Tommy tampak berlutut sembari berkata, "Aku akan mewakili nona untuk bersujud pada Tuan." Setelah memapah Tommy untuk berdiri dan mengantarnya keluar, Wira sontak mengernyit!Pengurus bisnis yang telah lama Wira kagumi tidak bisa datang. Kini, dia perlu mencari orang berbakat lainnya dalam bidang bisnis.Di era ini, memang ada banyak pelajar, tetapi sangat sedikit dari mereka yang mempunyai bakat bisnis. Orang seperti Dian yang berani mengambil risiko besar dalam situasi sulit sungguh langka.Saat ini, satu-satunya orang di bawahannya yang cocok untuk bisnis adalah Sony dan adik sepupunya, Lestari. Namun, keduanya memiliki pandangan yang terbatas dan memerlukan waktu untuk dibina. Ah, uang memang bisa dicari, tetapi orang berbakat sulit ditemukan....."Kak, kenapa kamu melamun lagi? Apa yang sedang Kakak pikirkan?" Di taman belakang rumah Keluarga Wibowo, Josua meraih ujung gaun Dian dengan ekspresi yang sangat polos!Dian menjawab, "Kakak sedang berpikir, ingin meminta dapur membuatk
Levon berseru, "Nona, jangan berbohong padaku. Kamu nggak akan mudah menangis seperti para gadis bangsawan lainnya!"Levon menggeleng, lalu berkata seraya memicingkan matanya, "Apakah Supri yang mencelakaimu dan Josua lagi? Kamu nggak seharusnya menghalangiku pas itu. Setelah membunuhnya, nggak akan ada masalah lagi!""Nggak boleh!" jawab Dian dengan nada tegas. Dia mengubah ekspresinya seraya berkata, "Bagaimanapun juga, dia adalah pamanku. Aku nggak bisa membiarkanmu membunuhnya!" ... Baiklah!" Levon mengernyitkan alis sejenak sebelum berkata, "Nona, kalau kamu nggak bahagia tinggal di sini, kamu bisa pergi dengan Josua. Aku bisa membawa kalian ke tempat yang lebih baik, di mana kamu nggak akan merasa sedih lagi."Dian bertanya dengan heran, "Ke mana?" Levon pun menjawab dengan ekspresi penuh harap, "Kabupaten Hiloka!"Dian agak mengernyit seraya berkata, "Levon, kamu memiliki bakat dan keberanian sehingga pasti bisa sukses. Carilah seorang gadis yang baik untukmu. Aku adalah seoran
Dian bertanya dengan gugup, "Kapan Paman datang?""Sedikit lebih awal dari pengemis itu!" jawab Supri sambil tersenyum keji.Mata indah Dian menggelap, lalu dia berkata, "Sepertinya Paman Supri terlalu banyak minum, nggak ada pengemis di sini."Ketika Supri menggunakan kekerasan untuk merampas harta keluarga Dian, Levon yang berang hampir memukuli Supri sampai mati. Budak yang memukul majikan adalah kejahatan serius. Jadi, demi melindungi nyawa Levon, Dian menyuruhnya pergi.Supri mencibir dan berkata, "Nggak ada gunanya kamu pura-pura bodoh. Aku sudah dengar semua yang kalian berdua bicarakan tadi!"Melihat Dian mengernyitkan alisnya, Supri kembali berkata dengan ekspresi puas, "Menurutmu, apa yang akan terjadi kalau sekarang aku pergi melaporkanmu ke pengadilan daerah? Aku akan memberi tahu orang-orang di sana kalau kamu menyuruh pengemis itu membunuh tiga suamimu!""Kamu sudah pernah melaporkanku saat itu!" ujar Dian. Dia terdiam beberapa saat dan menggertakkan giginya, lalu melanju
"Memangnya berapa banyak uang yang bisa kamu hasilkan? Pokoknya, aku mau dua resep rahasia itu!" ujar Supri. Dia mencibir, lalu melanjutkan dengan ekspresi dingin, "Kalau aku nggak mendapatkan dua resep rahasia itu dalam waktu tiga hari, aku akan melaporkanmu. Lihat saja, nanti kamu dan si idiot Josua itu akan mati!""Paman Supri!" seru Dian.Melihat kepergian pamannya yang kejam, hati Dian bagai tertusuk seperti pisau, kesedihan memenuhi matanya yang indah. Supri telah berkali-kali bertindak tanpa perasaan, memaksa Dian dan saudaranya jatuh ke jalan buntu. Mengapa Supri harus begitu kejam?....Tidak jauh dari sana, Levon yang berbaring di atas genteng mengamati semua yang terjadi dengan dingin. Ketika malam tiba, dia pergi tanpa suara dan datang ke sebuah rumah pribadi."Ketua, kamu sudah kembali, ya!"Lima orang muncul dan mengelilingi Levon. Empat di antaranya adalah pemuda berwajah garang dan bermata tajam, satunya lagi adalah seorang pria tua berjubah panjang dengan punggung bung
Di saat kritis begini, untuk apa Levon menyuruh mereka mencari informasi tentang seseorang bernama Wira?....Keesokan harinya, iring-iringan kereta pengangkut garam yang panjang melaju menuju Dusun Darmadi. Sosok Doddy yang berwibawa menunggangi kuda, diikuti oleh para veteran Pasukan Zirah Hitam bersama keluarganya, serta prajurit veteran yang bertugas mengangkut garam."Doddy sudah kembali!""Garam kita sudah datang!""Eh, kenapa garam ini lebih putih dari sebelumnya? Nggak ada campuran lumpur sama sekali!"Sambil mengelilingi kereta, para penduduk dusun membuka kantong garam dan tidak bisa menahan diri untuk berkomentar ketika melihatnya."Aku juga nggak tahu, garam yang diproduksi dari Tambak Garam Fica sekarang jadi begini!"Doddy yang telah melewati ujian di medan perang sekarang menjadi lebih tinggi dan kuat. Dengan sorot mata cerah, dia berkata, "Ayahku bilang, Kak Wira-lah yang mengubah proses produksi di Tambak Garam Fica. Sekarang, garam yang dihasilkan lebih sedikit kotora
Wira yang belum pernah melihat Doddy bersikap seperti ini pun bertanya dengan rasa ingin tahu, "Masalah apa?"Doddy mengeluarkan selembar surat pengangkatan dan berkata, "Aku ingin pergi ke ibu kota. Panglima Yudha melaporkan kontribusi militerku, lalu menteri perang memutuskan untuk mengangkat aku sebagai jenderal batalion."Dalam pertempuran pertama di luar kota, Doddy mengalahkan Raharja si jenderal pengkhianat dan membunuh hampir 100 prajurit kavaleri bangsa Agrel. Dalam pertempuran kedua di dalam kota, Doddy juga membunuh hampir 100 prajurit kavaleri bangsa Agrel.Dalam pertempuran ketiga, markas bangsa Agrel berhasil dihancurkan dan dalam pertempuran keempat, Perbatasan Loko direbut kembali. Dalam empat pertempuran itu, Doddy membunuh hampir 400 orang prajurit elite bangsa Agrel. Jumlah musuh yang dia bunuh adalah yang kedua terbanyak setelah Panglima Yudha.Jadi, meskipun Doddy hanya rakyat biasa, menteri perang membuat pengecualian dan memberinya jabatan militer tingkat keenam
Namun, jika Danu juga pergi ke ibu kota, siapa yang akan bertanggung jawab melindungi Kak Wira dengan mempertaruhkan nyawanya? Baik dia maupun ayahnya tidak bisa memercayai orang luar."Jangan khawatir, setelah kita punya cukup personel, kamu juga bisa keluar dan belajar banyak hal!" ujar Wira. Sambil menepuk bahu Danu, Wira mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Minta semua orang tidur lebih awal malam ini. Kita akan mengangkut garam ke kota besok pagi. Sudah saatnya kita membeli beberapa toko."Tanggung jawab atas hal-hal ini awalnya hendak Wira serahkan kepada Dian, tetapi sekarang Wira terpaksa harus mengurusnya sendiri. Wira sedikit kerepotan.Ada banyak orang di bawah komando Wira, tetapi tidak satu pun dari mereka yang benar-benar mengerti tentang bisnis. Kemampuan Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran dalam membunuh musuh dan mengawal tidak perlu diragukan lagi. Namun, mereka sama sekali buta soal bisnis.Saat ini, satu-satunya orang yang tahu cara berbisnis adalah Lest
Orang-orang terpelajar zaman kuno seperti ini bahkan harus membuat puisi untuk mengantar orang lain saat berpisah. Kalau tahu begitu, lebih baik Wira tidak datang.Iqbal langsung berkata, "Tuan, kalau kamu bicara begini, aku akan membongkar rahasiamu. 'Empat Kalimat Wahyudi' yang kamu buat dan 'Mengenang Dirga' dari Gedung Asosiasi Puisi Naga sudah lama tersebar. Kamu masih bilang kamu nggak bisa membuat puisi.""Apa?" seru para petugas pengadilan daerah yang terkejut. Mereka juga merupakan orang yang terpelajar. Meskipun tidak bisa mengikuti ujian kenegaraan, mereka pernah mendengar "Empat Kalimat Wahyudi" dan "Mengenang Dirga".Puisi-puisi yang hebat ini sangatlah terkenal. Tidak disangka, ini semua adalah karya Wira.Fadil mengembuskan napas lega, lalu membatin, 'Selama ini, aku pikir Wira punya senjata andalan, makanya Pak Iqbal begitu menghormati Wira. Ternyata hanya karena Wira mempunyai bakat seni. Kalau begitu, aku nggak perlu takut dengan Wira.'Regan juga diam-diam berpikir,