Namun, jika Danu juga pergi ke ibu kota, siapa yang akan bertanggung jawab melindungi Kak Wira dengan mempertaruhkan nyawanya? Baik dia maupun ayahnya tidak bisa memercayai orang luar."Jangan khawatir, setelah kita punya cukup personel, kamu juga bisa keluar dan belajar banyak hal!" ujar Wira. Sambil menepuk bahu Danu, Wira mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Minta semua orang tidur lebih awal malam ini. Kita akan mengangkut garam ke kota besok pagi. Sudah saatnya kita membeli beberapa toko."Tanggung jawab atas hal-hal ini awalnya hendak Wira serahkan kepada Dian, tetapi sekarang Wira terpaksa harus mengurusnya sendiri. Wira sedikit kerepotan.Ada banyak orang di bawah komando Wira, tetapi tidak satu pun dari mereka yang benar-benar mengerti tentang bisnis. Kemampuan Pasukan Zirah Hitam dan prajurit veteran dalam membunuh musuh dan mengawal tidak perlu diragukan lagi. Namun, mereka sama sekali buta soal bisnis.Saat ini, satu-satunya orang yang tahu cara berbisnis adalah Lest
Orang-orang terpelajar zaman kuno seperti ini bahkan harus membuat puisi untuk mengantar orang lain saat berpisah. Kalau tahu begitu, lebih baik Wira tidak datang.Iqbal langsung berkata, "Tuan, kalau kamu bicara begini, aku akan membongkar rahasiamu. 'Empat Kalimat Wahyudi' yang kamu buat dan 'Mengenang Dirga' dari Gedung Asosiasi Puisi Naga sudah lama tersebar. Kamu masih bilang kamu nggak bisa membuat puisi.""Apa?" seru para petugas pengadilan daerah yang terkejut. Mereka juga merupakan orang yang terpelajar. Meskipun tidak bisa mengikuti ujian kenegaraan, mereka pernah mendengar "Empat Kalimat Wahyudi" dan "Mengenang Dirga".Puisi-puisi yang hebat ini sangatlah terkenal. Tidak disangka, ini semua adalah karya Wira.Fadil mengembuskan napas lega, lalu membatin, 'Selama ini, aku pikir Wira punya senjata andalan, makanya Pak Iqbal begitu menghormati Wira. Ternyata hanya karena Wira mempunyai bakat seni. Kalau begitu, aku nggak perlu takut dengan Wira.'Regan juga diam-diam berpikir,
Pelayan tersebut bergegas masuk ke kediaman sambil berteriak, "Pak Supri, Wira datang. Dia mau cari Nona Dian!"Reputasi seseorang benar-benar penting. Wira memusnahkan Desa Tiga Harimau dan Keluarga Silali, lalu menjadi terkenal di Kabupaten Uswal. Beberapa hari yang lalu, Wira menerobos kediaman Keluarga Sutedja dan pengadilan daerah. Dia juga mendesak Radit hingga mati.Itulah sebabnya, nama Wira terkenal di seluruh kabupaten. Bahkan, para pelayan di berbagai kediaman pun kenal dengan Wira.Supri sangat gembira, lalu berpikir sejenak sebelum berucap, "Baguslah kalau dia datang! Kamu panggil Aswin!"Pelayan itu mengiakan. Kemudian, dia yang sedikit bingung bertanya, "Apa kita nggak memberi tahu Nona Dian?"Wira datang untuk mencari Dian. Kenapa Supri tidak memanggil Dian malah memanggil Aswin?Ekspresi Supri menjadi muram dan dia berpesan, "Jangan banyak tanya lagi! Ingat, jangan beri tahu Dian dulu Wira datang!" Pelayan itu pun segera pergi.Supri tersenyum sinis, lalu bersenandung
Wira menyipitkan matanya sambil berucap, "Kamu menyuruh pelayan membawaku masuk hanya untuk mengatakan ini?""Tentu saja bukan," sahut Supri. Kemudian, dia meletakkan cangkir teh dan jari tangannya mengetuk meja. Dia melanjutkan, "Keluarga Wibowo itu keluarga besar, bukan keluarga kecil dari desa. Dian itu Nona Besar Keluarga Wibowo, jadi kami harus memperhatikan reputasinya agar nggak mempermalukan leluhur."Ekspresi Doddy pun terlihat muram. Keluarga kaya kabupaten saja berani berlagak di depan Wira.Wira menimpali dengan ekspresi datar, "Terus terang saja, nggak perlu berbelit-belit." Wira tahu bahwa Supri menghalanginya karena merencanakan sesuatu.Supri tersenyum seraya berkata, "Kamu boleh bertemu dengan Dian, tapi nggak boleh nggak jelas seperti ini. Nanti, orang-orang akan bergosip."Wira mencibir, lalu membalas, "Aku hanya mengunjungi Dian sebagai teman biasa."Supri mendengus, lalu berujar, "Huh! Teman biasa? Kalau kalian itu teman biasa, Dian nggak akan menangis setelah Tomm
Supri menepuk tangannya. Kemudian, seorang pria paruh baya yang memegang tongkat, bertubuh bungkuk, bergigi kuning, dan berpenampilan kotor berjalan masuk tertatih-tatih. Dia terlihat takut-takut saat berkata, "Pak Supri cari saya?"Supri menunjuk Aswin seraya berucap, "Kalau kamu nggak setuju, aku akan menikahkan Dian dengan dia!"Aswin merasa terkejut dan juga senang. Entah apa yang dia pikirkan sehingga dia terus menelan ludah.Wira yang murka berujar, "Atas dasar apa kamu menentukan pernikahan Dian?" Menikahkan Dian dengan pria seperti ini sama saja dengan membunuh dia.Supri mendengus, lalu menjawab, "Karena aku ini pamannya. Orang tuanya sudah meninggal, aku ini satu-satunya senior Dian. Aku bisa menentukan pernikahannya. Kalaupun dituntut sampai pengadilan daerah, aku juga bisa menang!"Begitu Iqbal pergi, tidak ada yang bisa membantu Wira lagi di pengadilan daerah. Sekarang, Fadil yang menjadi pemimpin di pengadilan daerah dan Fadil adalah teman lama Supri. Kemarin, Fadil sudah
Pelayan Keluarga Wibowo pun sampai di pengadilan daerah. Raut wajah Fadil menjadi muram setelah mendengar laporan pelayan itu, lalu dia berkata, "Beraninya Wira menerobos kediaman orang lain dan menggoda wanita baik-baik. Penjahat seperti ini harus dihukum berat agar Kabupaten Uswal bisa tenang.""Pengawal, panggil Regan untuk mengumpulkan petugas patroli. Siapkan senjata dan ikut aku ke kediaman Keluarga Wibowo untuk menangkap orang!" lanjut Fadil.Pejabat yang baru menduduki posisinya pasti ingin memperlihatkan kemampuannya. Fadil harus menunjukkan kuasanya sebagai patih baru. Jadi, dia akan menghukum seseorang terlebih dahulu untuk memperingati orang lain. Namun, melaksanakannya pada orang biasa tidak akan efektif.Orang yang mempunyai sedikit perselisihan dengan Fadil adalah Wira yang terkenal di Kabupaten Uswal. Kebetulan Fadil bisa menjadikan Wira sebagai contoh.Beberapa waktu yang lalu, Fadil masih takut dengan Wira. Dia khawatir Wira memiliki penyokong. Setelah kejadian kemari
Namun, adik Dian memang sudah cacat mental bawaan. Josua masih muda dan sedang dalam masa pertumbuhan. Bagaimana dia bisa bertahan hidup dalam situasi seperti ini?Dian juga tidak mengerti, apakah hati Supri begitu kejam? Mengapa sikapnya masih belum juga melunak setelah bertahun-tahun berlalu?Supri telah berulang kali menyakitinya dan Dian selalu memaafkannya. Bisa-bisanya Supri masih seperti ini!Tiba-tiba ada suara yang terdengar! Raut wajah Dian sontak berubah. Dia buru-buru melindungi adiknya di belakang sembari bertanya, "Siapa itu?""Nona, ini aku!" jawab Tommy seraya berjalan masuk dan membungkuk. Dian menghela napas lega, lalu bertanya, "Tommy, kenapa kamu masih belum pergi? Bukannya aku menyuruhmu kembali ke Dusun Wibowo untuk menyiapkan persediaan makanan?"Banyak orang kepercayaan Dian dipilih dari kampung halamannya dan dilatih olehnya sendiri! Tommy menjawab, "Nona, semua orang mengkhawatirkanmu. Mereka memintaku untuk tinggal dan melindungimu secara diam-diam!"Melihat
Wira adalah seorang pria yang berbakat, sementara Dian hanya seorang pedagang biasa yang dianggap rendah, bahkan memiliki reputasi sebagai seorang wanita yang sudah tiga kali menikah. Meskipun Dian masih perawan, bagaimana dia bisa pantas untuk Wira?Tanpa disadari, setelah beberapa waktu, pintu halaman tiba-tiba langsung terbuka dengan suara keras! Begitu Dian melihat sosok yang datang, air matanya langsung mengalir keluar. Wira berjalan masuk bersama Doddy, tiga veteran Pasukan Zirah Hitam, dan juga Tommy.Dengan berlinang air mata, Dian segera mencari sisir kayu dan cermin tembaga. Dia mencoba untuk merapikan penampilannya. Namun, dalam rumah yang tua dan bobrok ini, tidak ada barang-barang itu. Hal ini membuat Dian agak kebingungan. Di luar pintu, suara Tommy pun bergema. "Nona, Tuan Wahyudi sudah datang!"Dian berseru, "Aaahh ... tunggu sebentar. Aku akan segera siap!" Mengandalkan perasaannya, Dian merapikan rambutnya dengan cepat, lalu merapikan kerutan di pakaiannya.Josua meli