan....."Kak, kenapa kamu melamun lagi? Apa yang sedang Kakak pikirkan?" Di taman belakang rumah Keluarga Wibowo, Josua meraih ujung gaun Dian dengan ekspresi yang sangat polos!Dian menjawab, "Kakak sedang berpikir, ingin meminta dapur membuatk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 410

    Levon berseru, "Nona, jangan berbohong padaku. Kamu nggak akan mudah menangis seperti para gadis bangsawan lainnya!"Levon menggeleng, lalu berkata seraya memicingkan matanya, "Apakah Supri yang mencelakaimu dan Josua lagi? Kamu nggak seharusnya menghalangiku pas itu. Setelah membunuhnya, nggak akan ada masalah lagi!""Nggak boleh!" jawab Dian dengan nada tegas. Dia mengubah ekspresinya seraya berkata, "Bagaimanapun juga, dia adalah pamanku. Aku nggak bisa membiarkanmu membunuhnya!" ... Baiklah!" Levon mengernyitkan alis sejenak sebelum berkata, "Nona, kalau kamu nggak bahagia tinggal di sini, kamu bisa pergi dengan Josua. Aku bisa membawa kalian ke tempat yang lebih baik, di mana kamu nggak akan merasa sedih lagi."Dian bertanya dengan heran, "Ke mana?" Levon pun menjawab dengan ekspresi penuh harap, "Kabupaten Hiloka!"Dian agak mengernyit seraya berkata, "Levon, kamu memiliki bakat dan keberanian sehingga pasti bisa sukses. Carilah seorang gadis yang baik untukmu. Aku adalah seoran

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 411

    Dian bertanya dengan gugup, "Kapan Paman datang?""Sedikit lebih awal dari pengemis itu!" jawab Supri sambil tersenyum keji.Mata indah Dian menggelap, lalu dia berkata, "Sepertinya Paman Supri terlalu banyak minum, nggak ada pengemis di sini."Ketika Supri menggunakan kekerasan untuk merampas harta keluarga Dian, Levon yang berang hampir memukuli Supri sampai mati. Budak yang memukul majikan adalah kejahatan serius. Jadi, demi melindungi nyawa Levon, Dian menyuruhnya pergi.Supri mencibir dan berkata, "Nggak ada gunanya kamu pura-pura bodoh. Aku sudah dengar semua yang kalian berdua bicarakan tadi!"Melihat Dian mengernyitkan alisnya, Supri kembali berkata dengan ekspresi puas, "Menurutmu, apa yang akan terjadi kalau sekarang aku pergi melaporkanmu ke pengadilan daerah? Aku akan memberi tahu orang-orang di sana kalau kamu menyuruh pengemis itu membunuh tiga suamimu!""Kamu sudah pernah melaporkanku saat itu!" ujar Dian. Dia terdiam beberapa saat dan menggertakkan giginya, lalu melanju

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 412

    "Memangnya berapa banyak uang yang bisa kamu hasilkan? Pokoknya, aku mau dua resep rahasia itu!" ujar Supri. Dia mencibir, lalu melanjutkan dengan ekspresi dingin, "Kalau aku nggak mendapatkan dua resep rahasia itu dalam waktu tiga hari, aku akan melaporkanmu. Lihat saja, nanti kamu dan si idiot Josua itu akan mati!""Paman Supri!" seru Dian.Melihat kepergian pamannya yang kejam, hati Dian bagai tertusuk seperti pisau, kesedihan memenuhi matanya yang indah. Supri telah berkali-kali bertindak tanpa perasaan, memaksa Dian dan saudaranya jatuh ke jalan buntu. Mengapa Supri harus begitu kejam?....Tidak jauh dari sana, Levon yang berbaring di atas genteng mengamati semua yang terjadi dengan dingin. Ketika malam tiba, dia pergi tanpa suara dan datang ke sebuah rumah pribadi."Ketua, kamu sudah kembali, ya!"Lima orang muncul dan mengelilingi Levon. Empat di antaranya adalah pemuda berwajah garang dan bermata tajam, satunya lagi adalah seorang pria tua berjubah panjang dengan punggung bung

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 413

    Di saat kritis begini, untuk apa Levon menyuruh mereka mencari informasi tentang seseorang bernama Wira?....Keesokan harinya, iring-iringan kereta pengangkut garam yang panjang melaju menuju Dusun Darmadi. Sosok Doddy yang berwibawa menunggangi kuda, diikuti oleh para veteran Pasukan Zirah Hitam bersama keluarganya, serta prajurit veteran yang bertugas mengangkut garam."Doddy sudah kembali!""Garam kita sudah datang!""Eh, kenapa garam ini lebih putih dari sebelumnya? Nggak ada campuran lumpur sama sekali!"Sambil mengelilingi kereta, para penduduk dusun membuka kantong garam dan tidak bisa menahan diri untuk berkomentar ketika melihatnya."Aku juga nggak tahu, garam yang diproduksi dari Tambak Garam Fica sekarang jadi begini!"Doddy yang telah melewati ujian di medan perang sekarang menjadi lebih tinggi dan kuat. Dengan sorot mata cerah, dia berkata, "Ayahku bilang, Kak Wira-lah yang mengubah proses produksi di Tambak Garam Fica. Sekarang, garam yang dihasilkan lebih sedikit kotora

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 414

    Wira yang belum pernah melihat Doddy bersikap seperti ini pun bertanya dengan rasa ingin tahu, "Masalah apa?"Doddy mengeluarkan selembar surat pengangkatan dan berkata, "Aku ingin pergi ke ibu kota. Panglima Yudha melaporkan kontribusi militerku, lalu menteri perang memutuskan untuk mengangkat aku sebagai jenderal batalion."Dalam pertempuran pertama di luar kota, Doddy mengalahkan Raharja si jenderal pengkhianat dan membunuh hampir 100 prajurit kavaleri bangsa Agrel. Dalam pertempuran kedua di dalam kota, Doddy juga membunuh hampir 100 prajurit kavaleri bangsa Agrel.Dalam pertempuran ketiga, markas bangsa Agrel berhasil dihancurkan dan dalam pertempuran keempat, Perbatasan Loko direbut kembali. Dalam empat pertempuran itu, Doddy membunuh hampir 400 orang prajurit elite bangsa Agrel. Jumlah musuh yang dia bunuh adalah yang kedua terbanyak setelah Panglima Yudha.Jadi, meskipun Doddy hanya rakyat biasa, menteri perang membuat pengecualian dan memberinya jabatan militer tingkat keenam

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 415

    Namun, jika Danu juga pergi ke ibu kota, siapa yang akan bertanggung jawab melindungi Kak Wira dengan mempertaruhkan nyawanya? Baik dia maupun ayahnya tidak bisa memercayai orang luar."Jangan khawatir, setelah kita punya cukup personel, kamu juga bisa keluar dan belajar banyak hal!" ujar Wira. Sambil menepuk bahu Danu, Wira mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Minta semua orang tidur lebih awal malam ini. Kita akan mengangkut garam ke kota besok pagi. Sudah saatnya kita membeli beberapa toko."Tanggung jawab atas hal-hal ini awalnya hendak Wira serahkan kepada Dian, tetapi sekarang Wira terpaksa harus mengurusnya sendiri. Wira sedikit kerepotan.Ada banyak orang di bawah komando Wira, tetapi tidak satu pun dari mereka yang benar-benar mengerti tentang bisnis. Kemampuan Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran dalam membunuh musuh dan mengawal tidak perlu diragukan lagi. Namun, mereka sama sekali buta soal bisnis.Saat ini, satu-satunya orang yang tahu cara berbisnis adalah Lest

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3187

    Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3186

    Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3185

    Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3184

    Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status